Mengapa Atlet Gelar Pesta Seks Selama Olimpiade? Ini Alasan Ilmiahnya

Konten dari Pengguna
16 Juli 2021 17:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Sport tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang ofisial tim Belgia berjalan menuju pos pemeriksaan keamanan di pintu masuk Wisma Atlet Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo, Jepang. Foto: Issei Kato/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang ofisial tim Belgia berjalan menuju pos pemeriksaan keamanan di pintu masuk Wisma Atlet Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo, Jepang. Foto: Issei Kato/REUTERS
ADVERTISEMENT
Seakan bukan menjadi hal baru lagi bahwa setiap atlet dikabarkan menggelar pesta seks tiap penyelenggaraan Olimpiade. Hal itu bahkan telah menjadi rahasia umum dalam turnamen olahraga terakbar di muka bumi itu.
ADVERTISEMENT
Pihak penyelenggara Olimpiade sendiri selalu membagikan kondom kepada para atlet tiap penyelenggaraan. Hal tersebut bermula pada Olimpiade 1988 untuk meningkatkan kesadaran soal penyakit HIV/AIDS.
Selain itu, aktivitas seksual dengan level tinggi selalu terjadi di wisma atlet tiap acara berlangsung. Pada Olimpiade 2016 di Brasil, pihak penyelenggara diketahui membagikan 450 ribu kondom.
Menurut laporan ESPN, atlet renang Ryan Lochte, memperkirakan terdapat 70 hingga 75 persen atlet yang melakukan aktivitas seksual di wisma atlet selama Olimpiade 2016.
Pengakuan Lochte sejatinya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh terapis fisik kesehatan panggul dan pendidik seks, Dokter Uchenna Ossai. Nyatanya, terselip alasan ilmiah di balik maraknya hubungan seks selama Olimpiade.
Bendera dan spanduk Belanda dipajang di Wisma Atlet Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo, Jepang. Foto: Issei Kato/REUTERS
Menurutnya, kondisi tubuh para atlet selama Olimpiade sedang berada pada posisi terbaiknya. Secara naruliah, hal itu kemudian membuat mereka siap untuk melakukan hubungan seksual.
ADVERTISEMENT
Dokter Ossai mengatakan para atlet yang bertanding di Olimpiade datang dengan energi yang terpendam. Mereka makan 9.000 kalori per hari, dan kemudian meluncur dengan endorfin dan adrenalin yang tinggi ketika sedang berkompetisi.
"Sudah diketahui secara luas bahwa kinerja fisik dan kebugaran tingkat tinggi memiliki efek peningkatan dalam hal fungsi seksual secara keseluruhan," kata Dokter Ossai dikutip dari Bustle.
"Aktivitas seksual adalah teman yang benar-benar setia dalam hal suasana hati, manajemen nyeri, kualitas tidur, dan fungsi dasar panggul," tambahnya.
Beberapa pelatih melarang timnya untuk melakukan aktivitas seksual selama pelatihan karena takut akan mengganggu kinerja tubuh. Namun, sebuah studi pada 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Physiology menyatakan tidak ada bukti ilmiah yang mendukung teori itu.
Petugas kepolisian berpatroli di Wisma Atlet Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo, Jepang. Foto: Issei Kato/REUTERS
Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 rencananya akan memberikan sekitar 150 ribu kondom kepada para atlet. Tetapi hal itu tidak boleh digunakan di wisma atlet mengingat masih merebaknya virus corona.
ADVERTISEMENT
"Distribusi kondom tidak untuk digunakan di wisma atlet, tetapi untuk dibawa oleh atlet kembali ke negara asal mereka untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah HIV dan AIDS," kata perwakilan Olimpiade Tokyo kepada Reuters.
Pengakuan akan maraknya hubungan seks di wisma atlet selama Olimpiade dikatakan mantan atlet lompat jauh, Susen Tiedtke. Ia berpartisipasi di dua Olimpiade yakni pada 1992 dan 2000.
Menurutnya, larangan dari penyelenggara Olimpiade kepada atlet untuk tidak melakukan hubungan seks hanyalah angin lalu.
"Larangan itu adalah bahan tertawaan yang bagus, itu tidak akan berhasil sama sekali. Seks selalu menjadi isu di kompleks olahraga," kata Susen kepada Bild dikutip dari The Sun.