Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ramadan Ceria: Panduan Lengkap Puasa untuk Anak
12 Maret 2024 12:16 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari dr Nisak Humairok Sp A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini, kita memasuki Bulan Ramadan, waktu di mana umat Muslim menjalankan ibadah puasa mulai dari matahari terbit hingga terbenam. Berbeda dengan kewajiban orang dewasa dalam menjalankan ibadah ini, anak-anak yang belum baligh tidak diwajibkan berpuasa. Meski demikian, sejumlah anak telah diajarkan sejak dini mengenai ibadah puasa.
ADVERTISEMENT
Puasa tidak hanya sebatas menahan lapar dan haus, melainkan sebuah momen berharga yang dapat dimanfaatkan untuk membentuk karakter anak, seperti kedisiplinan, kesadaran diri (self-awareness), dan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT. Persiapan khusus diperlukan agar anak tetap semangat sepanjang hari saat menjalani puasa Ramadan. Berikut adalah beberapa tips untuk mempersiapkan anak menghadapi bulan Ramadan:
1. Mulai dengan Langkah Kecil, Perlahan-lahan
Jika anak belum mencapai usia pubertas atau akil baligh, khususnya pada rentang usia sekitar 8-9 tahun, disarankan untuk mengajari mereka melakukan puasa setengah hari. Meskipun mekanisme puasa setengah hari dapat bervariasi antar anak, namun keamanan dan tidak terganggunya asupan nutrisi anak harus tetap menjadi prioritas.
Tips pertama ini dapat diterapkan dengan menunda waktu sarapan di pagi hari hingga anak merasa lapar. Selain itu, anak juga dapat dibangunkan pada waktu sahur dan diberi makan saat tengah hari, sekitar pukul 12 siang.
ADVERTISEMENT
Jika anak belum mampu bangun untuk sahur, mereka bisa dilatih dengan tetap sarapan sesuai jadwal tanpa makan atau minum apa pun hingga tengah hari. Sebaiknya, orang tua memilih hari libur atau akhir pekan untuk memonitor kemampuan anak secara optimal.
2. Hindari Membandingkan Anak
Orang tua sebaiknya memahami bahwa tingkat energi setiap anak berbeda. Meskipun beberapa anak di usia yang sama mungkin sudah mampu menjalankan ibadah puasa penuh, ada pula yang belum. Orang tua perlu memantau kemampuan anak dan menjaga asupan makanan mereka selama proses belajar menjalankan ibadah puasa.
Poin penting dalam pelaksanaan puasa adalah anak membangun kepercayaan diri bahwa mereka mampu menjalankan puasa Ramadan dengan baik. Meskipun awalnya mungkin dengan puasa setengah hari, seiring berjalannya waktu, anak akan semakin yakin dan mungkin memperpanjang durasi puasanya hingga matahari terbenam.
ADVERTISEMENT
3. Libatkan Anak dalam Kegiatan Ramadan
Orang tua sebaiknya melibatkan anak dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Bulan Ramadan untuk menciptakan kenangan dan pengalaman yang menyenangkan. Misalnya, ajak anak untuk pergi ke masjid selama Bulan Ramadan dan bertemu dengan teman-teman sebaya mereka.
Selain itu, dapat juga mengikutsertakan mereka dalam acara buka bersama/iftar, sehingga anak dapat merasakan bahwa banyak teman seumurannya juga turut menjalankan ibadah yang sama. Melalui partisipasi dalam kegiatan-kegiatan tersebut, anak akan lebih termotivasi untuk mengikuti serangkaian ibadah di bulan suci ini.
4. Perhatikan Asupan Nutrisi Anak
Selama menjalani puasa, anak-anak umumnya mengalami puncak rasa lapar pada siang hari, namun kebanyakan dari mereka mampu menyelesaikan puasa hingga akhir hari. Jika anak menginginkan jenis makanan tertentu, orang tua disarankan untuk memotivasi anak agar bersabar dan menunggu hingga waktu berbuka tiba.
ADVERTISEMENT
Namun, jika anak mengeluh tidak nyaman, merasa sakit, atau memiliki keluhan lain, sangat penting bagi orang tua untuk memahami kondisinya dan bersedia menghentikan puasa jika diperlukan.
