Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengertian Neurodivergent beserta Contohnya
15 Desember 2024 15:11 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Neurodivergent adalah istilah untuk menggambarkan orang dengan cara kerja otak yang berbeda pada umumnya. Perbedaan ini dapat memengaruhi seseorang dalam berpikir, belajar, dan berinteraksi.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, kondisi neurodivergent bukanlah sebuah kekurangan. Sebaliknya, ini merupakan bagian dari keragaman alami manusia yang dianugerahkan Tuhan. Oleh karena itu, setiap pemiliknya layak dihargai dalam kehidupan sosial.
Pengertian dan Contoh Neurodivergent
Menurut buku Mereka Bilang Aku Malas: Penyakit-Penyakit Tak Kasatmata yang Menghambat Produktivitas, Miranda Malonka dan Hetih Rusli (2024:55), neurodivergent adalah istilah individu dengan pola pikir, perilaku, atau pengalaman neurologis yang berbeda dari standar mayoritas (neurotypical).
Neurodivergent merupakan bagian dari neurodiversity. Meskipun istilah non medis, istilah ini digunakan sebagai upaya sosial mengurangi stigma terhadap penderitanya. Tujuannya agar masyarakat dapat memberikan dukungan, penghargaan, dan akomodasi yang sesuai.
Para ahli masih memperdebatkan apa saja yang termasuk dalam neurodiversity. Namun, terdapat beberapa kondisi yang sering dianggap sebagai contoh dan bagian dari neurodivergent.
ADVERTISEMENT
1. ADHD
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) diklasifikasikan sebagai neurodivergent. Tandanya sulit fokus, mengendalikan pikiran, berperilaku impulsif dan hiperaktif, yang menjadi kendala utama dalam proses belajar. Penderita juga mudah gelisah dan menunjukkan reaksi emosional berlebihan.
2. Autisme
Autisme termasuk dalam kategori neurodivergent karena terdapat perbedaan mendasar dalam fungsi otak, sehingga berpengaruh terhadap perilaku dan cara memproses informasi. Penderita sering mengalami tantangan dalam berkomunikasi, belajar, dan berinteraksi.
3. Disleksia
Disleksia ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, dan mengeja, akibat perbedaan signifikan cara otak memproses bahasa. Namun, penderita juga sering memiliki kemampuan luar biasa dalam memproses visual dan berpikir kreatif. Inilah yang menjadi keunggulannya di samping menghadapi tantangan literasi.
4. Dispraksia
Dispraksia atau gangguan koordinasi perkembangan, disebabkan oleh sistem saraf yang berbeda, sehingga memengaruhi kemampuan motorik. Kondisi ini bersifat bawaan, tetapi tidak selalu terdeteksi sejak dini. Penderita juga sering menunjukkan perilaku kurang terampil, seperti tersandung atau menjatuhkan benda tidak sengaja.
ADVERTISEMENT
Jadi, neurodivergent adalah bagian dari keberagaman manusia yang layak dihargai. Dengan memahami dan menerimanya dalam kehidupan sosial, dapat menciptakan masyarakat lebih inklusif. (ALF)