Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pemuda Millennial Phobia Menikah
13 Desember 2022 21:58 WIB
Tulisan dari Ima Widiastuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menikah adalah salah satu tujuan besar sebagian manusia di dunia ini, karena dengan menikah kita bisa melimpahkan segala kasih sayang kepada orang yang kita cintai. Namun, ternyata tidak semua orang menginginkan melakukan pernikahan karena satu dan lain hal. Seperti yang kita ketahui, bahwa kehidupan setelah pernikaham tidak seindah seperti yang ada di dalam novel, ada banyak sekali masalah yang akan terjadi dan hal ini menjadi faktor bagi pemuda milenial berpikir panjang untuk melakukan sebuah pernikahan.
ADVERTISEMENT
Pentingkah Menikah?
Seperti yang kita ketahui bahwa pernikahan di era sekarang ini adalah suatu hal yang tidak terlalu penting bagi kaum muda. Banyak kaum muda zaman sekarang yang mengesampingkan pernikahan dan mendahulukan karir serta kesuksesan mereka. Banyak muda-mudi yang secara terang-terangan berbicara bahwa dirinya pantang menikah sebelum sukses dan juga merasa tidak membutuhkan seorang pasangan hidup. Apalagi khususnya untuk perempuan zaman sekarang yang merasa bahwa dirinya bisa tetap hidup tanpa adanya seorang pasangan dengan embel-embel “Independent Woman.” Independent Woman adalah perempuan mandiri yang cenderung dapat memenuhi segala keinginannya sendiri.
Seperti salah satu chef terkenal di Indonesia yang tidak memiliki keinginan untuk menikah yaitu chef Juna. Dalam channel YouTube PUELLA ID, Agustus 2021 ia mengatakan bahwa menikah itu tidak harus, bahkan ia juga tidak pernah membebani hidup dengan kata harus. Sehingga kita dapat menyimpulkan untuk sebagian orang, menikah bukanlah sesuatu yang harus dilakukan, namun dengan tidak melakukan pernikahan sudah pasti akan ada banyak konsekuensi yang akan ditanggung.
ADVERTISEMENT
Padahal kalau bicaratentang penting atau tidaknya melakukan pernikahan, jelas saja itu adalah hal yang penting dan dianggap sebagai bentuk bukti komitmen. Karena, pada dasarnya manusia itu tidak bisa hidup sendiri. Namun, sayangnya di zaman sekarang ini sifat individualis seseorang semakin tinggi, sehingga khususnya bagi sebagian banyak orang menganggap bahwa dirinya tidak membutuhkan seorang pasangan dan bahkan bisa saja terus berhubungan tanpa status yang jelas seperti pernikahan. Hubungan dengan ikatan pernikahanpun tidak menjamin kesetiaan seseorang, apalagi tanpa ikatan pernikahan.
Jika dipikirkan lebih dalam, melalui perspektif ilmu agama, pernikahan adalah bentuk dari menjauhi perbuatan yang melanggar norma sosial. Seperti sebuah ayat Al-Qur’an Q.S Al-Isra: 32 menyebutkan “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
ADVERTISEMENT
Kalaupun seseorang memutuskan untuk tidak menikah karena merasa ia bisa hidup tanpa adanya pasangan, maka itu adalah salah, karena saat tua ia tidak memiliki keluarga yang bisa mengurusnya atau teman cerita dan berkeluh kesah di saat orang-orang terdekatnya telah memiliki keluarga dan kesibukan masing-masing.
Trauma Masa Lalu
Namun, apakah ketidakmauan pemuda zaman sekarang untuk menikah hanyalah karena faktor karir? Ternyata tidak juga, karena ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi pola pikir macam ini. Seperti contohnya adalah adanya trauma dari masa lalu seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut enggan untuk melakukan pernikahan atau melakukan sebuah komitmen percintaan.
Studi juga menyebutkan jika hampir 70% pemuda milenial masih lanjang atau tidak terlalu memikirkan kisah percintaan di hidupnya. Karena mereka sangat menghindari potensi-potensi masalah keluarga yaitu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) atau perceraian. Seperti yang kita ketahui bahwa tingkat KDRT di Indonesia cukup tinggi hingga mencapai 79,5% menurut data dari KemenPPPA, sehingga hal ini menjadi faktor utama trauma seseorang untuk tidak melakukan pernikahan.
ADVERTISEMENT
Padahal menurut pakar psikologi Munandar (2001), ia mendefinisikan pernikahan adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan yang permanen dan ditentukan oleh kebudayaan dengan tujuan mendapatkan kebahagian ketertarikan bersifat persahabatan dan ditandai oleh perasaan bersama dan saling memiliki. Namun, tak banyak pula pernikahan yang berujung pada kegagalan dan menyebabkan kegagalan tersebut membentuk sebuah trauma. Trauma ini terdapat dalam teori Gamophobia, yaitu ketakutan seseorang dalam melakukan komitmen hubungan terutama pernikahan. Fobia ini bisa muncul karena trauma akan kegagalan hubungan masa lalu atau pengalaman masa kecil, seperti melihat hubungan orang tua yang buruk atau perceraian.
Merasa Tidak Pantas
Seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali pemuda milenial yang merasa insecure atau tidak percaya diri atas dirinya sendiri. Ternyata, rasa tidak percaya diri itu juga bisa menjadi faktor seseorang enggan untuk melakukan pernikahan. Seseorang merasa tidak pantas dan merasa tidak sempurna untuk menjadi seorang pendamping untuk pasangannya. Padahal pernikahan adalah suatu bentuk penyempurnaan, seperti kata Merry Maeta Sari yaitu "hakikat pernikahan adalah menggenapkan yang belum genap dan menyempurnakan yang kurang sempurna".
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, cobalah untuk bisa menerima diri sendiri karena pada dasarnya memang manusia itu tidak ada yang sempurna dan biasakanlah berkomunikasi kepada pasangan untuk mencari solusi dari setiap masalah agar terbangunnya kepercayaan yang kuat, sehingga tidak ada lagi perasaan merasa tidak pantas satu sama lain.
Penyebab-penyebab para pemuda zaman sekarang enggan untuk menikah ternyata memiliki alasan yang tidak bisa dibilang remeh. Oleh karena itu, penting bagi sebagian orang melakukan penyembuhan trauma untuk diri mereka yang memiliki trauma pada komitmen terutama pernikahan. Selain itu, penting juga bagi para pemuda agar tidak terburu-buru mengambil keputusan untuk tidak menikah karena alasan karir, tidak butuh seorang pasangan hidup, atau bahkan merasa tidak pantas untuk siapapun karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu membutuhkan manusia lain sebagai tempat pulang, berbagi kasih, dan juga bersandar.
ADVERTISEMENT