Konten dari Pengguna

Sosok 'Macan Ompong' yang Jadi Legenda Timnas Inggris & Manchester United

Info Bola
Info Bola adalah story berita bola hari ini, jadwal terkini, tentang pemain, sepak bola Liga indonesia, Eropa, dan dunia.
3 November 2020 19:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Bola tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Norbert Peter 'Nobby' Stiles legenda Timnas Inggris dan Manchester United era 1960-an meninggal di usia 78 tahun (Twitter @England/manutd.com)
zoom-in-whitePerbesar
Norbert Peter 'Nobby' Stiles legenda Timnas Inggris dan Manchester United era 1960-an meninggal di usia 78 tahun (Twitter @England/manutd.com)
ADVERTISEMENT
Tarian Nobby Stiles adalah satu pemandangan yang tak terlupakan dari kemenangan Timnas Inggris di Piala Dunia 1966. Dia bergoyang-goyang di pinggir lapangan Wembley, gigi palsunya dicabut, kaus kaki merah ditarik ke mata kaki, sambil memegang erat trofi Jules Rimet di tangan kiri.
ADVERTISEMENT
Stiles, yang meninggal pada usia 78 tahun setelah lama sakit, membuat dirinya disayangi oleh seluruh warga Inggris karena selebrasinya yang impulsif dan jenaka pascapertandingan, bahkan kini telah menjadi ikon.
Dan, perasaan itu tidak terbatas pada generasi yang cukup beruntung untuk menyaksikan momen sepakbola terbaik negaranya secara langsung.
Nobby Stiles rayakan kemenangan Ingggris dalam Piala Dunia 1966 bersama Alf Ramsey (kiri) dan Bobby Moore (tengah). Foto: manutd.com
"Anak-anak seusia cucu saya, mereka mendatangi saya dan berkata: 'Hei, kamu, kamu adalah pemain ompong yang menari di sekitar Wembley, kan?'," kata Stiles kepada surat kepada Guardian.
"Di satu sisi, Anda akhirnya menjadi milik semua orang," tambahnya.
Sebelum musim panas yang gemilang tahun di tahun 1966 itu, Nobby Stiles tidak begitu populer. Tidak dengan pendukung, tidak dengan media, maupun dengan dengan asosiasi sepak bola. Akhirnya, dia memenangkan hati para kritikus dengan gaya bertarungnya.
ADVERTISEMENT
Karier Awal Bersama Setan Merah
Pemain kelahiran Manchester ini terkenal sangat sederhana.Dia adalah pria yang sayang keluarga; hangat di luar lapangan; agak kontradiktif dengan personanya di rumput dan akan selamanya dikenang sebagai pahlawan nasional.
Berurutan dari kiri: Nobby Stiles, George Best dan Bobby Charlton. Foto: manutd.com
Lahir sebagai Norbert Peter Stiles pada 18 Mei 1942, di Collyhurst, bagian utara kota Manchester, ia mewujudkan impian masa kecilnya dengan bergabung dengan Manchester United pada November 1959.
Bek sayap setinggi 5 kaki ini ternyata memiliki masalah dengan penglihatannya. Manajer Manchester United, Matt Busby, yang prihatin dengan banyaknya kesalahan jumlah tekel yang dibuatnya, mengirim Stiles muda untuk tes mata.
Dilengkapi dengan kacamata dengan bingkai bulat dan lensa yang tebal, ketajaman mata Stiles langsung meningkat. Kemudian, Busby memiliki visi untuk membuat keputusan berani yang akan mengubah karir Manchunian ini.
Nobby Stiles saat bertanding dengan seragam Manchester United. Foto: manutd.com
Dilema pelatih asal Skotlandia itu adalah ia membutuhkan bek tengah yang energik (gelandang bertahan) untuk memecah serangan lawan dan memberi makan lini depan yang diisi Bobby Charlton, George Best dan Denis Law.
ADVERTISEMENT
Stiles cocok dengan keperluannya saat itu. Dia menjadi tumpuan tim 'Iblis Merah' yang kemudian memenangi gelar Divisi Satu Liga Inggris 1964-65, dan akhirnya menarik perhatian manajer Inggris Alf Ramsey untuk skuat Piala Dunia pada tahun berikutnya.
Performa Yang Menuai Kritikan di Timnas
Stiles melakoni debutnya bersama Timnas Inggris melawan Skotlandia di Wembley pada April 1965. Debut itu pula yang sekaligus memastikan tempatnya selama 12 bulan ke depan dengan serangkaian penampilan yang membara.
Nobby Stiles (tengah) bersama Geoff Hursht (kiri) dan Bobby Moore (kanan) jelang persiapan Piala Dunia 1966. Foto: manutd.com
Namun, teknik agresifnya dalam merebut bola tidak menyenangkan pers, bahkan selama Piala Dunia 1966.
"Saya dibantai di koran, benar-benar dibantai," kata Stiles.
“Tugas saya adalah memenangkan bola, memberikannya kepada Bobby dan membiarkan dia melanjutkannya. Kritik tidak pernah membuat saya beristirahat,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kritik tidak hanya datang wartawan, bahkan FA tidak menyukai permainan keras sang gelandang botak itu. Ramsey sempat diperintah untuk tidak menurunkan Stiles saat melawan Prancis, yang tentu saja ia tolak.
“Alf mengatakan kepada mereka bahwa dia akan mengundurkan diri jika dia tidak bisa memilih siapa yang dia inginkan. Dia siap mengundurkan diri di tengah-tengah Piala Dunia demi saya. Saya tidak pernah mengetahuinya sampai dia meninggal. Sungguh pria yang luar biasa,” ungkap Stiles.
Nobby Stiles (kanan) jadi andalan Inggris untuk meredam Eusebio di semifinal Piala Dunia 1966. Foto: Twitter/@FIFAWorldCup
Perlawanan Ramsey terbukti. Tidak hanya Stiles membantu mengalahkan Argentina, ia berhasil meredam gelandang Portugal, Eusebio, di semifinal saat Inggris melaju ke Wembley.
"Alf selalu memanggil saya dengan nama lengkap saya Norbert. Tepat sebelum pertandingan Portugal dia membawa saya ke satu sisi dan berkata: 'Norbert, saya ingin kamu lumpuhkan Eusebio,'" kata Stiles mengingat saat itu.
ADVERTISEMENT
"Saya menjawab: 'Apakah yang kamu maksud untuk permainan Alf, atau untuk selamanya?'"
Eusebio mungkin selamat, tetapi Portugal tidak. Dan, sisanya terukir dalam sejarah olahraga Inggris.
Ulet, agresif, dan kotor adalah deskripsi yang diberikan gaya permaian Stiles. Bagaimana pun, dia tidak mendapatkan julukan “Macan Ompong” tanpa alasan yang bagus.
Nobby Stiles rayakan gelar European Cup pertama untuk United pada tahung 1968. Foto: manutd.com
Sementara, Stiles akan selamanya dikenang karena perannya yang berpengaruh dalam kemenangan Inggris, ia juga akan tetap menjadi pahlawan di kota kelahirannya, Manchester.
Stiles tampil dalam 400 pertandingan bersama Setan Merah selama periode 1960-1971, memenangkan dua gelar liga dan satu Piala Eropa (Liga Champions) pada tahun 1968.
Dia tetap menjadi salah satu dari tiga orang Inggris yang memenangi Piala Dunia dan Liga Champions, bersama dengan Charlton dan mantan pemain Liverpool Ian Callaghan.
ADVERTISEMENT