Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perbedaan JOMO VS FOMO, Filosofi untuk Hidup Lebih Bahagia
17 November 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
JOMO vs FOMO merepresentasikan dua filosofi hidup yang saling bertolak belakang. Di era digital sekarang, rasanya sulit untuk tidak terpengaruh oleh berbagai konten media sosial. Padahal ini justru bisa menjadi salah satu penghambat kebahagiaan.
ADVERTISEMENT
Banyak yang mengunggah foto liburan, pencapaian, atau aktivitas sehari-hari. Dampaknya memunculkan keinginan untuk merasakan hal serupa, bahkan membuat seseorang merasa tertinggal.
Perbedaan Filosofi Hidup JOMO VS FOMO
Istilah JOMO vs FOMO pasti sudah tidak asing di telinga karena sering menjadi topik pembicaraan. FOMO adalah kondisi di mana seseorang merasa cemas atau stres karena takut ketinggalan informasi, acara, atau pengalaman yang sedang ramai.
Fenomena ini dipicu oleh kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain, terutama melalui media sosial. Akibatnya, FOMO bisa menyebabkan perasaan tidak puas, rendah diri, atau bahkan kelelahan fisik, emosional, dan mental (burnout).
Sebaliknya, JOMO mendorong seseorang untuk menikmati momen dan menghargai hal sederhana tanpa harus mengikuti yang sedang tren. Filosofi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak diukur dari validasi sosial, tetapi ketenangan batin dan rasa syukur.
ADVERTISEMENT
Cara Menerapkan JOMO agar Bahagia
Menurut buku Business Drivers in Promoting Digital Detoxification karya Simon Grima, dkk. (2024:200), mengubah FOMO (Fear of Missing Out) menjadi JOMO (Joy of Missing Out) mempunyai dampak yang signifikan dan menguntungkan di beberapa aspek kehidupan.
Berikut adalah cara menerapkan JOMO demi hidup yang lebih bahagia.
1. Membatasi Waktu di Media Sosial
Kurangi penggunaan media sosial agar tidak terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Fokus pada kehidupan nyata dan hubungan dengan lingkungan sekitar.
2. Mengutamakan Hal Penting
Belajar untuk berkata “tidak” pada aktivitas yang tidak mendukung kebahagiaan. Pilih kegiatan yang benar-benar penting dan memberi nilai lebih bagi diri sendiri.
3. Menikmati Momen dan Bersyukur
Cobalah menikmati setiap momen tanpa distraksi, seperti membaca buku, berjalan di alam, atau duduk santai menikmati kopi. Selain itu, luangkan waktu untuk bersyukur karena akan membantu merasa lebih puas dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Perbedaan JOMO vs FOMO terletak pada cara memandang sumber bahagia . Jika FOMO memicu rasa cemas karena ingin terus mengikuti tren, JOMO mengajarkan untuk menerima dan menikmati ketenangan hidup. (ALF)