Konten dari Pengguna

Peran Data Science dan AI dalam Memantau Dampak Lingkungan Ekspor Pasir Laut

Ikhlas Pratama Sandy
Dosen Universitas Andalas, Experienced Data Analyst
22 September 2024 11:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ikhlas Pratama Sandy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki cadangan pasir laut yang besar, yang diperlukan untuk berbagai proyek konstruksi dan reklamasi lahan global. Namun, aktivitas penambangan pasir laut secara masif telah berkontribusi pada hilangnya beberapa pulau kecil di masa lalu dan kini dianggap sebagai ancaman serius bagi ekosistem pesisir. Selain menyebabkan erosi pantai, penambangan pasir laut juga mengganggu habitat penting bagi kehidupan laut, seperti terumbu karang dan tempat pemijahan ikan. Dampak lainnya termasuk perubahan pola arus laut yang dapat memperburuk erosi dan mengancam kesejahteraan komunitas pesisir.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi potensi kerusakan lingkungan yang signifikan, teknologi seperti data science dan artificial intelligence (AI) dapat berperan penting dalam memantau dan mengurangi dampak dari ekstraksi pasir laut. Solusi berbasis teknologi ini menawarkan pemodelan, analitik prediktif, dan pemantauan real-time untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam dan tepat waktu.

1. Remote Sensing untuk Pemantauan Pesisir

Remote sensing yang dikombinasikan dengan machine learning seperti Convolutional Neural Networks (CNNs) telah terbukti efektif dalam melacak perubahan pada lanskap pesisir. Melalui analisis citra satelit dari platform seperti Sentinel dan Landsat, AI dapat mendeteksi perubahan kecil pada garis pantai dan vegetasi. Dengan membandingkan data dari waktu ke waktu, AI membantu memprediksi pola erosi pantai, mengidentifikasi area paling rentan terhadap dampak penambangan pasir.
Selain itu, remote sensing dapat mendeteksi turbidity (kekeruhan air yang disebabkan oleh pengadukan sedimen) di wilayah penambangan. Model AI memproses data ini untuk menilai dampak pada kualitas air, yang pada gilirannya dapat mendukung pengembangan praktik penambangan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT

2. Model Prediktif untuk Dampak Ekosistem

Teknik data science juga memungkinkan pengembangan model prediktif untuk mensimulasikan dampak jangka panjang dari ekstraksi pasir laut terhadap ekosistem laut. Model ini dibangun dengan menggabungkan data terkait arus laut, pergerakan sedimen, serta keanekaragaman hayati. Dengan menggunakan algoritma machine learning seperti Random Forests atau Neural Networks, data scientist dapat meramalkan area yang berpotensi mengalami kerusakan ekologi.
Prediksi ini sangat berguna dalam mengidentifikasi perubahan dalam aliran alami air dan sedimen yang dapat meningkatkan intensitas gelombang serta memicu banjir di daerah pesisir. Saran intervensi dapat diberikan sebelum kerusakan permanen terjadi, memungkinkan pihak berwenang mengambil langkah mitigasi yang lebih tepat.

3. Pemantauan Lingkungan Secara Real-Time

Saat penambangan pasir berjalan, pemantauan real-time menjadi sangat penting untuk mendeteksi perubahan langsung pada kondisi lingkungan. Penggunaan sensor berbasis AI dan perangkat Internet of Things (IoT) di area penambangan dapat memantau indikator kunci seperti kualitas air, tingkat sedimen, dan kesehatan keanekaragaman hayati secara terus-menerus.
ADVERTISEMENT
Data real-time ini kemudian diolah dalam model AI yang selanjutnya dapat memberikan peringatan dini jika ambang batas lingkungan terlampaui. Misalnya, sensor yang mendeteksi peningkatan kekeruhan air yang abnormal dapat mengindikasikan gangguan yang signifikan pada ekosistem laut. Peringatan dini ini memungkinkan penyesuaian segera terhadap metode penambangan, sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah.

4. Analisis Cost-Benefit Menggunakan AI

Selain pemantauan lingkungan, AI juga dapat digunakan dalam analisis cost-benefit untuk menimbang keuntungan ekonomi jangka pendek dari ekspor pasir terhadap biaya lingkungan jangka panjang. Menggunakan teknik Multicriteria Decision Analysis (MCDA), berbagai faktor seperti penilaian dampak lingkungan, perkiraan keuntungan ekonomi, serta laporan kesehatan masyarakat dapat diintegrasikan.
Algoritma optimasi seperti Genetic Algorithms dapat mengevaluasi berbagai skenario, membantu menghasilkan rekomendasi optimal terkait metode atau lokasi ekstraksi yang menyeimbangkan profitabilitas dan pelestarian ekologi. Dengan analisis ini, pembuat kebijakan dapat memiliki pemahaman yang lebih komprehensif tentang konsekuensi dari penambangan pasir laut.
ADVERTISEMENT

5. Analisis Disrupsi Habitat dan Keanekaragaman Hayati

Penambangan pasir laut dikenal mengganggu habitat laut, yang dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati. Machine learning dapat digunakan untuk menganalisis dampak langsung dan tidak langsung dari ekstraksi pasir terhadap spesies laut, dengan memproses data historis tentang populasi ikan, kimia air, dan suhu laut.
Dengan menggunakan model Random Forests atau Support Vector Machines (SVMs), ilmuwan lingkungan dapat mendeteksi tren penurunan spesies atau degradasi habitat dengan akurasi lebih tinggi. Selain itu, Natural Language Processing (NLP) dapat diterapkan pada literatur akademik dan laporan lingkungan untuk menemukan pola yang menunjukkan hubungan antara penambangan pasir dan hilangnya keanekaragaman hayati. Dengan demikian, model ini dapat mengidentifikasi spesies atau ekosistem yang rentan, membantu merancang upaya perlindungan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Dengan memanfaatkan teknologi data science dan AI, Indonesia memiliki peluang besar untuk tidak hanya memantau dan memitigasi dampak penambangan pasir, tetapi juga menjadi pelopor dalam penggunaan teknologi untuk pelestarian lingkungan. Jika intervensi berbasis data tidak dilakukan tepat waktu, kerusakan ekosistem yang dihasilkan bisa bersifat permanen, yang pada akhirnya mengancam keberlanjutan ekonomi dan kesejahteraan komunitas pesisir.