Konten dari Pengguna

5 Kondisi Psikologi Anak Tidak Mau Sekolah yang Perlu Dipahami

info psikologi
Menyajikan informasi seputar info psikologi yang terkini, terupdate, dan terlengkap.
18 Desember 2024 15:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi psikologi anak tidak mau sekolah. Sumber: pexels.com/RonLach
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi psikologi anak tidak mau sekolah. Sumber: pexels.com/RonLach
ADVERTISEMENT
Kondisi psikologi anak tidak mau sekolah harus bisa dipahami agar bisa dicarikan jalan keluarnya. Anak yang mogok sekolah akan tambah kuat dengan pendiriannya jika dimarahi.
ADVERTISEMENT
Biasanya anak-anak belum memiliki kemampuan yang baik untuk mengutarakan perasaaannya. Anak harus dibantu untuk memahami perasaannya sendiri dan menyampaikan alasan tidak mau sekolah dengan jelas.

Kondisi Psikologi Anak Tidak Mau Sekolah

Ilustrasi psikologi anak tidak mau sekolah. Sumber: pexels.com/xiaomuziyan.
Bentuk penolakan anak-anak ketika harus berangkat ke sekolah bermacam-macam, antara lain berlama-lama ganti baju, pura-pura sakit, hingga menangis kencang. Tak jarang, semakin dibujuk semakin kencang tangisnya.
Banyak orang tua yang tak sabar lalu memarahi anaknya. Padahal, alasan anak-anak tidak mau sekolah bisa sangat serius dan perlu bantuan psikolog anak. Perjuangan orang tua menyekolahkan anak memang tidak hanya soal biaya.
Untuk mengetahui lebih jauh, berikut adalah beberapa kondisi psikologi anak tidak mau sekolah sebagai tambahan pengetahuan untuk mendukung tumbuh kembang anak.
ADVERTISEMENT

1. Fobia Sekolah

Dikutip dari Psikologi Perkembangan Anak, Reni Akbar-Hawadi (2001:48), fobia sekolah adalah ketakutan yang luar biasa terhadap sekolah yang tidak bisa dihibur dengan kata-kata biasa.
Kecenderungan fobia terhadap sekolah dapat terjadi pada anak-anak yang pemalu, kurang pergaulan atau terlalu dimanja. Anak-anak ini menganggap kehidupan di luar rumah itu mengerikan. Apalagi dia harus menghadapinya sendiri di sekolah.

2. Tidak Memiliki Motivasi

Orang tua yang terlalu mudah menyerah ketika anak-anak menolak sekolah makin membuat anak-anak tidak mau ke sekolah. Bahkan lama-lama mereka dapat memiliki sikap manipulatif. Anak-anak ini akan mengeluarkan sejuta alasan agar tidak perlu sekolah.

3. Ketakutan Akibat Bullying

Tidak semua anak yang mengalami bullying langsung mengadu ke orang tua atau guru. Sering kali mereka memendamnya dalam hati namun mengekspresikannya dengan menolak sekolah. Orang tua harus sangat peka dengan kondisi siswa yang mengalami bullying.
ADVERTISEMENT

4. Trauma Akibat Suatu Kejadian

Cakupan kondisi ini sangat luas sehingga orang tua harus bersabar mengurainya. Contoh kejadian traumatis, antara lain gempa besar ketika di dalam kelas, melihat temannya jatuh dari tangga, dicegat preman dan sebagainya.

5. Kehilangan Muka

Suatu kejadian yang menurut orang lain biasa saja tapi bagi si anak bisa sangat memalukan sehingga merasa tak punya muka lagi untuk menghadapi teman-temannya. Misalnya mendapat nilai paling jelek, dihukum guru, atau terjepit di pagar hingga viral di media sosial.
Kondisi psikologi anak tidak mau sekolah harus disikapi dengan bijaksana. Orang harus mampu melakukan pendekatan. Jika kesulitan, orang tua dapat meminta bantuan guru atau psikolog. (lus)