Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Eating Disorder: Pengaruh Body Shaming terhadap Gangguan Makan
4 Desember 2022 10:09 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Inas Fathin Taqiyyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teknologi yang semakin maju saat ini dapat membantu seseorang mudah untuk mengakses ataupun menerima berbagai macam informasi dari beragam media, salah satunya melalui smartphone. Mudahnya penyebaran informasi yang terjadi karena adanya kemajuan teknologi ini dapat mempengaruhi perspektif masyarakat akan suatu hal, termasuk tentang adanya standar tubuh ideal bagi seseorang baik laki-laki maupun perempuan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, standar bentuk tubuh yang ideal adalah serasinya berat badan dengan tinggi badan. Hal ini dapat kita lihat pada iklan yang ada di televisi ataupun di media sosial yang selalu menampilkan seorang perempuan ataupun laki-laki yang dipercaya memiliki standar bentuk tubuh yang ideal. Biasanya wanita digambarkan sebagai seseorang yang memiliki badan langsing, kaki yang jenjang, dan berkulit putih. Sedangkan pria digambarkan dengan seseorang yang memiliki otot dan tubuh yang sehat (Strandbu & Kvalem dalam Widiasti, 2016).
Adanya standar ideal yang digambarkan tersebut dapat membentuk citra tubuh (body image) di kalangan masyarakat, khususnya para remaja (Sakinah, 2018). Pada usia remaja, banyak perubahan yang akan terjadi salah satunya adalah perubahan fisik. Menurut Santrock (2012) saat seorang remaja perempuan mengalami pubertas, mereka akan merasa kurang puas dengan perubahan tubuhnya terkait dengan meningkatnya jumlah lemak.
ADVERTISEMENT
Adanya body image ini memungkinkan seseorang untuk membandingkan keadaan tubuhnya dengan tubuh orang lain sehingga menimbulkan rasa malu, yang biasa disebut body shame (Damanik, 2018). Menurut laman resmi Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders atau ANAD, body shaming adalah segala bentuk tindakan di mana seseorang mengomentari bentuk maupun ukuran tubuh orang lain yang menimbulkan perasaan bahwa tubuhnya memalukan. Widiasti (2016) mengatakan bahwa remaja sering menjadikan fisik sebagai bahan ejekan terhadap individu. Walaupun hanya bercanda, body shaming dapat dikategorikan dalam perundungan/pem-bully-an secara verbal atau lewat kata-kata.
Chairani (2018) menyebutkan bahwa ada korelasi yang tinggi antara body shaming dengan gangguan makan. Hal ini terjadi karena mereka yang belum bisa menerima dirinya sendiri akan berusaha mengurangi rasa malu akan sesuatu yang membuat mereka menjadi objek body shaming. Dengan itu, mereka akan berupaya keras untuk membentuk tubuh yang ideal yang terkadang dilakukan dengan diet ekstrim ataupun makan berlebihan yang dapat membahayakan kesehatan, bahkan lebih parah lagi hal ini dapat menyebabkan eating disorder. Pengertian eating disorder sendiri adalah gangguan makan.
Jenis-jenis gangguan makan
ADVERTISEMENT
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Edition (DSM-IV) mengklasifikasikan bahwa ada 3 jenis gangguan makan; anorexia nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan binge-eating disorder (BED).
1. Anorexia nervosa
Anorexia nervosa (AN) adalah gangguan makan dengan cara membuat penderita tetap merasakan lapar. Biasanya tujuan mereka adalah untuk memiliki, mempertahankan atau menghasilkan penampilan fisik yang ramping. Gangguan makan ini ditandai dengan penolakan terhadap makanan dan juga rasa takut yang sangat berlebihan dengan berat badan yang meningkat. Hal ini menyebabkan penurunan berat badan yang sangat drastis.
2. Bulimia nervosa
Bulimia nervosa (BN) adalah gangguan makan yang ditandai dengan memuntahkan kembali makanan yang telah di makan secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini biasanya dilakukan sebagai bentuk hukuman atau penyiksaan diri karena ia merasa telah makan dengan sangat berlebihan.
ADVERTISEMENT
3. Binge eating disorder
Binge eating disorder (BED) adalah gangguan makan yang ditandai dengan seringnya seseorang makan dalam porsi yang besar kemudian sulit untuk berhenti. Namun setelah makan ia akan merasa bersalah atas perilaku makannya tersebut.
Gangguan makan atau eating disorder ini tidak dapat berkembang hanya dengan adanya satu faktor saja. Ada beberapa faktor dalam kehidupan seseorang yang dapat mempengaruhi gangguan makan, diantaranya adalah faktor psikologis dan faktor sosio-kultural (Davidson et.al, 2010). Faktor psikologis dapat terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh yang dimiliki. Sedangkan untuk faktor sosio-kultural adalah keinginan seseorang untuk mencapai standar berat badan yang ideal dan juga mengurangi rasa malu karena body shaming.
Referensi
Chairani, L. (2018). Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis. Buletin Psikologi. Diterbitkan. Pekanbaru: UIN Suska Riau, 26(1), 12-27.
ADVERTISEMENT
Davison, at. Al. (2010). Psikologi Abnormal Edisi Ke-9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kurniawati, Y., & Lestari, S. (2021). Beauty Bullying or Body Shaming? Upaya Pencegahan Body Shaming Pada Remaja. PLAKAT (Pelayanan Kepada Masyarakat), 3(1), 69-78.
Lestari, S. (2019). Bullying or body shaming? Young women in patient body dysmorphic disorder. PHILANTHROPY: Journal of Psychology, 3(1), 59-66. http://dx.doi.org/10.26623/philanthropy.v3i1.1512
Sakinah. (2018). “Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara Mengatasinya. Jurnal Emik: Universitas Hasanuddin, 1(1), 53-66.
Santoso, M. B., & Putri, D. (2018). Gangguan makan anorexia nervosa dan bulimia nervosa pada remaja. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(3), 399-407. https://doi.org/10.24198/jppm.v4i3.18618
Sari, T. I., & Rosyidah, R. (2020). Pengaruh Body Shaming terhadap Kecenderungan Anorexia Nervosa pada Remaja Perempuan di Surabaya. Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi, 11(2), 202-217. https://doi.org/10.21107/personifikasi.v11i2.9105
ADVERTISEMENT
Live Update