Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
22 Ramadhan 1446 HSabtu, 22 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Optimis dengan Gerakan #KaburAjaDulu: Migrasi sebagai Investasi Jangka Panjang
21 Maret 2025 12:45 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari inayah hidayati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perdebatan mengenai gerakan #PergiJadiDulu terus berlanjut. Di satu sisi, migrasinya para individu, khususnya dari kelompok muda produktif, dipandang sebagai peluang untuk mengembangkan keterampilan dan meningkatkan kapasitas diri di negara dengan peluang yang lebih baik. Namun, di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa eksodus ini mencerminkan berkurangnya loyalitas terhadap tanah air dan dapat berdampak pada kehilangan talenta nasional.
ADVERTISEMENT
Migrasi acap kali dikaitkan dengan brain drain, yaitu hilangnya tenaga kerja terdidik dan terampil dari negara asal, yang dianggap menyebabkan stagnasi ekonomi dan sosial. Namun, perspektif ini tidak sepenuhnya akurat karena mengabaikan manfaat migrasi yang lebih luas. Migrasi bukan hanya berakibat pada kehilangan sumberdaya, namun juga merupakan investasi dalam modal manusia yang dapat memberikan dampak positif bagi negara asal maupun negara tujuan. Meski tak bisa dipungkiri investasi ini baru akan dirasakan hasilnya dijangka waktu yang panjang.
Diskursus tentang migrasi terus berkembang, dengan semakin banyak penelitian dan kajian yang menunjukkan bahwa para migran berkontribusi melalui remitansi, transfer pengetahuan, dan pengembangan ekonomi. Artikel ini menegaskan bahwa migrasi seharusnya dipandang sebagai strategi pembangunan ekonomi, bukan sekadar fenomena kehilangan sumberdaya manusia.
ADVERTISEMENT
Remitansi untuk Daerah Asal
Salah satu argumen yang dapat menentang konsep brain drain adalah peran remitansi dari perantau sebagai sumber pendapatan penting bagi keluarga dan komunitas di negara asal migran. Kiriman uang dari luar negeri dapat merangsang perekonomian lokal, meningkatkan konsumsi rumah tangga, serta mendukung investasi dalam pendidikan dan kesehatan, yang pada akhirnya memperkuat pengembangan modal manusia.
Penelitian yang dilakukan oleh de Haas pada tahun 2012 masih sangat relevan dengan kondisi saat ini. Temuannya membantah anggapan bahwa migrasi hanya menciptakan ketergantungan pada remitansi. Sebaliknya, bukti menunjukkan bahwa remitansi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi di berbagai sektor, termasuk pertanian dan usaha kecil. Pandangan ini diperkuat oleh penelitian Brauw tahun 2019 di daerah pedesaan Inggris, yang menekankan bahwa migrasi juga dapat memicu kemajuan pengetahuan dan inovasi yang semakin meningkatkan ketahanan ekonomi di daerah pedesaan.
ADVERTISEMENT
Remitansi dalam bentuk transfer pengetahuan ini sangat penting di negara-negara berkembang, di mana akses ke teknologi dan praktik canggih dapat berdampak signifikan pada ekonomi lokal. Selain itu, saling ketergantungan antara faktor-faktor modal manusia dan pembangunan ekonomi menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendorong individu terampil untuk kembali dan berinvestasi di komunitas asal mereka.
Di Indonesia, dampak positif remitansi semakin nyata, di mana kiriman uang dari para migran tidak hanya digunakan untuk konsumsi, tetapi juga dimanfaatkan dalam kegiatan produktif. Banyak keluarga migran mengalokasikan dana tersebut untuk membeli lahan pertanian, modal usaha kecil-menengah, serta membiayai pendidikan bagi anak-anak dan keluarga mereka, yang pada akhirnya berkontribusi pada pembangunan ekonomi lokal.
Salah satu contoh keberhasilan ini terlihat di desa kantong pekerja migran di Tulungagung, di mana pemerintah desa secara aktif memfasilitasi pengelolaan usaha bagi purna migran dan keluarga yang ditinggalkan. Langkah ini membantu meningkatkan kemandirian ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru, serta mengurangi ketergantungan pada migrasi dan remitan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Migrasi sebagai Redistribusi Modal Manusia
Migrasi tidak hanya berdampak pada individu yang berpindah, tetapi juga menciptakan redistribusi modal manusia yang menguntungkan baik negara asal maupun negara tujuan. Individu dengan pendidikan tinggi cenderung bermigrasi ke wilayah dengan peluang pendidikan, budaya, dan pekerjaan yang lebih baik, memungkinkan mereka untuk memaksimalkan potensi dan keahlian mereka.
