Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Langkah Strategis Pelestarian Sastra Bugis di Tengah Arus Digitalisasi
22 Februari 2025 9:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Unismuh Makassar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
KABAR UNISMUH, MAKASSAR – Di tengah arus digitalisasi yang semakin kuat, pelestarian sastra Bugis menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mempertahankan kearifan lokal. Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah (Unismuh ) Makassar, Prof. Dr. Andi Syukri Syamsuri, mengungkapkan lima langkah strategis yang perlu dilakukan untuk melestarikan sastra Bugis di era digital.
ADVERTISEMENT
Kelima langkah tersebut meliputi digitalisasi budaya, penyelenggaraan festival budaya yang melibatkan publik, integrasi budaya Bugis dalam dunia pendidikan, promosi pariwisata berbasis budaya Bugis, serta kolaborasi akademik dan penelitian.
“Digitalisasi naskah Bugis tidak hanya menjaga warisan dari kerusakan fisik, tetapi juga memperluas akses untuk penelitian global,” ujar Prof. Andis dalam Seminar Nasional Bahasa Ibu yang digelar di Universitas Negeri Makassar (UNM), Jumat, 21 Februari 2025
Acara ini diselenggarakan oleh Himpunan Pelestari Bahasa Daerah (HPBD) Sulawesi Selatan dan Perhimpunan Pendidik Bahasa Daerah Indonesia (PPBDI) Sulawesi Selatan, bekerja sama dengan Balai Bahasa Sulawesi Selatan.
Dalam materinya, Prof. Andis juga menyoroti pentingnya penerjemahan naskah Bugis ke dalam bahasa lain guna memperluas jangkauan pembaca, termasuk bagi penutur non-Bugis. “Penerjemahan yang efektif harus melibatkan penerjemah kompeten, pakar budaya, serta penyuntingan yang cermat agar tetap menjaga esensi budaya asli,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Selain digitalisasi, promosi melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok dinilai efektif untuk menarik minat generasi muda. “Kolaborasi dengan influencer dapat memperluas jangkauan pesan dan meningkatkan kesadaran budaya,” tambahnya.
Festival Budaya dan Keterlibatan Akademis
Festival budaya Bugis dinilai dapat menjadi ajang penting untuk merayakan dan melestarikan warisan budaya sekaligus mempromosikan pariwisata. Prof. Andis menekankan pentingnya melibatkan generasi muda melalui program pendidikan yang mengintegrasikan warisan budaya Bugis ke dalam kurikulum sekolah.
Selain itu, kerja sama dengan institusi pendidikan seperti universitas dapat memperkuat upaya pelestarian melalui penelitian dan simposium akademik. “Kolaborasi ini dapat memperkaya pengetahuan akademis dan memperkuat upaya pelestarian budaya Bugis,” katanya.
Menghadirkan Narasumber Ahli
Seminar ini menghadirkan sejumlah pakar, baik dari dalam maupun luar negeri. Hadir sebagai narasumber, Prof. Dr. Hj. Kembong Daeng, M.Hum. dari Universitas Negeri Makassar, budayawan Toraja Drs. Simon Petrus, dan Konsulat Jenderal Australia Todd Dias yang bergabung secara daring.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Dr. Ganjar Harimansyah, M.Hum., Sekretaris Badan Bahasa Kemendikdasmen RI, serta Dr. Dora Amaliah, Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa, turut memberikan kontribusi secara virtual.
Mewakili Rektor UNM, Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof. Dr. Andi Aslinda, M.Si., membuka seminar ini dan menegaskan dukungan penuh UNM terhadap pelestarian bahasa ibu. “Bahasa lokal adalah identitas bangsa. Di era globalisasi ini, menjaga bahasa ibu menjadi tugas bersama,” ujarnya.
Seminar nasional ini diharapkan dapat menjadi titik awal bagi kolaborasi lintas sektor untuk menjaga kelestarian budaya Bugis di tengah derasnya arus digitalisasi. *