Konten dari Pengguna

Apakah Pemberdayaan Perempuan Belum Tuntas?

Ika Sea Puspita
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya.
30 September 2024 8:39 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ika Sea Puspita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Ilustrasi pemberdayaan perempuan (https://pixabay.com/id/photos/wanita-rakyat-desain-tim-7024454/).
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Ilustrasi pemberdayaan perempuan (https://pixabay.com/id/photos/wanita-rakyat-desain-tim-7024454/).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebelum membahas lebih dalam mengenai pemberdayaan perempuan yang belum tuntas. Tanpa disadari masih ada kalimat pemberdayaan untuk perempuan hingga saat ini, bukan dari sisi perempuannya yang lemah. Melainkan melihat isu-isu perempuan yang belum tuntas sampai saat ini, contohnya seperti kekerasan pada perempuan, pelecehan seksual, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan perempuan. Sesuai dengan hasil survei di tahun 2020 terakhir yang diunggah oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan diperkirakan sebanyak 24,5 juta jiwa perempuan yang pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya, hingga saat ini data tersebut mengalami kenaikan dan penurunan. Sehingga perlu dikaji kembali dan memberikan respon positif mengenai pemberdayaan bagi perempuan ini.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari istilah pemberdayaan sendiri telah didasari dengan kata daya yang berarti kekuatan atau kemampuan, kemudian mendapatkan imbuhan kata ber- sehingga menjadi kata berdaya yang memiliki arti berkekuatan, berkemampuan atau bahkan memiliki akal untuk menyelesaikan suatu permasalahan, yang pada akhirnya sempurna menjadi sebuah kata pemberdayaan yang berarti membuat sesuatu yang belum berdaya menjadi berdaya. Sehingga pemberdayaan memiliki arti bahwa suatu upaya untuk memperoleh atau memberikan dorongan kekuatan posistif kepada individu ataupun kelompok agar dapat menetapkan kebutuhan dan potensi secara mandiri.
Kemudian mengapa pemberdayaan ini disandingkan dengan perempuan? apakah ada pemberdayaan laki-laki? karena sampai saat ini pun selalu pemberdayaan perempuan yang digaungkan. Selalu saja yang terdengar adalah pemberdayaan perempuan, pemberdayaan janda dan pemberdayaan yang itu dilontarkan pada satu jenis kelamin saja. Sehingga pada akhirnya menciptakan suatu ketimpangan. Disisi lain hal tersebut merupakan stereotip yang masih ada di masyarakat saat ini bahwa perempuan itu masih dikategorikan levelnya berada di bawah laki-laki. Sehingga muncul istilah pemberdayaan perempuan.
ADVERTISEMENT
Lalu apakah perempuan saat ini belum berdaya?
Saya memiliki prinsip dan lebih sepakat bahwasannya perempuan saat ini sudah dan telah berdaya bahkan sebagian besar perempuan di luar sana menuju perempuan yang disebut berkemajuan. Mengapa demikian? karena pada dasarnya mereka memiliki kemampuan dengan tingkat level yang berbeda setiap individunya. Masih ada kemampuan yang perlu diasah terus menerus sehingga bisa menjadi sosok perempuan yang berkemajuan.
Dalam forum diskusi Rencana Tindak Lanjut DIKSUSWATI I (Pendidikan Khusus Immawati), yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Surabaya, immawati merupakan sebutan untuk kaum perempuan. Dalam forum tersebut menghadirkan pemateri yang memiliki ilmu luar biasa pada bidangnya yakni bidang immawati. Beliau adalah Lala Anggraini, S. Pd yang sebelumnya juga berkecimpung khusus dalam bidang immawati. Beliau mengatakan anggaplah perempuan ini dalam posisi seorang ibu rumah tangga, di mana posisi tersebut bukan hanya peran ibu yang diambil melainkan menjadi seorang teman untuk anaknya, seorang istri untuk suaminya bahkan seorang tetangga untuk tetangganya. Begitu banyak peran perempuan yang sudah diambil dalam satu waktu sekaligus. Dari sini kita bisa mewarnai bahwa perempuan ini sebetulnya berdaya, hanya saja level keberdayaan setiap perempuan itu berbeda-beda sehingga perlu dituntaskan.
ADVERTISEMENT
Kemudian strategi gerakan apa yang bisa dilakukan perempuan menuju perempuan berkemajuan?
Menyikapi begitu banyak isu-isu perempuan yang terjadi sekarang dan belum tuntas. Siapa yang akan menuntaskan hal tersebut jika bukan dari kaum perempuan sendiri. Ada dua faktor yang menjadikan perempuan disandingkan pemberdayaan.
