Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Terlalu Sering Minta Maaf, Ini Tanda Kamu Terkena "Sorry Syndrome"
8 Desember 2022 19:40 WIB
Tulisan dari Husnu Nadya Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu bertemu seseorang yang kerap meminta maaf atas semua yang dia lakukan atau tidak lakukan? mungkin orang tersebut terkena sorry syndrome atau sindrom meminta maaf.
ADVERTISEMENT
Istilah sorry syndrome mungkin tidak terlalu umum dan mungkin tidak asing bagi sebagian orang. Apa tanda-tandanya, penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasinya? Biar ga penasaran lagi, yuk simak penjelasannya!

Apa itu Sorry Syndrome?
Menurut psikolog Juliana Breines Ph.D. di laman Psychology Today, meminta maaf pada dasarnya adalah hal yang baik. Permintaan maaf yang tulus dapat menghilangkan permusuhan dan memperbaiki hubungan yang rusak.
Selain itu, meminta maaf juga menunjukkan rasa bersalah jika Anda melakukan kesalahan, juga menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang santun dan mengerti cara berkomunikasi dengan orang lain.
Namun, meminta maaf biasa dan yang berlebihan adalah dua hal yang berbeda. Jika kamu merasa terlalu banyak meminta maaf atas suatu hal atau terlalu sering meminta maaf atas sesuatu yang bahkan bukan kesalahanmu, ada baiknya kamu mulai menganalisis penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Tanda-tanda Sorry Syndrome
Nah, tanda-tanda kamu mengalami sorry syndrome bisa diketahui melalui tindakan-tindakan berikut ini:
Penyebab Sorry Syndrome
Ada beberapa alasan mengapa kamu meminta maaf berulang kali, meskipun kamu tidak melakukan suatu kesalahan apa pun. Berikut beberapa penyebab sorry syndrome :
Tidak Percaya Diri
Psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., mengatakan rasa tidak percaya diri bisa menjadikan penyebab seseorang terlalu sering meminta maaf.
“Karena ketika menghadapi suatu permasalahan, dia cenderung mengucilkan diri sendiri sehingga menilai dirinya yang berbuat salah,” jelas Ikhsan.
ADVERTISEMENT
Menghindari Konflik
Beberapa orang meminta maaf hanya untuk menghindari konflik. Mereka percaya bahwa meminta maaf dapat membuat posisi mereka lebih aman. Apakah kamu salah satunya?
Jika demikian, ketahuilah bahwa meminta maaf terlalu sering sebenarnya bisa membuat frustrasi. Meminta maaf untuk menghindari konflik juga bisa menjadikan tanda bahwa kamu memiliki trauma masa lalu yang belum terselesaikan. Contoh pengalaman buruk disebutkan, seperti tumbuh dilingkungan yang penuh kekerasan.
Merasa Tidak Beruntung dan Akar Penyebab Terjadinya Hal Buruk
Tidak sedikit orang percaya bahwa dirinya adalah akar penyebab dari semua hal buruk yang dilakukan pada sekitarnya. Kondisi ini bisa membuatmu memiliki sorry syndrome.
Berdasarkan Harley Therapy Counseling, pemahaman ini bisa memicu pengalaman masa kecil yang pahit. Trauma ini dapat merampas identitas dan harga diri kamu.
Jika tidak ditangani dengan cepat, kondisi ini bisa membawa kamu ke masa depan yang penuh dengan perasaan buruk dan rasa bersalah.
ADVERTISEMENT
Meminta Maaf Agar Orang Lain Tidak Meninggalkanmu
Jika kamu sering meminta maaf untuk hal-hal yang bukan menjadikan kesalahanmu, mungkin kamu melakukannya karena tidak ingin ditinggalkan orang-orang di sekitar.
Pemicunya bisa karena waktu kecil kamu tidak bisa mengandalkan orang tua saat sedang membutuhkan peran mereka.
Tidak Ingin Orang Lain Merasa Buruk
Mengungkapkan permintaan maaf untuk membuat orang lain merasa bahagia bisa menjadikan penyebab kamu terkena sindrom maaf. Alih-alih meningkatkan harga diri, kamu justru memilih untuk selalu berusaha menyenangkan orang lain.
Tanpa disadari, kamu memiliki kecenderungan ingin selalu disukai orang lain.
Cara Mengatasi Sorry Syndrome
Meminta maaf memang sopan, tetapi melakukannya secara berlebihan dapat membuat permintaan maaf tersebut tampak tidak tulus. Nilai kamu di mata orang lain mungkin menurun.
Jika kamu merasa terlalu sering meminta maaf, coba lakukan cara mengatasi sorry syndrome menurut psikolog Ikhsan berikut:
ADVERTISEMENT