Konten dari Pengguna

Mengenal Narsisme Menurut Psikologi pada Kepribadian Seseorang

info psikologi
Menyajikan informasi seputar info psikologi yang terkini, terupdate, dan terlengkap.
18 Desember 2024 15:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi narsisme menurut psikologi. Sumber: pexels.com/TommyHuang.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi narsisme menurut psikologi. Sumber: pexels.com/TommyHuang.
ADVERTISEMENT
Narsisme menurut psikologi merupakan istilah yang memiliki sejarah unik. Dahulu narsisme sering dihubungkan dengan sifat negatif. Namun di era media sosial ini, makna istilah narsisme menjadi bias.
ADVERTISEMENT
Sering terjadi, dua orang yang melakukan hal yang sama tapi hanya satu yang dianggap narsis. Makna kata narsisme dalam masyarakat cenderung subjektif. Karena itu, menarik untuk mengetahui arti narsisme menurut ilmu yang kompeten, yaitu psikologi.

Narsisme Menurut Psikologi

Ilustrasi narsisme menurut psikologi. Sumber: pexel.com/shotbybabcock.
Ada seorang wanita muda yang cantik dan modis sering mengunggah foto dirinya dengan berbagai pose di media sosial. Banyak orang yang menyebutnya narsis. Sedangkan gadis lain yang juga sering mengunggah foto dirinya mendapat respon yang biasa saja.
Ternyata, yang menganggap narsis tidak suka dengan pose yang serba tertata karena seolah memburu pujian. Tapi artis yang banyak gaya dianggap tidak apa-apa karena merupakan bagian dari profesinya. Serumit itu menentukan definisi narsisme di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Narsisme dipelajari dalam ilmu psikologi. Karena itu, pengertian narsisme menurut psikologi mungkin bisa membantu memahami penggunaan kata tersebut.

1. Pengertian Narsisme

Dikutip dari Anxieties/Desires: 90 Insights for Marketing to Youth, Women, Netizen, Waizly Darwin dan Sigit Kurniawan (2011:60), narsisme adalah gejala yang digunakan oleh Sigmund Freud untuk menjelaskan tentang narsis.
Sedangkan narsis adalah hasrat menyukai diri sendiri secara berlebihan. Sementara orang yang mengalami gejala narsis disebut narsisis.
Sigmund Freud menggunakan kata narsisme karena terinspirasi oleh kisah Narcissus atau Narkissos. Pemuda di zaman para dewa Yunani ini sangat tampan hingga mencintai wajahnya sendiri yang dipantulkan oleh air telaga.
Saking cintanya pada diri sendiri, Narcissus mengabaikan cinta seorang dewi. Dewi tersebut patah hati sekaligus marah, lalu mengutuk Narcissus menjadi tanaman yang tumbuh di dekat air.
ADVERTISEMENT

2. Narsisme dalam Psikologi

Dalam psikologi, sifat narsis tidak selalu berkonotasi buruk. Narsis dapat berarti positif jika mendorong orang untuk menerima dirinya apa adanya sehingga menimbulkan rasa percaya diri yang seimbang. Dengan demikian, orang tersebut akan hidup lebih bahagia.
Narsis berarti negatif jika mengakibatkan masalah patologis karena menimbulkan rasa percaya diri yang berlebihan. Orang ini akan menganggap dirinya lebih cantik, lebih hebat atau lebih pandai dibandingkan orang-orang disekitarnya.
Para peneliti mengakui ada pergeseran makna narsis di zaman media sosial. Orang dengan mudah melabeli kepribadian orang lain sebagai pengidap narsisme berdasarkan preferensi.
Narsisme menurut psikologi memiliki pengertian yang jelas. Namun penggunaan kata tersebut memiliki banyak interpretasi. (lus)
ADVERTISEMENT