Amerika Serikat Resmi Masuk Jurang Resesi, Apa Dampaknya bagi Ekonomi Indonesia

Imam Mahdi
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Malang
Konten dari Pengguna
30 Juli 2022 16:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imam Mahdi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: dokumen pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: dokumen pribadi.
ADVERTISEMENT
Setelah kita melewati masa-masa ekonomi sulit pada saat pandemi Covid-19. Dunia kembali memasuki masa-masa sulit, setelah terjadi operasi militer Rusia ke Ukraina. Operasi militer ini berawal disaat Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pelaksanaan operasi militer pada tanggal 24 Februari 2022.
ADVERTISEMENT
Kebijakan dari Putin ini mendapatkan kecaman dari dunia internasional khususnya dari negara barat (Amerika Serikat dan sekutu). Negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Korea Selatan, Jepang, Australia, Jerman, dan berbagai negara sekutu Amerika Serikat lainnya. Mereka kompak memberlakukan sanksi ekonomi bagi Rusia. Sanksi ekonomi tersebut seperti pemutusan atau pembatasan hubungan dagang, kerjasama ekonomi, pemblokiran akses bank Rusia, dan berbagai sanksi ekonomi lainnya.
Tentunya dari sanksi-sanksi tersebut, menghadirkan dampak buruk bagi Rusia. Perekonomian Rusia mengalami gejolak akibat dari sanksi ekonomi dari negara-negara barat tersebut. Akibatnya, Rusia tidak mau kalah dari barat. Putin juga mengeluarkan berbagai sanksi balasan bagi negara-negara yang dianggap tidak bersahabat dengan Rusia.
Sanksi balasan dari Rusia ini seperti pembatasan ekspor minyak dan gas ke Eropa. Putin mewajibkan negara-negara yang mau membeli minyak dan gas Rusia untuk melakukan pembayaran seluruh transaksi dengan mata uang Rubel. Kita ketahui bersama bahwa Eropa sangat bergantung dengan minyak dan gas Rusia. Akibatnya, negara-negara Eropa bimbang dan mau tidak mau harus mengikuti aturan Rusia.
ADVERTISEMENT
Tidak cukup demikian, baru-baru ini Rusia memutuskan untuk memangkas pasokan minyak dan gas ke Eropa. Rusia hanya memasok 20% dari sebelumnya. Akibat dari beberapa kebijakan Rusia khususnya dalam komoditas minyak dan gas ini. Dunia mengalami kelangkaan pasokan minyak dan gas. Sehingga harga minyak dan gas dunia mengalami kenaikan secara drastis dan termasuk harga termahal dalam beberapa tahun terakhir.
Kenaikan minyak dan gas dunia ini menghadirkan dampak buruk yang semakin besar. Berbagai negara di dunia mengalami tekanan ekonomi akibat inflasi yang sangat besar. Berbagai komoditas lain mengalami kenaikan harga mengikuti tren kenaikan harga minyak dan gas dunia, termasuk di negara sebesar Amerika Serikat.
Hingga pada akhirnya, pada akhir bulan Juli ini. Amerika Serikat secara resmi masuk ke jurang resesi. Terjadinya resesi di AS sangat memiliki potensi menghadirkan dampak perekonomian bagi negara berkembang tidak terkecuali Indonesia. Setidaknya ada 3 dampak bagi perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pertama, terjadinya resesi ekonomi di AS dapat menekan kuantitas permintaan ekspor Indonesia baik yang berupa barang komoditas ataupun barang manufaktur. Hal ini terjadi karena masyarakat AS cenderung mengurangi tingkat pembelian barang-barang impor dan lebih memilih untuk berhemat akibat terjadinya pelemahan daya beli masyarakat.
Kedua, terjadinya resesi ekonomi di AS juga akan merubah komposisi di pasar keuangan. Resesi akan mengakibatkan adanya transmisi karena para investor akan mengalihkan dananya ke aset yang lebih aman seperti emas dengan tujuan untuk menjauhi risiko stagflasi dan dampak resesi di AS.
Ketiga, terjadinya resesi di AS akan mendorong The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan. Yang kemudian dapat menjadi acuan bagi bank sentral di seluruh dunia untuk ikut menaikkan tingkat suku bunga acuannya termasuk Bank Indonesia. Resesi di Amerika Serikat juga dapat menyebabkan terjadinya depresiasi mata uang Rupiah.
ADVERTISEMENT