Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Desa Wawonduru di NTB: Dulu Kumuh, Kini Jadi Desa Percontohan Nasional
10 Agustus 2019 22:14 WIB
Diperbarui 26 Agustus 2019 17:17 WIB
ADVERTISEMENT
Info Dompu – Manfaatkanlah masa mudamu, sebelum datang masa tuamu. Tampaknya, nasihat itu diaplikasikan dengan baik oleh Ramlin alias Steken, pria Dompu yang menginisiasi adanya kampung hijau di Desa Wawonduru , tepatnya di RT 17, Dusun Teta.
ADVERTISEMENT
Desa di Kecamatan Woja ini beda dengan desa pada umumnya di Kabupaten Dompu. Tampak ada pagar yang dicat warna-warni dan adanya kombinasi tanaman hijau yang mendominasi seluruh area rumah warga.
Tidak tampak seekor ternak pun berkeliaran atau sampah jenis apapun mengotori jalanan. Saluran air tampak lancar, suasana desa rimbun nan asri meski di musim kemarau, dan udara begitu segar untuk dihirup.
Beberapa waktu lalu, Desa Wawonduru juga mewakili Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai desa percontohan Kampung KB (program BKKBN yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo sejak Januari 2016) tingkat nasional dan masuk menjadi kategori 5 terbaik di Indonesia.
“Dulu ini bisa dibilang Desa Wawonduru kumuh banget,” ungkap Steken, Jumat (9/8).
Menurut Steken, sembilan bulan lalu, desa itu masih bisa dibilang sebagai kawasan kumuh, bahkan paling kumuh se-Kabupaten Dompu. Ia pun mulai berpikir mengajak masyarakat membuat perubahan.
ADVERTISEMENT
Ide Steken sangat disambut baik oleh masyarakat sekitar. Dengan semangat gotong-royong yang selalu terjaga sejak dulu, mereka bersama-sama mulai menata lingkungan yang ‘kumuh’ tersebut.
“Yang pertama kami lakukan adalah penataan lingkungan seperti ngerapiin halaman rumah warga, pagar, dan mengambil kayu untuk bahan pagar di kebun warga juga dilakukan dengan gotong-royong,” ujar pria berusia 28 tahun ini.
Setelah melakukan penataan lingkungan, langkah kedua adalah menanam tumbuhan seperti sayur mayur untuk kebutuhan masyarakat. Menurutnya masyarakat sangat antusias, berbagai persoalan mereka bahas dengan musyawarah.
Ia pun mengaku harus mulai dengan diri sendiri untuk menggerakkan masyarakat, seperti menggunakan dana pribadi untuk pembibitan sayuran yang akan ditanam.
“Awalnya pakai budget pribadi dulu ya bisa dibilang 10 persen dari hasil usaha kopi saya sumbangkan untuk masyarakat di sini. Saya belikan semua bibit sayur-sayuran, seperti kol, cabe, sawit dan lainnya,” terang pria yang juga menjadi owner usaha kedai kopi di Dompu.
ADVERTISEMENT
Setelah bibit sayuran ada, juga lingkungan sudah tertata, kemudian dibentuklah kelompok. Lalu dibuatkan jadwal pelaksanaan kegiatan. Sore hari adalah jadwal untuk semai bibit, itu khusus kelompok ibu-ibu. Sedangkan kelompok bapak-bapak adalah penataan lingkungan seperti mengecat, dekor-dekor lingkungan.
Selain menanam sayuran, masyarakat juga menanam tanaman apotek hidup. “Kalau ini anggarannya swadaya, walaupun tetap paling banyak budget pribadi. Kalau tidak ada budget pribadi nanti malah enggak akan ada hasil,” ungkapnya.
Beberapa bulan kemudian, dilakukan kegiatan "budidamber" (budidaya ikan dalam ember), yaitu ikan lele. Steken mengatakan, jika program horti sudah ada, target lainnya adalah membuat masyarakat berpikir untuk hidup irit, jangan sampai keluar uang karena kebutuhan hidup sudah ada di sekitarnya.
“Ya keluar uang untuk kebutuhan anak sekolah sajalah, apalagi dengan pengembangan kawasan ini ada masyarakat dari desa lain yang datang beli sayuran. Artinya bisa menambah pendapatan juga,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Steken pun berharap desa-desa lain yang ada di Kabupaten Dompu bisa seperti desanya. Ia mengaku siap jika ada desa lain yang mau mengajaknya untuk berkolaborasi untuk menjadikan tempatnya sebagai desa percontohan.
-
Intan Putriani