Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ellyas Pical, Sang 'Exocet' Dari Saparua
19 Agustus 2020 15:58 WIB
Tulisan dari Info Sport tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia dikenal punya petinju-petinju bertalenta. Di antaranya adalah Chris John, Daud Yordan dan M. Rachman.
ADVERTISEMENT
Namun, ada satu nama yang menjadi pelopor berkibarnya nama Indonesia di kancah tinju dunia. Ya, dia adalah Ellyas Pical .
Ellyas Pical merupakan petinju Indonesia yang berkiprah di kelas terbang super. Elly, sapaan akrabnya, lahir di Saparua, Maluku, pada 24 Maret 1960.
Pada masa kecil, Elly bekerja sebagai penyelam yang mencari permata untuk dijual. Ia baru belajar tinju setelah ia sering menonton pertandingan dari Muhammad Ali di TVRI pada masa remajanya.
Dikutip dari CNN, rupanya Elly sendiri baru mulai menekuni olahraga tinju sejak berusia 13 tahun. Ia berlatih sembunyi-sembunyi akibat dilarang kedua orangtuanya. Pada saat itu, tinju masih dianggap olahraga negatif tanpa prestasi.
Sebagai petinju amatir yang bermain di kelas terbang, ia memulai kiprahnya menjadi juara. Elly lalu memulai karier amatirnya dari tingkat kabupaten hingga kejuaraan Piala Presiden.
ADVERTISEMENT
Elly sendiri bertarung dengan gaya kidal. Tinju kiri pria bertinggi 160 sentimeter yang terkenal 'menggelegar' di atas ring membuatnya dijuluki The Exocet. Julukan tersebut memang cukup unik.
Maklum, ketika ia melakukan debutnya sebagai profesional pada 1982, sedang terjadi Perang Falklands antara Inggris dan Argentina. Rudal Exocet--yang ironisnya buatan Prancis, sekutu Inggris-- digunakan oleh tentara Argentina dalam perang tersebut.
Gelar pertama Elly datang tiga tahun berselang. Saat itu, ia punya lawan yang cukup tangguh,petinju Korea Selatan, Chun Ju-do yang merupakan juara dunia kelas terbang super IBF (International Boxing Federation).
Pertarungan antara Pical dan Chun berlangsung cukup seru. Dalam laga yang berlangsung pada 3 Mei 1985 di Istora Senayan tersebut, tinju kiri Pical di ronde ke-8 akhirnya berhasil mengkanvaskan sang lawan dan membuatnya jadi juara dunia pertama asal Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sabuk juara bertahan cukup lama di pinggang Elly. Meski begitu, ia sempat dikalahkan petinju asal Republik Dominika, Cesar Polanco pada tahun 1986 sebelum berhasil merebut gelarnya kembali.
Pertarungan terbesar petinju kebanggaan pulau Saparua tersebut adalah melawan petinju Thailand, Khaosai Galaxy. Laga tersebut sayangnya diakhiri dengan kekalahan Elly, dan malangnya sabuk IBF juga ikut lepas darinya.
Setelah laga itu, Elly terlibat pergulatan batin selama berbulan-bulan karena depresi. Meski begitu, Elly mampu bangkit dan merebut gelar IBF kelas terbang super kembali dari sang juara bertahan, Chang Tae-il asal Korea Selatan.
Akhirnya, pada 1989, Elly terbang ke Roanoke, Virginia, Amerika Serikat untuk mempertahankan gelar melawan Juan Polo Perez dari Kolombia. Dalam laga tersebut ia kalah dan harus merelakan gelarnya lepas.
ADVERTISEMENT
Selepas ganju sarung tinju, bukan berarti hidup Elly baik-baik saja. Segala ingar-bingar popularitasnya saat menjadi atlet tinju seperti tak berbekas.
Dirinya sempat menjadi petugas keamanan di sebuah tempat hiburan malam. Pada 2005, ia bahkan harus mendekam di penjara karena kasus narkoba.
Untung saja, ia 'diselamatkan' oleh Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu, Agum Gumelar. Akhirnya, Elly diberikan jabatan di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Kesehatannya juga menurun. Pada 2017 silam, ia mengalami serangan jantung sehingga harus masuk rumah sakit .
Terlepas fase naik-turun hidupnya, elly jelas jadi pelopor untuk petinju-petinju lainnya di Indonesia. Tercatat, kisah hidup Elly akan dibuat film , dengan bintang utama Jefri Nichol .
Well, semoga saja ada sosok petinju asal Indonesia yang dapat meraih juara dunia.
ADVERTISEMENT