Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Terus Belajar, Tantangan Komunikasi Era Digital
12 Mei 2023 21:43 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ilmu Komunikasi UMY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi memudahkan rba-serbi kehidupan manusia. Digitalisasi menghadirkan kemudahan manusia dalam melakukan interaksi maupun menyebarkan informasi dengan cepat. Meski demikian, masih menjadi penting tetap memperhatikan bagaimana menerapkan etika dalam berjejaring di internet. Etika menjadi salah satu komponen yang tidak bisa dipisahkan dari interaksi antar manusia.
ADVERTISEMENT
Semua tingkat komunikasi baik antar pribadi hingga komunikasi massa lekat kaitannya dengan etika. Era digital seperti hari ini membuat informasi dapat diakses oleh siapa saja dan dari mana saja, hal ini memungkinkan terjadinya kesenjangan dengan adanya perbedaan latar belakang serta pemahaman antara kelompok satu dengan kelompok lainnya.
Perusahan, organisasi hingga instansi perlu terus memperhatikan apa-apa yang dibagikan di media sebagai representasi reputasinya. Hal ini menjadi penting diperhatikan oleh praktisi-praktisi komunikasi.
“Demikian juga promosi produk barang dan jasa, terutama aktivitas periklanan, telah diatur dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI). EPI bersifat swakramawi, artinya dibuat oleh insan periklanan untuk mengatur segala aktivitas periklanan. Secara teoritis, EPI adalah bentuk dari etika deontologi. Deontologi menekankan pada kepatuhan terhadap tatanan dan hukum (law and order),” jelas Fajar Junaedi, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam wawancara pada Kamis melalui media daring Whatsapp (11/5/2023).
ADVERTISEMENT
Tak sampai disana, tantangan komunikasi menanjak level menjadi global, seperti hadirnya platform media sosial misalnya. Media sosial tidak hanya berputar dalam satu daerah atau negara, namun mampu menjangkau hingga seluruh dunia, berbagai negara atau lintas negara.
Menurut mas Jun, hal ini menjadikan penerapan etika kian urgent. Aktivitas periklanan melewati batas negara melalui media daring, internet menjadi pemicunya. Kepatuhan terhadap hukum dan tatanan yang menjadi prinsip etika deontologi menjadi jawabannya.
Semakin menjadi tantangan bagi perusahaan ketika media merangkap fungsi menjadi jembatan advokasi. Kemunculan film dokumenter dan iklan layanan masyarakat atau public advertisement yang kritis adalah buktinya. Bagi perusahaan, hal ini memiliki peluang dalam menciptakan imaji yang merusak reputasi perusahaan bahkan memungkinkan adanya penggiringan opini.
ADVERTISEMENT
Penulis buku Etika Komunikasi di Era Siber itu menambahkan, kritik di media adalah hal baik sepanjang disertai argumen dan bukti. Menjadi tidak baik adalah jika kritik yang disampaikan tidak disertakan bukti yang valid. Jika kritik tanpa bukti, maka bisa menjadi hate speech dan hoax.
Menutup wawancara, mas Jun menyampaikan pentingnya memahami etika, terutama etika terapan dalam komunikasi baik bagi praktisi, akademisi maupun mahasiswa. Jangan pernah lelah membaca dan belajar, terutama dalam hal ini adalah tentang etika, pungkasnya. (fsb)