Konten dari Pengguna

Tokoh Psikologi Islam dan Pemikirannya

info psikologi
Menyajikan informasi seputar info psikologi yang terkini, terupdate, dan terlengkap.
26 September 2024 15:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi untuk tokoh psikologi Islam. Sumber: pexels.com/Mohammad Ramezani
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi untuk tokoh psikologi Islam. Sumber: pexels.com/Mohammad Ramezani
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada banyak tokoh psikologi Islam yang patut dikaji pemikirannya dalam bidang keilmuan psikologi. Beberapa di antaranya Sahl al-Baihaki, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali.
ADVERTISEMENT
Masa keemasan Islam melahirkan banyak cendekiawan. Di antaranya adalah para pemikir psikologi Islam. Ini menunjukkan bahwa kajian tentang psikologi telah dilakukan sejak berabad-abad lampau.

Mengenal Tokoh Psikologi Islam

Ilustrasi untuk tokoh psikologi Islam. Sumber: pexels.com/Pir Sumeyra
Menurut buku Psikologi Pendidikan Agama Islam oleh Wantini, M.Pd.I. (2023: 15), kaum muslim membangun fasilitas kesehatan mental pertama di Baghdad pada 705 M, di Fes pada awal abad ke-8, di Kairo pada tahun 800 M, dan di damaskus pada tahun 1270 M.
Psikiatri klinis dan observasi klinis menjadi dasar bagi teori-teori psikologi klasik dan abad pertengahan Islam. Adapun untuk tokoh psikologi Islam beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Ahmad Ibn Sahl al-Baihaki

Ahmad Ibn Sahl al-Baihaki adalah seorang dokter yang lahir pada tahun 850 M dan meninggal pada tahun 934 M. Buku karyanya yang berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Keseimbangan Raga dan Jiwa) menjelaskan mengenai penyakit-penyakit terkait jiwa raga.
ADVERTISEMENT
Al-Baihaki menggunakan istilah al-Tibb al-Qalb untuk menjelaskan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan penyakit kejiwaan dan al-Tibb al-Ruhani untuk penyakit-penyakit spiritual. Ia mengkritik para dokter pada masanya yang hanya fokus pada penyakit-penyakit fisik.
Teorinya didasarkan pada Al-Qur'an dan hadis yang banyak menyebutkan kesehatan jiwa dan penyakit-penyakit jiwa. Baik tubuh mapun jiwa manusia akan terdampak satu sama lainnya. Kesehatan yang sempurna akan tercapai jika kesehatan mental dan fisik terpenuhi.
Jika tubuh sakit, maka jiwa akan kehilangan banyak energi kognitif dan kapasitasnya untuk berpikir komprehensif. Tubuh atau raga juga tidak akan dapat menikmati kebahagiaan jika jiwa sedang sakit.
Jiwa yang sakit akan mengakibatkan penyakit fisik. Atas teori-teori tersebut, al-Baihaki disebut sebagai pencetus psikologi pengobatan dan psikologi kognitif.
ADVERTISEMENT

2. Ibnu Sina

Abu Ali al-Husain ibn Abdullah atau Ibnu Sina lahir pada tahun 980 M di Afshahna, Persia. Ibnu Sina mendefinisikan jiwa sebagai kesempurnaan awal bagi spesies sehingga manusia menjadi nyata. Ia membagi jiwa menjadi jiwa nabati, jiwa hewani, dan jiwa rasional.
Jiwa nabati terdiri atas tiga kekuatan yaitu daya nutrisi atau daya mengolah makanan menjadi bentuk tubuh, daya pertumbuhan atau daya mengolah sari makanan yang telah diserap tubuh agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang sempurna.
Lalu daya generatif yang merupakan daya untuk mengolah unsur-unsur makanan yang ada dalam tubuh secara harmonis sehingga menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang sempurna.
Jiwa hewani mengandung dua daya, yaitu daya penggerak dan daya persepsi. Daya penggerak terdiri atas daya hasrat dan daya motorik.
ADVERTISEMENT
Sedangkan daya persepsi terbagi atas indra internal yang terdiri atas indra kolektif, konsepsi, fantasi, waham, dan memori serta indra eksternal yang terdiri atas lima bagian, yaitu indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perabaan, dan indra pengecapan.
Jiwa rasional adalah daya unik manusia yang fungsinya berkaitan dengan akal. Di satu sisi, jiwa rasional melaksanakan berbagai perilaku berdasarkan hasil kerja pikiran dan kesimpulan ide.
Jiwa rasional mempersepsikan semua persoalan secara rasional. Jiwa rasional terdiri atas akal teoretis dan akal praksis.

3. Al Ghazali

Al-Ghazali lahir di Desa Thus, wilayah Khurasan, Iran pada tahun 450 H/1058 M. Secara filososifs, Al-Ghazali memandang manusia sebagai makhluk yang berpikir utuh tentang dirinya sendiri: struktur eksistensi, hakikat atau esensinya, pengetahuan, dan tindakannya.
ADVERTISEMENT
Al-Ghazali membagi ilmu jiwa menjadi dua bagian, yaitu ilmu jiwa yang mengkaji tentang daya hewan, daya jiwa manusia, daya penggerak, dan daya jiwa sensorik, prikologi pemrosesan jiwa, terapi, dan psikologi peningkatan moral.
Ia membagi sifat manusia dalam empat kategori menurut kekuatan emosi dan hasrat yang mendominasi. Keempat karakteristik ini adalah potensi (naluri) manusia yang dapat dikendalikan dan ditingkatkan melalui pendidikan.
Empat karakteristik itu antara lain sifat hewan liar (al-bahimiyah), sifat hewan buas (as-san'iyyah), sifat setan (asy-syaithaniyah), dan sifat ketuhanan (al-rabbaniyah).
Demikian tiga tokoh psikologi Islam. Semoga penjelasan ini dapat memberikan wawasan mengenai tokoh-tokoh bidang psikologi dalam Islam dan pemikirannya mengenai ilmu kejiwaan.(IND)
ADVERTISEMENT