Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Apa Itu Toxic Masculinity? Inilah Jawabannya dan Ciri-Cirinya
11 Januari 2025 16:58 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman yankes.kemkes.go.id, topik mengenai sosial dirasa semakin dibahas lebih mendalam dengan kesadaran akan kesehatan mental. Banyak akun terkait kesehatan mental yang membahasa isu-isu di masyarakat termasuk terkait toxic masculinity.
Apa Itu Toxic Masculinity? Inilah Penjelasannya
Istilah toxic masculinity sendiri berasal dari seorang psikolog bernama Shepherd Bliss pada pada tahun 1990, yang memisahkan nilai positif dan nilai negatif dari gender laki-laki.
Lantas, apa itu toxic masculinity? Toxic masculinity adalah hasil dari seperangkat aturan yang menentukan seperti apa atau standar menjadi seorang pria Indonesia dengan budaya masyarakat patriarki yang kuat.
Toxic masculinity atau maskulinitas beracun ini mengacu pada tekanan budaya bagi pria untuk berperilaku dan bersikap dengan cara tertentu yang dianggap maskulin secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
Ini termasuk menunjukkan kekuatan, kekuasaan, dan pantang mengekspresikan emosi.
Ciri-Ciri Toxic Masculinity
Toxic Masculinity ini memiliki beberapa ciri yang dapat dikenali. Berikut adalah beberapa diantaranya.
1. Tidak Menunjukkan Emosi
Pria dianggap tidak boleh menunjukkan emosi seperti kesedihan atau kelembutan, karena dianggap sebagai tanda kelemahan.
2. Dominasi
Pria diharapkan untuk selalu menunjukkan kekuatan, kekuasaan, dan status sosial yang tinggi agar dihormati oleh orang lain.
Selain itu, seorang pria harus menang atau dominan dalam olahraga, hubungan, sex, dan pekerjaan.
3. Menghindari Aktivitas yang Dianggap Feminim
Menganggap bahwa pria tidak boleh mengerjakan atau memiliki minat terhadap aktivitas yang identik dengan pekerjaan kaum wanita, seperti memasak atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
4. Menghindari Bantuan
Tidak membutuhkan bantuan atau kenyamanan dari orang lain. Pria juga dituntut harus mandiri dalam segala hal.
ADVERTISEMENT
5. Melakukan Tindakan Beresiko
Pria melakukan tindakan beresiko seperti merokok, atau balapan untuk membuat pria ini terlihat lebih keren.
Dampak dari toxic masculinity ini bisa menyebabkan depresi sampai bunuh diri pada korban yang mengalami, stigma maskulin di masyarakat yang didukung budaya patriarki.
Di sisi lain, perkembangan zaman membawa perubahan pada gaya hidup dan juga cara pandang, misalnya penampilan dan perawatan kulit bukan hanya diperhatikan wanita saja, tetapi juga oleh laki-laki.
Jadi, apa itu toxic masculinity? Ini adalah maskulinitas beracun tentang tekanan budaya bagi pria untuk berperilaku dengan cara yang dianggap maskulin secara berlebihan. Penting untuk mengenali dan menghindari perilaku ini untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi semua orang. (ERI)
ADVERTISEMENT