Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menimbang Untung dan Rugi Green Financing, Implementasi Green Economy
3 September 2023 14:27 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ilham Hardina Atmaja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, isu mengenai green economy atau ekonomi hijau menjadi pembicaraan hangat di kalangan ahli ekonomi dan ahli lingkungan-sosial dari penjuru dunia. Komitmen untuk mengantisipasi perubahan iklim melalui penandatanganan Paris Agreement untuk menanggulangi perubahan iklim menjadi bukti keseriusan dalam isu ini.
ADVERTISEMENT
Green economy mengemuka sebagai respons atas fenomena perubahan iklim global dan permasalahan lingkungan yang mengancam keberlanjutan kehidupan. Green economy atau ekonomi hijau, merujuk pada pendekatan ekonomi yang berfokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Jelasnya, konsep ini menggabungkan aspek-aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial dengan tujuan mempromosikan pertumbuhan keberlanjutan jangka panjang yang ramah lingkungan.
Jika kita membahas mengenai green economy, maka tidak akan terlepas pada kaitannya mengenai green financing. Lantas, apa kemudian yang dimaksud green financing? Green financing, merujuk pada pendanaan yang diberikan untuk proyek-proyek yang ramah lingkungan, dan memainkan peran penting dalam mewujudkan ekonomi berkelanjutan.
Green financing merupakan konsep keuangan hijau yang bertujuan untuk menciptakan dan mendistribusikan produk serta layanan keuangan yang mendorong investasi ramah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka mewujudkan ekonomi berkelanjutan, green financing memiliki peran yang penting. Green financing memberikan kesempatan bagi pemerintah, lembaga keuangan, sektor swasta, dan masyarakat untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menghasilkan keuntungan finansial dan juga berdampak positif bagi lingkungan.
Perkembangan Green Financing di Indonesia
Instrumen dalam bauran green financing sangat beragam. Di Indonesia sendiri, produk keuangan yang berorientasi pada pendanaan proyek hijau terus digalakkan. Dalam rencana untuk mendorong target green financing, perbankan juga melakukan global benchmarking yang digunakan untuk menyusun roadmap ESG.
Peran perbankan tidak luput dari penerapan green financing. Dalam konteks ini, komitmen perbankan dalam green financing melalui mobilisasi dana nasabah untuk investasi hijau, baik dalam bentuk produk kredit, sustainability bond, saham hijau dan sukuk hijau.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, green financing memiliki perkembangan yang baik dari segi produk green financing dari sektor perbankan. Berbagai produk green financing ditawarkan, seperti portofolio pembiayaan, kredit hijau dari perbankan, obligasi hijau, hingga green sukuk ritel.
Mengutip dari Katadata, menyebutkan bahwa portofolio sektor energi terbarukan dari Bank Mandiri mencapai 68,6 persen, dengan nilai Rp 4,3 triliun di akhir 2021. Kemudian, dalam produk sustainability bond, Bank BRI mencatat oversubscription rate sebesar 8,4 kali di Bank BRI pada 2019 dan 8,3 kali di Bank Mandiri pada 2021.
Green sukuk ritel turut memberikan capaian yang baik dalam perkembangan green financing di Indonesia dengan memperoleh 14.337 investor (44,1 persen generasi milenial) untuk seri sukuk hijau ritel ST-008. Mengacu dari Climate Bonds Initative, yang menyebutkan total perhimpunan dana Sukuk Hijau Ritel Indonesia mencapai Rp 11,8 triliun pada akhir 2021.
ADVERTISEMENT
Peluang yang Berorientasi Keuntungan
Green financing memiliki potensi keuntungan finansial jangka panjang untuk berinvestasi dalam proyek-proyek berkelanjutan. Green financing menawarkan berbagai produk dan layanan yang ramah lingkungan melalui investasi pribadi dalam proyek-proyek berkelanjutan. Akan tetapi, sama seperti halnya dengan setiap jenis pendanaan pada umumnya, terdapat pertimbangan untung dan rugi dari green financing.