Pertama, berangkatnya dari faktor internal yang sumbernya dari diri perempuan masing-masing. Sebagai perempuan sudahkah kita berbaik hati dengan diri kita sendiri dengan cara membekali diri kita dengan hal-hal yang positif. Sehingga seharusnya kita sebagai perempuan tidak pantas jika disandingkan dengan kata pemberdayaan, karena pada dasarnya perempuan sudah berdaya. Bahkan saat ini masih menjumpai perempuan yang masih belum menyadari perannya ketika berada dalam lingkup publik. Memang nyatanya ketika dalam kondisi berdiskusi bersama masih banyak didominasi oleh laki-laki ketika berpendapat atau menyampaikan sebuah usulan itu mereka lebih percaya diri daripada perempuan. Hal tersebut yang seharunya dihindari, kembali lagi pada setiap individunya bagaimana supaya bisa survive di mana pun perempuan berada.
ADVERTISEMENT
Kedua, lingkungan masyarakat. Dengan tercipta nya lingkungan yang ramah terhadap perempuan kita sebagai perempuan dapat menciptakan ruang-ruang aman untuk perempuan berdaya yang menuju berkemajuan.
Strategi gerakan yang harus dipahami oleh perempuan berkemajuan adalah diantaranya;
Pertama, strategi konsep. Tidak mungkin bagi perempuan untuk melakukan aksi tanpa melakukan riset terlebih dahulu. Ketika akan melakukan suatu aksi seperti contoh mengenai kebijakan pemerintah pasti seblumnya akan ada diskusi terlebih dahulu. Poin-poin apa yang nantinya akan digaungkan dan perempuan bawa kemudian disampaikan dalam forum negosiasi dalam kegiatan aksi. Tentunya akan ada beberapa perwakilan yang mengajukan sebuah perubahan kebijakan yang pada saat itu menurut kita semua kebijakan yang dipilih adalah kebijakan yang tidak tepat. Dengan begitu, harapan besarnya ketika seperti ada aksi seperti itu perempuan tidak hanya ikut aksinya saja melainkan juga terlibat dalam ruang-ruang negosiasi di dalam pemerintahan. Tujuan agar perempuan bisa meng hire kebijakan-kebijakan itu menjadi kebijakan-kebijakan sifat nya ramah terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT
Kedua, strategi aksi. Setelah melalui strategi konsep turunannya adalah pada strategi aksi. Bentuk gerakan aksi seperti apa yang akan dibawa ketika sudah mempunyai konsep yang besar dan utuh. Jika kita hanya menerapkan strategi aksi saja yang akan terjadi adalah gerakan yang kita lakukan adalah gerakan musiman. Gerakan yang hanya dilakukan satu kali atau dua kali setelah itu selesai, tanpa kita tau apa dampak perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah aksi.
Bagaimana perempuan dapat disandingkan dengan kata berkemajuan?
Sebagai perempuan yang dapat disebut berkemajuan harus ada karakteristik yang melekat pada diri perempuan sehingga tanpa orang lain mengakui hal tersebut dengan ucapan, orang lain sudah dapat menilai bahwa kita merupakan sosok perempuan yang berkemajuan.
ADVERTISEMENT
Pertama, iman dan taqwa. Sehingga sebagai perempuan kita harus tuntas terlebih dahulu dalam hal tersebut. Jangan sampai ketika dapat dikatakan perempuan berkemajuan tetapi justru lalai terhadap kewajiban religius kita.
Kedua, berakhlakul karimah. Seperti ilmu padi semakin terisi dia akan semakin merunduk. Sehingga hal tersebut juga harus ada dalam diri kita. Sebagai perempuan, kita juga tidak boleh mempunyai pikiran yang kosong, kita harus terus memperbaiki atau menyayangi diri kita dengan cara memperbanyak literasi, riset dan diskusi yang akan memperdalam pengetahuan dan memberi value lebih pada diri perempuan masing-masing. Perempuan harus bisa menunjukkan hal-hal baik yang sifatnya positif untuk disebarkan pada orang lain. Dengan mengeluarkan potensi yang kita miliki dan kita sebar luas kan bahwa ‘ini loh perempuan’, tujuannya adalah untuk mengikis label-label negatif yang dilekatkan pada seorang perempuan.
ADVERTISEMENT
Ketiga, berfikir tajdid. Artinya pembaharuan, sehingga perempuan dapat menyesuaikan dengan kondisi zaman saat ini. Di era digitalisasi ilmu itu berkembang sehingga kita harus berpikir moderat. Bahwasannya kaum perempuan tidak stuck pada potensi diri kita yang kemarin.
Kita harus mendorong perempuan-perempuan disekitar kita untuk terlibat di dalam peran-peran yang strategis. Dengan begitu kita mengetahui bahwasannya memang laki-laki dan perempuan itu berbeda. Tetapi tidak untuk dibeda-bedakan.