Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Menegaskan Kembali Filosofi Kurikulum Merdeka
2 April 2024 9:50 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Al Iklas Kurnia salam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemilihan diksi “merdeka” pada kurikulum merdeka merupakan suatu ide brilian yang digagas oleh Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek). Pasalnya dalam sejarah perkembangan kurikulum tanah air, baru kali ini ada penamaan identitas kurikulum yang begitu filosofis.
ADVERTISEMENT
Padahal pada periode-periode sebelumnya penamaan kurikulum hanya bersifat teknis aplikatif. Sepertinya tidak ada upaya departemen terkait untuk memberikan identitas nama kurikulum yang lebih filosofis dan strategis. Pada era itu nama yang sederhana dan taktis sepertinya lebih disukai dan dipilih.
Alhamuddin dalam jurnal Nur El-Islam Volume 1 tahun 2014 menyebutkan nama-nama kurikulum yang pernah diberlakukan di Indonesia yaitu: Kurikulum Rentjana Pelajaran 1947, Rentjana Pelajaran 1952, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK 2004), Kurikulum KTSP 2006, dan Kurikulum 2013.
Pemberian nama kurikulum merdeka di era digital ini menegaskan pentingnya kata merdeka buat mendidik masyarakat Indonesia. Sepertinya pemerintah ingin masyarakat Indonesia kembali mengenali semangat kata merdeka yang dahulu sering digaungkan oleh para tokoh pendiri negeri. Di era pergerakan kata merdeka ini sinonim dan senapas dengan kata nasionalisme, perjuangan, independensi, kreativitas, dan semangat yang membara.
ADVERTISEMENT
Dengan meminjam diksi merdeka, sepertinya pemerintah melalui dinas pendidikan ingin menginspirasi para stakeholder pendidikan untuk menggapai cita-cita besar para pahlawan yang belum kesampaian yakni menjadikan Indonesia negara yang adil dan makmur. Dengan semangat kata merdeka ini, mudah-mudahan target menjadikan Indonesia negara adidaya yang adil dan makmur bisa segera terlaksana
Pentingnya Kata Merdeka
Kata merdeka merupakan kata yang sangat sakral bagi para aktivis pergerakan di era kolonial. Kata-kata ini mencerminkan kehendak tertinggi yang ingin diraih seluruh rakyat Indonesia. Dengan menggunakan kata merdeka, rakyat dididik untuk berani melawan penjajahan serta memimpikan perubahan nasib yang radikal. Perubahan nasib yang ditentukan oleh diri mereka sendiri dan bukan didikte oleh para penjajah.
Mohammad Hatta melalui pledoi terkenalnya berjudul “Indonesia Merdeka” ikut andil dalam mendidik rakyat Indonesia untuk berani menentang kejamnya penjajahan. Pledoi yang dibacakan pada 9 Maret 1928 ini merupakan kritik keras Bung Hatta atas dampak negatif dari kolonialisme Belanda bagi rakyat Indonesia. Bung Hatta merasa jika penjajahan masih berlangsung di Indonesia, kebahagiaan, keadilan, dan kesejahteraan tidak akan bisa diraih rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, jauh sebelum Bung Hatta menyerukan kata merdeka di muka hakim pengadilan Belanda, Mas Marco Kartodikromo dan sahabatnya Soemantri telah menyuarakan cita-cita kemerdekaan itu melalui karya sastra. Pada tahun 1918 mereka berhasil menerbitkan novel berjudul Rasa Merdika dari balik jeruji penjara.
Di novel berjudul Rasa Merdika itu Mas Marco dan Soemantri mengritik mentalitas budak yang dimiliki rakyat pribumi. Mentalitas budak itu lahir dari jahatnya kapitalisme yang dilakukan para penjajah. Keluasan pikiran dan pendidikan yang berkualitas adalah kunci untuk membebaskan mentalitas budak penduduk pribumi. Dengan meluaskan cakrawala dan bersekolah, rakyat pribumi bisa meraih jiwa yang merdeka. Dengan begitu kebahagiaan bisa dicapai.
Menegaskan Filosofi Pendidikan Merdeka
Diksi merdeka yang terdapat pada kurikulum merdeka bukan merupakan ajang pamer branding dari Kemendikbudristek. Diksi ini dipilih karena filosofi dan sejarah panjang yang melatarbelakanginya. Filosofi dan sejarah yang menampilkan wajah progresivitas, kritisisme, humanitas, dan nasionalisme.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, filosofi kurikulum merdeka ini masih belum begitu dipahami oleh banyak guru di Indonesia. Masih banyak guru yang menerapkan cara-cara kuno dalam praktik mengajar. Misalnya praktik mengajar dengan cara ceramah yang membosankan. Jelas praktik mengajar ini tidak sesuai dengan semangat progresivitas.
Lalu, masih banyak guru yang anti kritik, menghukum dengan cara-cara tidak manusiawi, dan membiarkan perilaku koruptif di lingkungan sekolah. Hal ini mengindikasikan belum meluasnya pemahaman akan filosofi pendidikan kritis, humanis, dan nasionalis. Padahal nilai-nilai itulah yang hendak dicapai melalui diksi merdeka.
Selain itu, diksi merdeka merupakan diksi radikal yang memuat filosofi antagonisme kelas dan dialektika. Pemaknaan kata merdeka pada kurikulum merdeka harus dilandasi nilai-nilai filosofis tersebut. Jika tidak maka akan terjadi bias makna dan ketidakjelasan tujuan.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, kurikulum merdeka dirancang untuk memerangi kebodohan dan ketertinggalan Indonesia dalam dunia pendidikan. Bila Indonesia ingin menjadi negara maju dan besar maka harus ada yang dijadikan musuh bersama dalam dunia pendidikan. Musuh bersama itu bernama kemalasan, sikap acuh, anti teknologi, dan sifat bebal.
Selanjutnya, kurikulum merdeka juga diharapkan bisa memberikan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mengubah nasibnya secara menyeluruh. Pendidikan dengan kurikulum merdeka harus bisa membebaskan para muridnya untuk menjadi apa saja dan siapa saja tanpa dibatasi faktor-faktor ekonomi dan sosial.
Bila filosofi kemerdekaan ini mampu dijadikan acuan tegas, saya yakin pendidikan Indonesia akan menghasilkan buah yang manis. Buah yang selalu impikan semua orang yakni terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, mari bersama-sama memaknai kata merdeka dalam kurikulum merdeka dengan semangat para pendiri bangsa. Hal itu kita lakukan sebagai wujud kesetiaan kita pada cita-cita dan tujuan didirikannya negara Indonesia. Wallahualam.