Fenomena ini berkontribusi pada brain gain, di mana para migran kembali dengan keterampilan, pengetahuan, dan jaringan profesional yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan ekonomi dan inovasi di negara asal. Haas (2010) menegaskan bahwa migran terampil dapat membantu mentransfer pengetahuan dan teknologi yang diperoleh di luar negeri. Para migran ini bisa berperan sebagai katalisator di negara asal.
Contoh nyata dapat dilihat di China, di mana saat ini para diaspora dengan keahlian di sektor manufaktur chip dipanggil pulang untuk mendukung industri semikonduktor nasional. Indonesia juga menerapkan strategi serupa melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang mengundang ilmuwan diaspora untuk berkontribusi dalam memperkuat ekosistem riset dan inovasi dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Modal Sosial dan Adaptasi
Migrasi bukan sekadar perpindahan fisik, tetapi juga proses yang dipengaruhi oleh modal sosial dan kapabilitas adaptif. Jaringan sosial memainkan peran krusial dalam memfasilitasi mobilitas individu, memberikan dukungan emosional, informasi, dan sumber daya ekonomi bagi para migran. Dalam konteks ini, keberadaan jaringan sosial berfungsi sebagai katalis yang memperkuat pengambilan keputusan migrasi. Lebih dari sekadar membantu migran beradaptasi di lingkungan baru, modal sosial ini juga membuka jalan bagi peluang investasi dan pembangunan di negara asal ketika migran kembali dengan koneksi global dan wawasan pasar internasional.
Namun, keberhasilan migrasi tidak hanya bergantung pada jaringan sosial, tetapi juga pada kapabilitas adaptif individu dalam merespons dinamika ekonomi dan lingkungan. Studi Praag (2021) menegaskan bahwa migrasi sering kali menjadi strategi untuk beradaptasi terhadap perubahan, baik dalam konteks ekonomi maupun lingkungan. Dalam situasi ketidakpastian dan kegelisahan seperti yang sedang terjadi di Indonesia saat ini, migrasi memungkinkan individu memperoleh mata pencaharian yang lebih stabil, sekaligus berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di daerah asal melalui transfer pengetahuan, keterampilan, dan inovasi.
ADVERTISEMENT
Migrasi Mendorong Pembangunan Berkelanjutan
Melihat migrasi sebagai investasi manusia alih-alih brain drain memberikan perspektif yang lebih luas tentang dampaknya terhadap negara asal dan tujuan. Migrasi tidak hanya tentang perpindahan tenaga kerja, tetapi juga sumber pertumbuhan ekonomi dan inovasi. Remitansi, transfer pengetahuan, dan penguatan modal sosial adalah bukti bahwa migrasi dapat berkontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi dan sosial.
Agar manfaat migrasi dapat dimaksimalkan, pembuat kebijakan harus menciptakan lingkungan yang mendukung. Dengan kebijakan yang tepat, migrasi dapat menjadi katalisator pembangunan berkelanjutan, memperkaya modal manusia secara global, serta memperkuat daya saing ekonomi.
Namun, tanggung jawab pembangunan tidak bisa hanya dibebankan pada para migran. Pemerintah harus berperan aktif dalam menciptakan ekosistem yang menarik bagi migran untuk kembali berinvestasi di negara asal. Tanpa stabilitas ekonomi, kebijakan yang inklusif, dan institusi yang terpercaya, dampak positif migrasi terhadap pembangunan nasional tidak akan tercapai secara optimal.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, perubahan politik yang signifikan sangat diperlukan. Pemerintah harus membangun kepercayaan publik, memastikan bahwa kebijakan ekonomi tidak hanya berpihak pada kelompok tertentu, serta mengatasi ketimpangan sosial-ekonomi yang sudah lama terjadi. Dengan pendekatan yang lebih inklusif, para talenta unggul Indonesia yang memutuskan #KaburAjaDulu dapat berpartisipasi secara sosial, ekonomi, dan politik, sehingga migrasi benar-benar menjadi kekuatan transformasi yang positif bagi pembangunan nasional dan global.
Inayah Hidayati - Badan Riset dan Inovasi Nasional