Bersantap Siang di 'Ruang Tamu' Pensiunan Garuda Indonesia

Konten dari Pengguna
22 September 2021 10:42 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bersantap Siang di 'Ruang Tamu' Pensiunan Garuda Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Catatan Ilham Bintang
Bersantap di The Parlor Rancakendal Luhur 9, Dago, Bandung, Selasa, (21/9) siang. The Parlor ternyata bukan cafe biasa. Menunya banyak, dari masakan Sunda, Indonesia, hingga Western. Parlor, diadopsi dari bahasa Perancis, yang artinya Ruang Tamu.
ADVERTISEMENT
Berdiri di atas lahan sekitar 5000m2, The Parlor memiliki banyak ruang duduk/ruang makan outdoor. Tampaknya, itu salah satu selling point, yang memberikan rasa aman dan rasa nyaman di masa pandemi. Maklumlah, bersantap saja pun di masa pagebluk COVID-19, perlu ruang yang menjamin tamu cukup leluasa untuk ambil jarak sesuai protokol kesehatan. Resto ini memiliki banyak spot foto yang bertebaran di area, menjadi salah satu daya pikatnya. Ada jajaran kontainer di lantai atas menyerupai gerbong kereta layang.
Tiga cucu yang ikut: Dastan, Darsiv, dan Dahim, merasa nyaman bermain selama berada di sana. Itu menjadi ukuran, sekurangnya buat saya, cafe ini layak untuk keluarga.
Sekeliling resto terbuka tanpa sekat: mengalirkan sinar matahari dan angin yang dingin khas perbukitan. Keramahtamahan karyawannya, khas Sunda, menambah kenyamanan, pengunjung seperti berada di rumah sendiri.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan menunya? Saya memilih Sop Buntut Bakar. Tidak salah kalau Heri Yurisfin Rivano, salah satu owner bisnis keluarga itu, menjagokan sop buntut bakar tersebut sebagai menu favorit restonya. Faktanya memang begitu, lezat. Daging sop buntutnya empuk, dengan kuah yang bumbunya maknyus. Istri dan menantu memilih menu ikan dori sambal matah. Sedangkan cucu-cucu bersantap steak ayam. Susternya bersantap nasi goreng. Semua enak, disantap sampai habis.
Oh, iya, saya juga memuji Wedang Uwonya. Harganya relatif murah untuk makanan lezat. Heri pun memberi diskon 20% untuk makanan tadi sebagai pengunjung baru.

Alam dan kreasi kuliner

Bandung memang bukan cuma Kota Kembang. Julukannya yang lain, kita sudah tahu: Kota Kuliner. Julukan itu sudah melekat sejak zaman dulu. Ungkapan pomeo klasik: tidak sah berkunjung ke Bandung jika hanya menikmati suasana alamnya yang sejuk tanpa menikmati kuliner. Dari mulai Siomay, Batagor, Laksa, Bubur Ayam, Ayam Goreng Nikmat, Nasi Goreng Pikiran Rakyat, Warung Lela, Mak Une, hingga Sate Kambing Haji Harris langganan Deddy Mizwar, mantan Wagub Jabar. Ada juga pelbagai menu western yang di create khas Bandung oleh para juru masak Kota Perjuangan itu. Tampaknya para pengusaha kuliner zaman "now" ini tidak hanya menawarkan "food " tetapi juga "mood" yang di create sedemikian rupa untuk memanjakan tamu.
Seperti yang bisa kita rasakan di Kampung Daun atau Nara Park Ciumbuleuit yang bagai panggung festival kuliner dari berbagai resto di dalam satu area wisata alam. Dari masakan Sunda, Indonesia, Jepang, Korea, hingga Western. Memadukan alam dengan kuliner. Untuk menyasar pengunjung bersantap dengan seluruh anggota keluarga. Tapi, untuk urusan itu, tampaknya Kawasan Dago-lah jagonya. Daerah ini terkenal sebagai wilayah perpaduan perbukitan dan pemandangan alam yang indah dan dingin menjadi salah satu obyek wisata kuliner yang sohor di Bandung.
ADVERTISEMENT
Pengusaha wisata Kuliner di Dago seperti dipecut untuk terus berlomba menyajikan makanan dan suasana yang bisa membuat pengunjungnya, seluruh keluarga, betah.