Secara ekonomi, green financing dapat menghasilkan keuntungan finansial bagi para investor. Proyek-proyek berkelanjutan dapat menghasilkan pendapatan yang stabil dan berkelanjutan dalam jangka panjang, seperti energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah, transportasi berkelanjutan, dan bangunan hijau. Pendanaan ini mempercepat transisi dari model ekonomi yang mengandalkan sumber daya tak terbarukan ke model yang berkelanjutan dan rendah karbon.
Green financing memberikan manfaat langsung bagi lingkungan melalui peningkatan kualitas udara, pengurangan emisi gas rumah kaca, penghematan energi, dan pengelolaan limbah yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Hal ini membantu mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem dan dapat berkontribusi pada perlindungan lingkungan jangka panjang. Dengan dukungan finansial, inovasi teknologi hijau dapat memungkinkan untuk memberikan keuntungan lingkungan yang lebih besar.
Green financing juga dapat memberikan manfaat sosial, seperti menciptakan lapangan kerja baru dalam sektor energi terbarukan dan industri ramah lingkungan lainnya.
Investasi dalam proyek berkelanjutan juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui akses yang lebih baik ke infrastruktur hijau, transportasi ramah lingkungan, dan sumber daya yang berkelanjutan. Pada akhirnya dapat menciptakan pasar investasi yang lebih besar untuk proyek-proyek berkelanjutan.
Green Financing, Menguntungkan namun Penuh Perhatian
Secara keseluruhan, green financing dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Namun, penting untuk dipertimbangkan tantangan dan risiko yang terkait dalam implementasinya dengan memastikan pendekatan manajemen yang tepat. Seperti investasi lainnya, green financing juga melibatkan risiko keuangan.
ADVERTISEMENT
Proyek-proyek berkelanjutan mungkin perlunya investasi awal yang lebih tinggi dan memiliki jangka waktu pengembalian yang lebih lama dibandingkan dengan proyek konvensional. Selain itu, regulasi yang berkaitan dengan pendanaan berkelanjutan juga dapat mempengaruhi profitabilitas dan ketersediaan dana. Oleh karena itu, penilaian risiko yang cermat dan manajemen yang baik diperlukan untuk meminimalkan kerugian potensial.
Implementasi green financing dapat melibatkan tantangan yang begitu kompleks, terkadang ada ketegangan antara tujuan keberlanjutan dan tujuan keuntungan finansial. Beberapa proyek berkelanjutan mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai pengembalian investasi yang memadai.
Oleh karena itu, penting bagi lembaga keuangan dan investor untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara tujuan ekonomi dan lingkungan dengan alokasi yang tepat untuk mencapai hasil yang optimal.
ADVERTISEMENT
Penilaian proyek berkelanjutan dan standar keberlanjutan yang konsisten menjadi tantangan. Menentukan proyek mana yang benar-benar berkelanjutan dan memenuhi kriteria keberlanjutan bisa rumit. Selain itu, risiko teknis, perubahan kebijakan, dan fluktuasi pasar juga dapat mempengaruhi dalam keberlangsungan proyek yang berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan kerangka kerja dan standardisasi untuk mengevaluasi proyek-proyek berkelanjutan.
Rekomendasi Kebijakan
Selaras untuk mendukung tujuan green financing, pendanaan perlu dialokasikan pada program yang memiliki potensi keberlanjutan dan ramah lingkungan. Pemerintah dapat mengoptimalkan upaya dalam membangun kebijakan yang sesuai dengan perubahan iklim melalui pendekatan green financing.
Salah satunya dengan mengembangkan kebijakan yang mendorong pendanaan hijau, seperti pengenaan harga karbon, pajak lingkungan, dan sebagainya. Sektor institusi dan lembaga keuangan turut memegang peranan penting untuk meningkatkan penyediaan dana dan pengembangan instrumen untuk proyek hijau.
ADVERTISEMENT
Dengan kerja sama yang tepat, implementasi dari gagasan green financing untuk mewujudkan ekonomi berkelanjutan yang berbasis green economy dapat tercapai di Indonesia.