Permasalahan Stunting di Indonesia: Target Menurunkan Angka Stunting hingga 14%

dr Nisak Humairok Sp A
Pediatrician in Eastern Indonesia/ Labuan Bajo, Flores, East Nusa Tenggara/ Went to School of Medicine Brawijaya University, Malang, East Java, Indonesia.
Konten dari Pengguna
12 Juni 2023 6:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari dr Nisak Humairok Sp A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stunting adalah penyakit kronis yang mengenai tinggi badan anak balita akibat kekurangan gizi jangka panjang, utamanya akibat kekurangan energi dan protein. Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita di Indonesia adalah sebesar 21.6% di tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, angka ini masih jauh dari target Indonesia untuk menurunkan angka stunting hingga 14% di tahun 2024. Karenanya, berbagai program percepatan pengendalian stunting dilakukan di berbagai daerah di Indonesia guna menurunkan kasus angka balita dengan stunting.
Stunting merupakan masalah negara yang sangat serius. Penelitian di berbagai negara berkembang menunjukkan bahwa riwayat stunting pada masa anak-anak memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi sektor swasta di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Hal ini berpotensi mengakibatkan kerugian miliaran dolar setiap tahunnya. Dampak buruk stunting terhadap perekonomian di masa mendatang menunjukkan betapa pentingnya investasi dalam nutrisi anak, sebagaimana langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia saat ini.
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutterstock
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami stunting memiliki penurunan kecerdasan yang signifikan dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah saling bekerja sama dengan upaya yang holistik untuk mengatasi stunting.
ADVERTISEMENT
Upaya ini mencakup deteksi faktor risiko, identifikasi kasus, serta pemberian tatalaksana nutrisi. Tatalaksana nutrisi pada balita stunting harus dilakukan sedini mungkin sebelum anak berusia 2 tahun untuk mencegah penurunan kecerdasan/intelligence quotient (IQ) yang bersifat irreversibel.
Dalam pemilihan sumber nutrisi, penting untuk mengacu pada landasan ilmiah yang memadai, yang juga dikenal sebagai panduan berbasis bukti atau evidence-based.
Protein hewani, seperti ikan, daging ayam, daging sapi, dan telur, merupakan sumber protein utama yang dibutuhkan oleh balita yang mengalami stunting. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa protein hewani memiliki kandungan asam amino yang lebih mudah dicerna dibandingkan protein nabati.
Ilustrasi makanan 4 sehat 5 sempurna Foto: Shutter Stock
Selain itu, disebutkan bahwa peningkatan jumlah konsumsi protein hewani berkorelasi dengan penurunan angka stunting, serta berhubungan dengan pertumbuhan tinggi badan anak.
ADVERTISEMENT
Sumber protein nabati yang berbasis tumbuhan, sebagai contoh daun kelor (Moringa oleifera), memiliki tingkat bioavailabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan protein hewani.
Makna bioavailabilitas ialah sejauh mana protein, baik dari sumber nabati maupun hewani, dapat diserap dan digunakan oleh tubuh setelah dikonsumsi.
Meskipun protein nabati memiliki komposisi asam amino yang penting untuk pertumbuhan dan fungsi tubuh, namun tidak direkomendasikan sebagai sumber utama protein untuk mengatasi stunting.
com-Ilustrasi berbagai macam sumber protein hewani. Foto: Shutterstock
Protein nabati seringkali terikat dengan serat, senyawa antinutrisi seperti fitat dan tanin, serta enzim penghambat yang dapat mengganggu penyerapan protein oleh tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan nutrisi tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh tubuh dibandingkan bila mengonsumsi protein hewani.
Sebaliknya, protein hewani cenderung memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi karena memiliki profil asam amino yang mirip dengan kebutuhan tubuh. Protein hewani juga lebih mudah diserap sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik oleh tubuh.
ADVERTISEMENT
Pemerintah berperan sangat penting dalam upaya penanggulangan stunting. Dalam merumuskan rekomendasi yang akan diterapkan kepada masyarakat, pemerintah perlu mengacu pada pedoman yang telah diteliti dan digunakan secara global.
Hingga kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan animal-source food sebagai sumber protein berkualitas tinggi. Dalam situasi tertentu di mana konsumsi protein hewani tidak dapat dipenuhi, protein nabati baru dapat dipertimbangkan sebagai alternatif.
com-Ilustrasi Protein Foto: Shutterstock
Dengan memprioritaskan pedoman dari WHO, pemerintah diharapkan dapat mengutamakan pemenuhan nutrisi khususnya dengan memilih sumber protein hewani sebagai langkah utama dalam penanggulangan masalah stunting.
Kolaborasi yang erat antara pemerintah, institusi kesehatan, dan masyarakat menjadi kunci penting agar balita yang berisiko atau telah mengalami stunting dapat segera memperoleh intervensi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Pemerintah sebagai pengatur kebijakan perlu lebih fokus dalam mempromosikan kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani dalam penanggulangan stunting, contohnya melalui kampanye gemar makan ikan.
Selain itu, pemerintah juga harus memastikan tersedianya infrastruktur yang mendukung pemenuhan bahan makanan tersebut agar tepat sasaran. Dalam hal ini, penting bagi pemerintah untuk mengembangkan dan memperkuat kebijakan yang mendukung aksesibilitas, ketersediaan, dan distribusi sumber protein hewani berkualitas, serta membangun sistem pemantauan dan evaluasi yang efektif.
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutter Stock
Fokus utama pemerintah juga harus ditujukan pada daerah-daerah dengan angka stunting tertinggi, terutama di wilayah Indonesia Timur yang masih menghadapi tantangan aksesibilitas.
Penanganan stunting perlu melibatkan kebijakan yang komprehensif dan didukung oleh penelitian berbasis bukti, serta melibatkan kontribusi dari para ahli di bidangnya.
ADVERTISEMENT
Stunting merupakan masalah yang serius dengan implikasi yang signifikan terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Anak-anak yang mengalami stunting memiliki daya saing yang rendah karena penurunan IQ yang berkelanjutan dan risiko terjadinya infeksi, serta timbulnya berbagai penyakit kronis di kemudian hari.
Dampak ini berpotensi mengurangi kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam jangka waktu 10-20 tahun mendatang, sebuah situasi yang tidak diinginkan bagi negara kita. Oleh karena itu, penanganan stunting harus menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia.
Tujuannya adalah menciptakan generasi bangsa yang memiliki kemampuan bersaing yang optimal di masa depan, sehingga dapat menghadapi tantangan global dengan baik.