Seharusnya Jokowi Tak Segan Meniru Reformasi Ten Hag di Manchester United

Miftahul Huda
Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
5 September 2022 16:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Miftahul Huda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Manajer Sepakbola. Sumber: Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Manajer Sepakbola. Sumber: Freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kiprah Ten Hag dalam menukangi Bahtera Manchester United ketika mengarungi Liga Inggris musim ini terbilang cukup mentereng. Bagaimana tidak 3 kemenangan diraih dari total 5 pertandingan berhasil dilakukan dengan sempurna. Walaupun mengawali start yang buruk setelah dipermalukan Brighton dengan skor 1-2 di Markas Sendiri Old Trafford. Lalu dibantai oleh tim semenjana yang memiliki perbedaan market value yang bak langit dan bumi yaitu Brentford dengan skor mencolok 4-0.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya Ten Hag mampu bangkit pada pertandingan berikutnya dengan mengalahkan rival sesama tim merah yaitu Liverpool dengan skor tipis 2-1 di Old Trafford. Meneruskan tren positif, skuad The Red Devils mampu mengalahkan Southampton dan Leicester dalam laga tandang berturut-turut dengan masing-masing skor tipis 1-1.
Keberhasilan Manchester United dalam membalikan keadaan di awal musim dengan permainan dan hasil yang menjanjikan dalam beberapa laga terakhir, membuat kita tertuju pada satu sosok yang tak lain dan tak bukan ialah Ten Hag yang merupakan manajer anyar dari Manchester United. Sebelum menukangi The Red Devils, Ten Hag atau biasa disapa ETH sudah berpengalaman dalam melatih klub di belanda, khususnya di Ajax yang mana prestasinya cukup mentereng kala menukangi klub dengan julukan de Godenzonen.
ADVERTISEMENT
Hadirnya Ten Hag membawa angin segar bagi fans MU, bagaimana tidak sudah hampir lima musim MU puasa gelar dan sudah menggelontorkan pundi-pundi uang yang banyak namun permainan dan prestasi tidak kunjung terlihat, namun Ten Hag kini mampu meyakinkan fans serta membuktikan mereka yang meragukan MU ketika awal musim kala menelan dua kekalahan di dua laga awal.
Adanya harapan pada tangan dingin Ten Hag tentu mengingatkan kita semua ketika kita memiliki sosok yang kita harapkan sebagai juru selamat bagi Indonesia, sosok tersebut ialah Joko Widodo yang pada medio 2012-an mampu menarik perhatian serta memumpun jutaan masyarakat Indonesia lewat program serta gaya politiknya yang sederhana.
Namun sejak terpilih pada Pemilihan Umum Presiden di tahun 2014 dan berlanjut pada periode kedua yang mana beliau kembali terpilih pada 2019, banyak hal tidak berjalan sesuai harapan kita semua, berbagai masalah baik dari program maupun janji yang tidak terealisasi apalagi masalah dari segi struktur politik khususnya dalam membangun kabinet yang diisi oleh menteri-menteri yang jauh dari kompetensi.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya fenomena Ten Hag di Manchester United, bisa dikatakan bahwa pemimpin yang tepat akan membawa perubahan yang baik pada lingkungannya. Dalam keberhasilan Ten Hag mereformasi MU, mungkin seharusnya Jokowi meniru beberapa langkah dari Ten Hag, karena perlu diketahui bahwa hasil positif di beberapa laga terakhir ada peran penting Ten Hag di luar maupun di dalam lapangan itu sendiri. Berikut hal-hal yang bisa dicontoh tentang bagaimana seorang Ten Hag memulai restorasi Manchester United
Pertama, Ten Hag merupakan sosok tangan besi atau tegas. Menurut laporan The Athletic, Ten Hag memiliki aturan yang sangat ketat. Sebut saja Garnacho pemain muda potensial yang terkena hukuman dipinggirkan oleh Ten Hag karena terlambat dalam latihan di pra musim. Ten Hag juga berani mencadangkan Harry Maguire yang memiliki performa inkonsisten, hal tersebut terbilang berani mengingat Maguire adalah bek dengan transfer termahal yang jika tidak dimainkan maka value atau harganya akan menurun.
ADVERTISEMENT
Terlebih Maguire merupakan kapten tim yang kini ban kapten diserahkan pada seorang Bruno Fernandes, tentu pergantian kapten dapat mempengaruhi suasana ruang ganti apabila seorang manajer tidak mendapat kepercayaan penuh dari pemain seperti pada kasus Pogba yang dicabut ban kaptennya oleh Mourinho. Bahkan Erik Ten Hag juga mengatakan komentar pedas pada performa Maguire sebagaimana dikutip Bolasport.com, Ten Hag berkata "Saya mengatakan bahwa bukan karena Anda kapten, Anda pasti selalu bermain, terutama ketika Anda juga memiliki Varane di skuad Anda,".
Jika kita bandingkan dengan ketegasan Jokowi yang dalam beberapa waktu terakhir ini bisa dibilang masih belum terlihat, seperti misal pada kasus penolakan penundaan Pemilu. Jokowi seolah membiarkan dua Menteri Koordinator yaitu Airlangga dan Luhut Binsar untuk menggodok wacana tiga periode Jokowi yang terlihat sudah pada proses rencana yang mana baliho dan spanduk tiga periode sudah mulai menghiasi sudut-sudut berbagai kota di Indonesia. Jokowi terkesan tidak tegas dengan tidak menghukum atau menegur dengan keras dua menterinya, ini terlihat dengan masih adanya isu-isu penundaan Pemilu dan tiga periode hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Kedua, Ten Hag mampu melihat potensi pemain. Dari posisi fullback kiri yang dianggap kurang mumpuni kala diperkuat Luke Shaw, Ten Hag memberi pos tersebut rekrutan terbaru yaitu pemain muda asal Belanda yaitu Tyrell Malacia yang hanya dibanderol 15 juta euro. Hadirnya Tyrell Malacia langsung memberi efek instan yang mana sisi kiri MU kini jauh lebih hidup dibandingkan sebelumnya. Lalu pada pos fullback kanan, Ten Hag lebih mempercayakan pos ini pada Diogo Dalot walaupun Aaron Wan-Bissaka sudah menjadi pemain inti sejak era Ole.
