Konten dari Pengguna

6 Contoh Typing Red Flag yang Perlu Diwaspadai

info psikologi
Menyajikan informasi seputar info psikologi yang terkini, terupdate, dan terlengkap.
9 Januari 2025 15:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Contoh Typing Red Flag. Foto hanya ilustrasi. Sumber foto: Unsplash/Paolo
zoom-in-whitePerbesar
Contoh Typing Red Flag. Foto hanya ilustrasi. Sumber foto: Unsplash/Paolo
ADVERTISEMENT
Contoh typing red flag perlu diwaspadai dalam berbagai situasi. Dalam komunikasi digital, baik melalui media sosial, email, maupun aplikasi pesan instan, cara seseorang mengetik dapat memberikan banyak petunjuk.
ADVERTISEMENT
Baik itu tentang kepribadian, suasana hati, atau bahkan niatnya. Istilah "typing red flag" merujuk pada tanda-tanda negatif yang dapat dilihat dari gaya mengetik seseorang.

Contoh Typing Red Flag yang Dapat Dijadikan Pertanda

Contoh Typing Red Flag. Foto hanya ilustrasi. Sumber foto: Unsplash/Clearcut
Dikutip dari buku Sembuh dari Depresi, Tim Menulis (2021: 149), toxic relationship merupakan hubungan yang tidak sehat. Typing red flag ini juga dapat menandai sebuah hubungan sudah tidak sehat lagi.
Typing red flag adalah sinyal penting dalam interaksi digital yang dapat membantu kita mengenali dinamika komunikasi. Memahami red flag ini dapat membuat komunikasi kita lebih efektif dan membantu menghindari potensi konflik.
Meski terlihat sepele, mengenali typing red flag dapat membantu kita memahami karakter atau situasi lawan bicara lebih baik. Berikut ini adalah contoh typng red flag.
ADVERTISEMENT

1. Penggunaan Huruf Kapital Berlebihan

Seseorang yang sering menggunakan huruf kapital dalam pesannya dapat menunjukkan emosi negatif seperti marah, frustrasi, atau agresif. Misalnya, "KENAPA KAMU SELALU BEGITU?”.
Penggunaan huruf kapital secara konstan memberikan kesan bahwa pengirim pesan sedang berteriak. Hal ini dapat membuat penerima merasa tidak nyaman.

2. Balasan Singkat Tanpa Konteks

Pesan seperti “ok”, “ya”, atau “hm” tanpa penjelasan tambahan sering dianggap sebagai tanda ketidakpedulian atau keengganan untuk melanjutkan percakapan. Jika terjadi secara konsisten, mungkin ada masalah komunikasi atau ketidaktertarikan.

3. Penggunaan Emotikon yang Berlebihan atau Tidak Sesuai

Meski emotikon membantu mengekspresikan emosi, penggunaannya yang berlebihan atau tidak sesuai konteks dapat memberikan kesan tidak tulus atau bahkan menyembunyikan sesuatu.

4. Tidak Konsisten dalam Gaya Penulisan

Perubahan gaya penulisan yang tiba-tiba, seperti berpindah dari formal ke santai secara ekstrem, bisa menjadi red flag. Misalnya, seseorang yang tiba-tiba mengetik pesan dengan nada agresif setelah sebelumnya sopan.
ADVERTISEMENT

5. Penggunaan Kata Kasar atau Sarkasme Berlebihan

Pesan yang mengandung kata kasar atau nada sarkastik yang berlebihan sering kali mencerminkan ketidakstabilan emosi. Ini juga menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap lawan bicara.

6. Penundaan Lama dalam Balasan dengan Alasan Tidak Jelas

Meskipun penundaan balasan bisa terjadi karena kesibukan, jika alasan yang diberikan tidak masuk akal atau pesan akhirnya terasa dingin, itu bisa menjadi tanda kurangnya komitmen atau ketulusan dalam komunikasi.
Itulah contoh typng red flag yang perlu diwaspadai. Meski begitu, jangan terlalu cepat menyimpulkan berdasarkan tanda-tanda ini saja. (Msr)