Perbedaan Eating Disorder: Anoreksia, Binge Eating, dan Bulimia

Konten dari Pengguna
11 Maret 2020 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.waldenu.edu/online-masters-programs/ms-in-clinical-mental-health-counseling/resource/what-is-body-dissatisfaction-and-how-does-it-lead-to-eating-disorders
zoom-in-whitePerbesar
https://www.waldenu.edu/online-masters-programs/ms-in-clinical-mental-health-counseling/resource/what-is-body-dissatisfaction-and-how-does-it-lead-to-eating-disorders
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eating Disorder atau kelainan pada pola makan merupakan kondisi mental di mana seseorang mempunyai kebiasaan makan yang menyimpang. Kebiasaan tersebut dapat berlangsung selama beberapa waktu dan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, satu dari seratus perempuan di dunia menderita eating disorder. Tiga kategori eating disorder yang sering kita jumpai adalah anoreksia, binge eating, dan bulimia. Penderita anoreksia selalu menganggap dirinya kelebihan berat badan dan memilih untuk tidak makan walaupun merasa sangat lapar.
Hal ini diyakini sebagai alternatif untuk mempertahankan berat badan seringan mungkin. Penderita bulimia akan melakukan beberapa hal yang sama dengan anoreksia, beberapa akan makan teratur seperti biasa. Hanya saja, setelah makan penderita bulimia akan melakukan kompensasi dengan mengeluarkan kembali apa yang dimakan. Selanjutnya, binge eating merupakan eating disorder yang ditandai dengan makan makanan dalam jumlah besar dan cepat walaupun tidak sedang merasa lapar.

Penyebab

Umumnya eating disorder tidak hanya disebabkan karena satu faktor saja, melainkan kombinasi dari beberapa faktor. Seseorang yang tidak percaya diri karena mempunyai pandangan yang negatif terhadap bentuk tubuhnya, cenderung rentan mengalami eating disorder. Faktor lainnnya adalah genetik atau keturunan di dalam keluarga. Keluarga memegang peranan penting di sini, khususnya dalam membentuk persepsi seseorang terhadap makanan. Seseorang yang tinggal di lingkungan keluarga dengan kelainan eating disorder, cenderung akan mengikuti pola yang sama karena beberapa orang sudah menganggap apa yang diterapkan di keluarganya merupakan nilai-nilai yang harus diterapkan semua anggota keluarga. Faktor eksternal yang sangat berpengaruh antara lain tekanan dari media iklan, majalah, dan film.
ADVERTISEMENT
Saat ini kebanyakan media di Indonesia maupun luar negeri cenderung menggeneralisasir bahwa standar kecantikan perempuan adalah ketika berpenampilan kurus dan tinggi. Hal ini akan melekat di mindset sebagian perempuan karena setiap saat mereka terpapar dengan stereotype tersebut.

Dampak Anoreksia

Penederita anoreksia biasanya mempunyai bentuk badan yang sangat kurus. Hal ini dikarenakan kekurangan asupan nutrisi makro maupun mikro. Dampak dari itu semua adalah akan muncul gejala-gejala seperti depresi, cemas, dan selalu berpikir negatif tehadap citra tubuh. Perubahan lainnya adalah, rambut mudah rontok karena kekurangan protein, kulit kering karena kekurangan vitamin, dan tulang menjadi rapuh karena kekurangan kalsium. Selain itu, sistem hormon di dalam tubuh penderita anoreksia juga menjadi tidak seimbang. Pada beberapa perempuan akan mengalami gangguan siklus menstruasi, bahkan ada yang tidak mengalami menstruasi selama tiga bulan berturut-turut.
https://www.steadfastnutrition.in/blogs/news/bulimia-nervosa-bn

Dampak Bulimia

Seseorang yang menderita bulimia biasanya mempunyai berat badan yang ideal. Permasalahan yang muncul umumnya berkaitan dengan kebiasan muntah atau penggunaan obat pencahar untuk mengeluarkan makanan yang dimakan sebelumnya. Frekuensi muntah yang terlalu sering akan meningkatkan risiko penyakit lambung, peradangan di tenggorokan, gigi terkikis karena asam lambung, dan sakit pada gusi. Selain itu, masalah pencernaan yang mungkin muncul antara lain kram usus, diare, hingga sembelit akibat penggunaan obat pencahar atau laksatif.
https://www.hcs.harvard.edu/~hcht/blog/eating-disorder

Dampak Binge Eating

Konsumsi makanan dalam jumlah banyak dan cepat akan membuat sistem pencernaan stress dan memicu risiko obesitas di kemudian hari. Penderita binge eating sebenarnya merasa malu dan bersalah dengan kebiasaan makan seperti itu. Hanya saja, kebiasaan itu akan terus berulang dan umumnya dilakukan ketika sedang sendiri. Penumpukan lemak yang terus terjadi di sebagian besar organ tubuh akan meningkatkan peluang terkena penyakit jantung dan diabetes atau penyakit gula. Selain itu, penderita binge eating yang sudah obesitas, akan rawan terkena osteoatritis atau peradangan sendi. Hal ini dikarenakan sendi menopang beban yang terlalu berat, terutama saat bergerak.
ADVERTISEMENT
Tidak ada waktu pasti berapa lama seseorang akan menderita eating disorder. Penelitian di Australia menyebutkan rata-rata seseorang mengalami eating disorder dalam kurun waktu lima sampai delapan tahun. Pada umumnya, mayoritas penderita anoreksia maupun eating disorder lainnya adalah kelompok perempuan. Hal ini wajar karena perempuan cenderung lebih sensitif jika menyangkut citra tubuhnya. Peran keluarga di sini menjadi sangat penting, terutama dalam membentuk pola pikir seseorang terhadap makanan.
Ilustrasi diet rendah gula Foto: Shutterstock