Pos paling rawan dari Manchester United itu sendiri yaitu bek tengah kini dijaga oleh dua bek tangguh yaitu Lisandro Martinez dan Varane, khusus Varane kini ia merasa sudah menemukan partner yang pas dalam mengawal De Gea. Lisandro Martinez bisa dikatakan sebagai pembelian terbaik MU untuk saat ini, bagaimana tidak ia mengemas penampilan yang mengesankan bahkan ia dianugerahi gelar pemain terbaik MU bulan Agustus atas penampilan cemerlangnya, tak hanya itu ia juga berhasil menggeser Harry Maguire pada pos bek tengah. Kini fans dan penggemar tidak perlu khawatir karena bek tengah bukan lagi posisi yang rawan pada skuad.
ADVERTISEMENT
Pada posisi tengah Ten Hag mampu mendatangkan Caseimiro dan Eriksen yang menjadi opsi lini tengah menemani Bruno Fernandes yang makin menjadi tumpuan. Lalu keputusan berani juga diambil oleh Ten Hag yang mana ia berani mencadangkan sang mega bintang Ronaldo serta tidak menjualnya dan hanya menjadikan dirinya pilihan nomor dua setelah Martial. Keputusan ini bisa dibilang tepat karena masa Ronaldo diprediksi sudah habis dan Martial sudah menemukan form terbaiknya dan cocok pada skema yang diterapkan Ten Hag.
Dari bagaimana Ten Hag meramu starting line up kita bisa melihat kejelian serta kecermatan Ten Hag untuk memanfaatkan sumberdaya manusia yang ada di Manchester United. Hal ini tidak terlihat jika kita bandingkan pada Jokowi seperti pada kasus memilih menteri-menteri dalam kabinet.
ADVERTISEMENT
Menteri yang rata-rata diisi oleh mereka yang berlatar belakang politisi dan bukan seorang profesional justru membuat Jokowi pusing tujuh keliling, bagaimana tidak seringkali menteri melontarkan komentar aneh bin ajaib serta mengeluarkan kebijakan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Seperti pada kasus Menkominfo yang menterinya tidak paham masalah kebocoran data dan terus menyalahkan masyarakat yang dinilai lalai dalam menjaga data pribadi.
Hal ini diperparah dengan PSE yaitu sebuah kebijakan yang membuat banyak perusahaan asing baik itu sosial media ataupun penyedia jasa layanan daring tidak bisa beroperasi jika tidak mendaftar program tersebut. Program tersebut dinilai menyusahkan masyarakat karena ekosistem internet yang mempengaruhi jutaan pekerjaan di Indonesia akan hancur hanya karena search engine atau sosial media terblokir seperti Google dan Facebook.
ADVERTISEMENT
Ketiga, Ten Hag punya idealisme. Dari transfer-transfer di atas, Ten Hag yang berposisi sebagai manager juga memegang penuh dalam proses perekrutan pemain baru, nama-nama seperti Malacia, Lisandro, Caseimiro, Frenkie de Jong, Rabiot, bahkan yang teranyar Anthony semuanya merupakan preferensi pribadi dari Ten Hag, walaupun tak semua dari target tersebut terealisasi. Ini membuktikan Ten Hag memiliki idealisme dan tidak serta merta tunduk atau mau diintervensi oleh jajaran direksi klub yang beberapa musim terakhir lebih mengincar pemain inggris nan muda seperti pada kasus transfer Maguire dan Wan-Bissaka, Ten Hag mendobrak strategi transfer dengan memilih serta menargetkan pemain yang ia inginkan.
Dengan statusnya sebagai orang nomor satu di Indonesia tak serta merta membuat Jokowi bisa merealisasikan program kerjanya dengan mudah. Perlu diketahui Jokowi hanyalah anggota partai bukan ketua partai dari partai pengusungnya yaitu PDIP, maka setiap kali Jokowi mengeluarkan kebijakan terkadang terhalang restu dari partainya yang mana terkesan setiap kebijakan Jokowi seperti disetir oleh PDIP tak heran julukan "petugas partai" disematkan pada Jokowi. Hal berbeda ditunjukan oleh Ten Hag yang mana ia berhasil meyakinkan Glazer selaku pemilik klub dan jajaran direksi tentang rencana masa depan MU maka tak heran Ten Hag mampu melakukan segalanya sesuai idealismenya.
ADVERTISEMENT
Dari ketiga langkah Ten Hag dalam mereformasi Manchester United, telah membuat banyak dari fans dan pengamat berharap banyak. Tentang bagaimana Ten Hag mampu bertindak tegas lalu kecerdikannya dan idealismenya tentu bisa dijadikan role model dalam memimpin.
Jokowi mungkin saja bisa mengikuti jejak Ten Hag, itu semua tergantung apakah ia mau all out pada sisa masa jabatannya. Hal yang patut diapresiasi adalah Jokowi masih tetap bekerja sepenuh hati dan perlu digarisbawahi memimpin Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan dipisahkan luasnya lautan tidaklah mudah, segala kontribusi dan perjuangan Jokowi untuk Indonesia tidak perlu kita pertanyakan lagi.