Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengalaman Tony Fernandes ini bisa jadi inspirasi Ibu Rumah Tangga
10 Juli 2019 21:56 WIB
Tulisan dari weddewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suasana ballroom 3 The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place ada yang berbeda pada kamis sore lalu. Antrian panjang terlihat di depan pintu masuk ballroom lantai 4 Pacific Place saat jam 3 sore. Mereka rela antri demi bisa bertemu (dan syukur-syukur bisa selfie) Tony Fernandes Co-Founder dan CEO AirAsia Group di acara bertajuk “Dare To Dream”. Acara ini merupakan talkshow sekaligus peluncuran launching buku “Flying High” Tony Fernandes terjemahan bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak kenal Tony Fernandes. Pria berumur 55 tahun milyader yang diperhitungkan Asia & dunia asal Negeri Jiran pemilik maskapai terkenal, AirAsia. Karena mimpinya Tony berhasil merubah maskapai yang hampir bangkrut karena hutang 40 juta ringgit (20 juta US Dolar) dan mulai membangun AirAsia pada 9 september 2001.
Perjalanan Tony Fernandes membangun bisnisnya, ditulis sangat personal oleh CEO AirAsia ini sendiri melalui buku Flying High. Di dalam buku setebal 241 halaman ini, kita akan dibawa merasakan lingkungan Tony remaja dan bagaimana dia (bersama sahabatnya Datuk Kamarudin) mewujudkan mimpi membangun maskapai di saat orang lain mengatakannya gila.
Buku yang diterbitkan oleh Kaifa ini memiliki judul asli Flying High My Story from AirAsia to QPR. Membaca buku ini serasa tenggelam dalam buku harian seseorang yang penuh dinamika. Tidak ada kesan milyader angkuh dan tak tersentuh (seperti yang biasa digambarkan dalam drama), justru saya merasakan Tony Fernandes layaknya manusia yang juga mengalami susah senangnya hidup. Tapi yang membedakan adalah sikapnya yang tidak takut bermimpi besar dan mewujudkannya.
ADVERTISEMENT
Banyak prinsip hidup Tony Fernandes yang bisa diteladani melalui buku ini (dan juga bertemu langsung pada acara launching buku lalu). Lima prinsip hidup Tony Fernandes ini menjadi inspirasi tidak hanya untuk mereka yang berprofesi sebagai pebisnis tapi juga bagi ibu rumah tangga seperti saya.
Lakukan apa yang ingin kita lakukan, jangan biarkan orang lain (bahkan orangtuamu) mendikte apa yang harus dilakukan
Tony Fernandes tumbuh berkembang di lingkungan keluarga dokter. Keharusannya menjadi seorang dokter tertanam dalam diri dari ayah seorang dokter World Health Organization. Tapi nyatanya jejak ayahnya tidak bisa diikuti karena itu bukanlah minatnya.
“Syukurlah aku tidak menjadi dokter, pasti banyak pasien yang mati jika aku dokternya.” begitu canda Tony Fernandes pada acara lalu. Justru kecintaannya pada musik, olahraga dan penerbangan yang membawanya pada posisinya saat ini.
ADVERTISEMENT
Sebagai orangtua saya jadi sadar untuk tidak memaksakan mimpi saya kepada anak kelak. Mimpi orangtua dan mimpi anak adalah hal yang berbeda. Sudah menjadi tugas orangtua memberikan yang terbaik dan mendampingi anak. Tapi bukan berarti menjadikan mereka seperti apa yang orangtua inginkan. Berikan anak ruang untuk tumbuh berkembang karena mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat jika diberi kesempatan.
Jangan takut gagal
Kebanyakan orang berpikir tentang kegagalan, bahkan sebelum mereka pernah mencoba. Pikiran ini membuat banyak orang tidak pernah mengambil langkah untuk mimpi besar mereka. Banyak yang berpikir bahwa membuka bisnis maskapai tanpa pengalaman adalah gagasan konyol Tony Fernandes dan Datuk Kamarudin apalagi disaat orang masih dihantui tragedi 11 September. Jika ketakutan mengambil alih perasaan Tony Fernandes tidak akan ada AirAsia Maskapai Low-Cost Terbaik Dunia versi Skytrax seperti sekarang.
ADVERTISEMENT
Pesaing terbesar kita adalah diri kita sendiri
Di saat banyak perusahaan besar fokus pada external-branding, AirAsia justru lebih mementingkan internal-branding. Tony Fernandes tidak peduli dengan pesaing, yang dia pedulikan justru keadaan di dalam perusahaan. Baginya AirAsia harus menjadi tempat yang nyaman untuk tim berkerja didalamnya. Apa yang dipikirkan tim mengenai perusahaan, itu menjadi hal penting. Karena tim yang solid mampu memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya.