Asupan nutrisi selama anak menjalani puasa seharusnya tetap memperhatikan kebutuhan gizi yang seimbang, termasuk karbohidrat, protein, dan lemak. Prinsip ini harus diterapkan agar anak tidak mengalami kekurangan nutrisi selama menjalankan ibadah puasa. Disarankan untuk menghindari konsumsi makanan yang terlalu cepat dan berlebihan saat berbuka, karena hal ini dapat membuat anak menjadi lemas dan kurang bertenaga.
Sebaiknya terapkan pola makan "small frequent feeding" atau makan dalam porsi kecil saat berbuka, dilanjutkan dengan melakukan ibadah salat, kemudian dapat melanjutkan makan lagi. Pendekatan ini lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan kalori anak dan mencegah mereka merasa terlalu kenyang dengan cepat, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
ADVERTISEMENT
Pastikan anak mendapatkan asupan cairan yang cukup selama berbuka dan sahur untuk mencegah dehidrasi. Sebaiknya hindari memberikan minuman seperti teh, minuman berenergi, atau minuman yang terlalu manis kepada anak.
Lebih baik memberikan air putih, air kelapa, atau susu. Berikan minuman melalui botol khusus pada anak agar tidak lupa untuk terus minum air sepanjang waktu setelah berbuka puasa untuk menjaga kecukupan hidrasi mereka.
Kebutuhan protein menjadi sangat penting, terutama saat anak sedang menjalani puasa, karena protein berperan sebagai makronutrien pembangun tubuh. Selain memberikan asupan karbohidrat dan lemak dalam gizi seimbang, pastikan anak mendapatkan sumber protein yang penting, seperti telur, ikan, daging sapi, atau ayam, baik saat sahur maupun berbuka. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kekurangan nutrisi selama masa puasa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, disarankan untuk mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah agar anak merasa kenyang dalam jangka waktu yang lebih lama. Contoh makanan tersebut antara lain oatmeal, kacang-kacangan, atau buah-buahan. Sebisa mungkin hindari konsumsi makanan cepat saji, roti putih/non-gandum, cake, donat, dan sereal yang tinggi gula, karena jenis makanan ini dapat menyebabkan rasa lapar anak lebih cepat muncul.
Kebutuhan lemak dapat dipenuhi melalui pemberian sumber makanan yang mengandung lemak baik, seperti omega-3 yang terdapat pada telur, kacang-kacangan, alpukat, dan ikan. Hindari memberikan camilan atau gorengan, seperti keripik, serta makanan olahan tinggi, seperti frozen foods dan kue-kue manis, baik saat berbuka maupun sahur.
Asupan serat dari sayuran dan buah-buahan juga memiliki peranan penting karena dapat menahan rasa lapar selama puasa. Efek waktu cerna serat yang relatif lebih lama memberikan efek kenyang yang tahan lama. Selain itu, konsumsi serat dapat mencegah konstipasi pada anak selama bulan puasa.
ADVERTISEMENT
5. Aktivitas Fisik/Olahraga Selama Puasa
Selama bulan puasa, anak perlu menyesuaikan aktivitasnya untuk menjaga energinya. Penting untuk berkomunikasi dengan guru di sekolah mengenai partisipasi anak dalam kegiatan olahraga atau ekstrakurikuler, jika perlu dilakukan penyesuaian.
Meskipun umumnya anak dapat mengikuti kegiatan fisik atau olahraga dengan baik saat berpuasa, tetaplah memantau kondisi anak dan berikan pemahaman kepada mereka untuk memberi tahu guru jika mengalami keluhan.
6. Suplemen Bila Perlu
Anak perlu meningkatkan asupan vitamin-D melalui konsumsi ikan dan kegiatan di luar ruangan. Pemberian suplemen nutrisi seperti vitamin D3 juga disarankan. Selain untuk kesehatan tulang, vitamin D3 memiliki peran penting dalam regulasi sistem imun. Anak sebaiknya mendapatkan 400-600 IU vitamin D3 per hari, terutama saat berpuasa.
ADVERTISEMENT
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan anak tetap dapat menjalani puasa Ramadan dengan semangat dan keceriaan.