Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Menanti Astronaut Pertama Indonesia
8 Agustus 2021 5:32 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ignatius Eggi Reza Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
20 Juli 2021, Mary Wallace “Wally” Funk mencatatkan sejarah di usia ke-82 tahun. Dia menjadi astronaut tertua dalam sejarah dunia yang berhasil menjelajah ruang angkasa. Berita tentang keberhasilannya ramai diperbincangkan media internasional dan tanah air. Bagaimana tidak, penantiannya selama 60 tahun akhirnya terbayar tuntas.
ADVERTISEMENT
Wally Funk mulai terjun di bidang keantariksaan sejak tahun 1960an. Saat itu dia bersama 12 perempuan lainnya yang tergabung dalam First Lady Astronaut Trainees atau lebih dikenal “Mercury 13”, menjalani program pelatihan untuk menjadi astronaut. Namun sayang, pada saat itu harapannya pupus karena terbentur aturan NASA.
Aktor dibalik terwujudnya mimpi Wally Funk sendiri ialah Jeff Bezos. Orang terkaya di dunia yang juga pemilik perusahaan Blue Origin ini berhasil melesat ke antariksa bersama dengan tiga awak lainnya, termasuk Wally Funk. Mereka terbang dengan menggunakan roket New Shepard yang dibangun oleh perusahaannya itu.
Kisah kegagalan Wally Funk mengingatkan kita pada sosok Pratiwi Sudarmono. Perempuan kelahiran Bandung ini adalah astronot wanita pertama Indonesia, bahkan di Asia, dan tercatat dalam proyek NASA yang berencana ke luar angkasa pada tahun 1986. Namun peristiwa meledaknya pesawat ulang-alik Challenger, 6 bulan sebelum kepergian Pratiwi menembus antariksa, memupuskan harapannya dan juga harapan bangsa ini melihat putri terbaiknya mengangkasa.
Dalam misi bertajuk STS-61-H, Pratiwi Pujilestari Sudarmono, nama lengkapnya, sejatinya akan bertugas sebagai spesialis payload pada pesawat ulang-alik Columbia. Misi ini bertujuan membawa tiga satelit komersial, yaitu Skynet 4A, Palapa B3, dan Westar 6S. Satelit Palapa B3 yang merupakan satelit Indonesia akhirnya diluncurkan dengan roket Delta tanpa menyertakan astronaut Indonesia.
ADVERTISEMENT
Setelah kegagalan misi itu, Indonesia seakan hilang dari hingar bingar keantariksaan dunia. Belum ada nama dari tanah air yang mampu mewujudkan mimpi menembus antariksa. Bahkan negara tetangga, Malaysia, telah lebih dulu mengirimkan angkasawannya ke antariksa. Sheikh Muszaphar, adalah nama astronaut pertama Malaysia yang lepas landas pada Oktober 2007.
Negara-negara Asia saat ini sudah ramai terlibat di dalam pengiriman astronaut mereka ke antariksa. India menjadi negara pertama di Asia yang mengirimkan astronaut pergi ke angkasa luar. Rakesh Sharma, nama astronaut tersebut, terbang dengan Soyuz T-11/Salyut 7 pada 3-11 April Tahun 1984. Berikutnya, negara kuat Asia lainnya yaitu Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok juga seolah berlomba-lomba mengirimkan astronaut mereka.
Jalan Pintas
Asa untuk memiliki astronaut yang pergi ke antariksa sempat tersemat pada sosok Rizman Adhi Nugraha. Bagi sebagian masyarakat mungkin tidak asing dengan nama ini. Dia adalah salah satu kontestan pada seleksi sebuah merek parfum tahun 2013, yang mana kontestan yang lolos akan mendapat kesempatan untuk merasakan sensasi berada di luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Meski melalui seleksi yang merupakan marketing strategy merek tersebut, Rizman nyatanya sudah melalui berbagai tahapan yang tidak mudah. Merangkum dari berbagai pemberitaan media di tanah air, Rizman sudah sampai mengikuti Global Space Camp di Florida, Amerika Serikat. Misi pelatihan ini dipimpin oleh astronaut senior Buzz Aldrin.
Melewati berbagai macam ujian, kala itu Rizman berhasil terpilih menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang akan terbang ke luar angkasa bersama 22 peserta lainnya yang berasal dari seluruh dunia. Dari 3 finalis asal Indonesia dia menjadi satu-satunya peserta yang terpilih.
Tahun berlalu, berita mengenai Rizman seakan menguap begitu saja. Hingga 2021 ini program merek parfum ternama ini terbengkalai begitu saja. Sangat disayangkan jika melihat proses perjuangan Rizman sudah begitu panjang. Apalagi merek parfum yang mengadakan sayembara ini juga terkemuka.
ADVERTISEMENT
Bukan Fokus Keantariksaan
Absennya astronaut Indonesia dari keantariksaan dunia bisa jadi disebabkan iklim dalam negeri yang kurang mendukung terwujudnya mimpi itu. Indonesia mengalami ketertinggalan dari segi sains dan teknologi keantariksaan. Padahal sejarah mencatat bahwa Indonesia adalah negara kedua setelah Jepang di Asia yang berhasil meluncurkan roket secara mandiri.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yang merupakan lembaga keantariksaan milik Indonesia telah dibentuk sejak era kepemimpinan Presiden Soekarno. Hal ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya penguasaan bidang antariksa telah dipahami pendiri bangsa sejak awal mula negara terbentuk. Hanya saja konflik politik hingga krisis ekonomi negara memaksa pengembangan bidang keantariksaan diam di tempat.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, menjelaskan bahwa dalam Rencana Induk Keantariksaan yang menjadi prioritas adalah pengembangan, penguasaan sains, teknologi serta pemanfaatannya. Program astronaut dirasa bisa menjadi suatu program nasional tetapi belum menjadi prioritas untuk saat ini. Hal ini disampaikan dalam Webinar Progres Keantariksaan Indonesia, dalam rangka memperingati Hari Keantariksaan Nasional, 6 Agustus 2021.
ADVERTISEMENT
Indonesia perlu menciptakan ekosistem sains dan teknologi keantariksaan yang komprehensif dan berkesinambungan. Mulai dari aspek pendidikan hingga ekonomi harus dipersiapkan dengan matang. Penelitian dan pengembangan perlu digenjot untuk menghasilkan output yang bernilai guna bagi kemajuan keantariksaan itu sendiri. Ego sektoral perlu dipangkas demi kemajuan bersama.
Dalam rangka menuju kemandirian antariksa nasional, LAPAN perlu didukung oleh pihak-pihak eksternal baik itu pemerintah, BUMN maupun swasta. Dalam rangka mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain khususnya Asia, perlu ada dukungan penuh dari seluruh masyarakat. Bila hal tersebut mampu diwujud nyatakan, maka Indonesia bukan mustahil akan menjadi kekuatan keantariksaan baru di Asia bahkan dunia.
Ignatius Eggi Reza Putra
Humas Pusat Teknologi Roket LAPAN