Percayalah, banyak persaingan yang terjadi di antara ibu. Mesti tidak terlihat tapi itu sangat terasa. Apalagi dengan aktifnya sosial media. Tanpa disadari saya seringkali membandingkan anak sendiri dengan anak lainnya (meski dalam hati). Bukannya berfokus pada “apa yang anak saya butuhkan” tapi saya malah sibuk dengan citra anak yang ingin saya tampilkan di sosial media. Kalimat Tony Fernandes di bukunya menjadi pengingat saya untuk tidak sibuk dengan casing semata lalu acuh dengan diri sendiri serta keluarga.
ADVERTISEMENT
Teruslah berubah dan membuat inovasi
“Perubahan adalah hal yang sangat penting. Jika kau hanya duduk diam, maka kau akan ‘selesai’,” ujar Tony saat menjelaskan bagaimana AirAsia terus berinovasi untuk mengikuti perkembangan zaman. Tony sangat mendukung teknologi dan inovasi dalam mengembangkan bisnisnya. AirAsia sedang bergerak menuju digitalisasi AirAsia 3.0 di mana nantinya AirAsia menjadi platfrom bigdata untuk menggerakan bisnis lainnya.
Hal ini membuat saya berkaca, orang sebesar Tony Fernandes terus berubah mengikuti perkembangan kenapa saya tidak?! Sebagai ibu rumah tangga bukan berarti hanya berdiam diri tanpa mau memperbaharui kemampuan dan pengetahuan. Dengan memanfaatkan teknologi dan koneksi internet ibu rumah tangga bisa terus belajar seiring perkembangan zaman. Banyak kelas atau kursus secara online agar para ibu belajar mandiri meski dari rumah. Peran ibu adalah pekerjaan yang harus dijalani secara profesional sehingga tidak ada lagi pernyataan (yang terkesan meremehkan) “Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga.”
ADVERTISEMENT
Bermimpi besar dan tetaplah rendah hati
Jika kita googling Tony Fernandes, hampir jarang terlihat foto dia berdasi layaknya para pebisnis. Meskipun Tony seorang milyader namun dia lebih nyaman menggunakan kaos dan berpakaian sederhana. Karena dengan cara seperti itu, orang lain nyaman berbincang dengannya. Dan dia lebih banyak waktu untuk mewujudkan mimpi daripada habis waktu untuk pakaian.
Tony berpesan “Beranilah bermimpi karena sebagian mimpi itu bisa jadi kenyataan.” Kalimat ini mengingatkan lagi mimpi saya yang teronggok di pojokan kamar. Keseharian menjadi ibu dan juga istri, membuat saya terlena dan lupa akan impian masa muda. Tony pernah mempunyai kotak mimpi yang ia buat saat masa sekolah di Epson College, London. Tiga puluh tahun kemudian dia menerima kotak itu lagi, dengan tiga stiker yang masih tertempel: Logo West Ham United, Qantas Airways, dan tim William Formula One. Percayalah itu semua sudah berhasil Tony wujudkan.
ADVERTISEMENT
Membaca buku ini sambil memutar musik latar rekomendasi Tony pribadi, menjadi pengalaman yang berbeda setiap bab-nya. Apalagi saat membaca bab “Hantaman Tragedi” cerita bagaimana AirAsia menghadapi krisis saat pesawat QZ8501 hilang dari radar dan jatuh di perairan Surabaya-Singapura pada 29 Desember 2014. Ditemani lantunan musik Caroline King - Tears Falling Down On Me, saya ikut merasakan duka dan ketegangan yang dirasakan Tony Fernandes beserta tim. Tony tidak bersembunyi dibalik juru bicara (seperti yang biasa dilakukan perusahaan besar) tapi dia terjun langsung dan berbicara pada keluarga korban selama masa krisis ini. Ini insiden pertama kali (dan semoga yang terakhir) selama 13 tahun AirAsia mengudara. Tragedi ini membuat AirAsia makin kuat dan berbenah diri.
ADVERTISEMENT
Apakah masih ada impian yang diinginkan seorang milyader Tony Fernandes?
Jawabannya bisa kamu baca di buku Flying High ini. Dengan segala pencapaiannya ternyata masih ada mimpi yang ingin diwujudkan. Mimpi itu bukan untuk dirinya tapi untuk orang-orang yang Tony sayangi. Buku ini sangat menginspirasi ketika saya baca disela anak tertidur dan pekerjaan rumah tangga. Apapun kegiatan kita saat ini, Tony mengajak kita untuk percaya kekuatan mimpi. Karena tidak ada mimpi yang begitu besar asalkan kita berani mewujudkannya.