Terbayang-bayang Salat Subuh di Masjid Nabawi dalam Cuaca Dingin

Konten dari Pengguna
27 Februari 2020 14:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masjid Nabawi, Madinah. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Nabawi, Madinah. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
ADVERTISEMENT
Catatan: Ilham Bintang
Terbayang-bayang salat subuh di Masjid Nabawi, Madinah, dalam cuaca dingin, 14-15 derajat celsius. Juga salat Jumat nanti, serta ziarah ke tempat bersejarah di dua kota suci Madina dan Makkah.
ADVERTISEMENT
Di Makkah tentu lebih asyik lagi tawaf dan sai dalam cuaca seperti di Eropa. Karena itulah antara lain sejak awal bulan saya dan istri memutuskan untuk umrah. Berangkat dari Jakarta ke Madinah, Kamis (27/2), dengan Garuda GA 960. Visa sudah saya kantongi minggu lalu, suntik vaksin meningitis sebagai kelengkapannya, kartu kuning yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan sudah dikantongi juga.
Seperti tahun lalu, umrah kami sekarang pun tanpa travel. Urus sendiri. Dari booking tiket dan hotel. Di Madinah maupun Makkah. Mutawwif baru semalam kami kontak. Referensinya dari Dirut Anta Umrah, Iwan Giwangkara. Pak Bos Iwan ini juga yang mengurusi visa kami yang selesainya cepat, cuma dua hari.
Umrah dengan kunjungan pertama di Kota Madinah baru pertama kali kami jalani. Sebelumnya terbalik, masuk Makkah dulu baru ke Madinah.
ADVERTISEMENT
Kami akan menetap di Madinah selama 5 hari, dari 27 Februari sampai 2 Maret. Setelah itu berangkat ke Makkah dengan kereta cepat Harramain Highspeed. Dengan kereta ini Madinah-Makkah ditempuh hanya dalam tiga jam. Saya sudah pernah mencobanya tahun lalu.
Tapi, semalam berubah situasinya. Rupanya, kereta cepat itu hanya beroperasi Kamis sampai Minggu. Maka semalam itu juga saya kontak Ustaz Jumdan, mutawwif kami di Makkah. Minta carikan mobil GMC untuk tumpangan dari Madinah-Makkah, Senin pagi (2/3) selepas sarapan.
Sampai jam 12 malam baru rampung urusan handling di Tanah Suci. Habis salat subuh periksa kembali barang bawaan. Beres. Tidak ada yang terlupa. Selanjutnya siap-siap jogging pagi satu jam. Saat mengenakan sepatu, sekitar jam 6 pagi, dr Yassin Bintang, putera nomer dua, kirim pesan lewat WhatsApp. Isinya mengejutkan. Dia meng-capture isi FB Jamal Bilad, boss Travel Al Bilad. Isinya mengejutkan: Saudi menghentikan pemberian visa Umrah. Bagi yang sudah memperoleh visa pun ditolak masuk Tanah Suci.
ADVERTISEMENT
Saya tidak hirau lagi dengan Marah Sakti Siregar, wartawan senior, tetangga yang datang menjemput untuk jogging pagi tadi. Kebetulan pula mendadak hujan, sehingga jogging boleh dilupakan.
Saya segera mengontak beberapa kawan yang punya hubungan dengan Saudi atau umrah. Tapi sepagi itu tak mudah mengontak orang.
Hanya Iwan Giwangkara yang menyahut. Jamal saja, sumber pertama penyebaran info itu sama sekali tidak merespons. Tiga jam kemudian baru merespons. Dia sakit vertigo. Tidak bisa bangun dari tempat tidur.
Dari Iwan sekejap saja informasi jadi terang benderang. Saudi memang betul melarang jemaah umrah masuk di Tanah Suci untuk sementara. Secara eksplisit disebut juga Saudi melarang masuk Masjid Nabawi. Artinya, jemaah yang sudah terlanjur tiba di Madinah pun dilarang beribadah ke Masjid Nabawi.
ADVERTISEMENT
Iwan melengkapi informasinya dengan foto dan video jemaah umrah Indonesia yang tiba di Bandara King Abdul Azis, Jeddah dengan pesawat Saudi. Foto-foto dan video itu diambil Rabu (26/2 malam). Menggambarkan satu per satu jemaah diperiksa suhu badannya di atas pesawat. Pemeriksaan itu berlanjut menjelang check-in di Imigrasi.
Setelah mempelajari semua informasi itu, saya dan isteri dengan berat hati memutuskan membatalkan keberangkatan. Langkah selanjutnya mengontak Garuda, hotel, dan Mutawwif.
Di Tanah Suci, mungkin karena masih subuh di sana, Mutawwif baru menjawab dua jam kemudian. Itu pun masih akan mengonfirmasi semua informasi kepada pihak yang terkait. Mutawwif di Madinah malah sempat balas saya, menganggap larangan itu hoaks. Dalam hati dia pasti menjerit. Banyak jemaahnya yang akan tiba Kamis malam ini di Madinah.
ADVERTISEMENT
Meski kecewa, saya dapat memahami keputusan pemerintah Arab Saudi. Ini menyangkut keselamatan jiwa warganya. Mereka tidak mau mempertaruhkan jiwa warganya dengan tujuh juta jemaah yang berumrah tiap tahun. Pemasukan besar dari jemaah itu tidak membuat mereka tergiur. Seperti itulah sikap pemerintah di mana pun. Apalagi menghadapi virus corona yang tidak berwujud. Tidak bisa sembarangan menerima tamu masuk negaranya. Apalagi sampai menawarkan berbagai fasilitas untuk dikunjungi di tengah kecamuk wabah itu di seluruh dunia.
Berumrah dalam cuaca dingin kami batalkan. Tetapi tetap saja sulit mengusir bayangan nikmatnya beribadah di Tanah Suci, Makkah dan Madinah. Masih terbayang-bayang nikmatnya salat subuh dan salat Jumat di masjid Nabi pas Jumat besok.
ADVERTISEMENT