Refund tiket Garuda

Kisah The Parlor ada awalnya. Awal tahun lalu, saya batal Umroh ke Tanah Suci, karena pandemi. Pas di hari keberangkatan 27 Februari 2020 lalu, Pemerintah Arab Saudi membatalkan semua visa jamaah Umroh dari seluruh dunia. Dampaknya, tiket pesawat sulit di refund karena kondisi maskapai Garuda Indonesia pas pula hadapi masalah finansial yang serius.
Waktu itu, seorang kawan, direktur Garuda, menjamin tiket tetap bisa di refund dengan voucher senilai nominal harga tiket. Setahun berlalu, saya terlewatkan urusan itu. Kawan direktur sudah pula berhenti dari jabatannya.
Minggu lalu, saya coba urus lagi. Namun, konter Garuda Indonesia di Mal Puri Indah sudah tutup. Saya mengontak kawan di Bandung, Heri Yurisfin Rivano. Dia pensiunan dini Garuda dengan jabatan terakhir GM Quality Control. Ia pun dengan senang hati membantu. Satu jam urusan selesai, saya dapat voucher Garuda yang nilainya sama dengan dua tiket umrah kelas bisnis.
ADVERTISEMENT
Ketika awal minggu ini saya trip di Bandung, saya kontak Heri untuk mengucapkan terima kasih. Dari dia lah saya mendapat rekomendasi The Parlor untuk bersantap siang bersama anak cucu.

Dibuka Desember 2015

Berdasar informasi di internet, The Parlor pertama kali buka tanggal 15 Desember 2015. Praktis sejak itu The Parlor ini selalu ramai dikunjungi pemburu food dan mood. Arsitektur bangunannya yang bertema industrial, terpampang pada desain jendela dan kontainer-kontainer berada di tingkat atas. Bangunan The Parlor berdiri di atas lahan seluas 5000m2, bagian dari lahan seluruhnya seluas 6 Ha. "Nantinya akan dibangun banyak villa di atas lahan itu," kata Heri. Heri ternyata salah satu owner The Parlor. Bisnis resto itu milik keluarga. Yang diserahi menangani adik bungsu Heri.
ADVERTISEMENT
Di setiap sudut The Parlor diisi dengan desain interior yang apik, aksen serba kayu perabotannya dan di ruangan memberi kesan nyaman dan hangat. Dilengkapi dengan sentuhan modern ala anak muda berupa lampu neon dan mural-mural yang terpampang di beberapa dindingnya. Siang ataupun malam tempat-tempat di The Parlor siap menjadi spot foto terbaik bagi pengunjung yang senang ber-selfie ria.
Bermaksud memanjakan lifestyle kalangan anak muda, di The parlor pun terdapat jejeran toko fashion, aksesoris, dan sneakers yang dihuni oleh brand ternama seperti Greenlight, 3Second, Moutley, Famo, Tesmak, dan brand lainnya. Berbagai perlengkapan bagi para penggemar atau komunitas motor ada di store-nya FMC (Famo Motorcycle) dan Pikers Club.
Terhampar amphitheater kecil yang bisa dijadikan tempat pertunjukkan seni. Di bagian atas, sudah disiapkan ruang untuk art gallery yang dinamai The Space dan art shop, The Artsy. Wadah untuk para pelaku seni yang ingin memamerkan sekaligus menjual karya-karyanya.
ADVERTISEMENT
Menu andalannya seperti yang sudah disebut adalah sop buntut dan pizza khas The Parlor yang dibuat secara khusus dengan resep asli dari Italia. Untuk minuman andalannya ada varian blended drinks dan tentunya sajian kopi authentic dari The Parlor.
Sebagaimana usaha yang lain, The Parlor pun terdampak pandemi COVID-19 sejak awal tahun lalu. Beberapa rencana pengisian kelengkapan resto untuk menjadi one-stop-holiday ikut tertunda pembangunannya. Baru akan dilanjutkan kembali. Termasuk pembangunan villa-villa. Hampir dua tahun manajemen fokus konsentrasi operasional sehari-hari The Parlor. Beruntung saja mereka sudah punya pelanggan loyal. Ia diuntungkan juga oleh venue-nya yang terbuka, sehingga resto dengan konsep baru itu tetap jalan.