Kisah Pasangan di Bima, NTB, Sedekahkan Catering Resepsi Akibat Corona

Konten Media Partner
1 April 2020 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto pernikahan Maulan Ishak dan Sri Wahyuningsih. Doc Yuni
zoom-in-whitePerbesar
Foto pernikahan Maulan Ishak dan Sri Wahyuningsih. Doc Yuni
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Info Dompu - Setelah Maulana Ishak (31) melamar sang pujaan hati, Sri Wahyuningsih (30) akhir Desember 2019, tak pernah terbayangkan jika hari bahagia keduanya tak akan bisa dirayakan bersama tamu undangan. Pasalnya, wabah Virus Corona kini telah membuat warga Bima di Nusa Tenggara Barat (NTB) harus melakukan social maupun physical distancing sementara waktu.
ADVERTISEMENT
Ishak dan Yuni, panggilan akrab keduanya, semula telah mengundang sekitar 2.700 tamu untuk hadir pada 26 Maret 2020, di hari resepsi pernikahan mereka. Namun, siapa sangka, catering bahkan uang gedung yang telah dibayar lunas harus mereka ikhlaskan.
"Catering sudah terlanjur dipesan tidak mungkin dibatalkan. Kan kalau catering sudah belanja bumbu, sudah belanja bahan-bahan. Uang gedung saja yang dikembalikan," ujar Ishak saat dihubungi via telepon selular.
"Kami belajar ikhlas dengan semua itu," kalimat yang selalu diucapkan Ishak dan Yuni jika ada yang bertanya bagaimana perasaan mereka.
Pernikahan Isyak dan Yuni. Foto: Doc Yuni
Baik Ishak maupun Yuni memang telah menerima nasib pernikahan mereka. Tanggal yang ditetapkan sebagai hari pernikahan tak ingin mereka tunda-tunda. Akhirnya pernikahan tetap berlangsung sederhana di kediaman Yuni, hanya dihadiri keluarga inti keduanya dan pihak Kantor Urusan Agama (KUA).
ADVERTISEMENT
Hampir 3.000 paket catering yang telah dipesan hanya mereka gunakan sebagian kecil. Sedangkan sebagian besarnya disumbangkan ke Panti Asuhan di wilayah Bima dan dibagikan ke warga sekitar.
"Kita mah bagi-bagikan saja, ke Panti Asuhan, kita bagikan ke warga, kemana-mana, jadi sedekah," terang Ishak.
Isyak adalah warga Bogor, Jawa Barat yang pertama kali bertemu Yuni saat kunjungannya ke Bima untuk sebuah proyek BUMN yang ia kerjakan. Sedangkan Yuni adalah Staf Gizi Dinas Kesehatan, Kabupaten Bima, yang juga aktif sebagai pengurus Komunitas Mbojo Tana'o yang bermarkas di Asi atau Istana Bima. Ishak sendiri diundang untuk ikut dalam diskusi yang diadakan oleh Komunitas Mbojo Tana'o.
Kegiatam anak-anak di Mbojo Tana'o. Foto: Doc Mbojo Tana'o
Hal lain yang semakin meyakinkan keduanya untuk saling mengenal lebih dekat, juga karena mereka sama-sama pernah menjadi bagian LDK Al Hurtiyah. Kisah pertemuan ini ditulis oleh Ishak pada halaman Facebook-nya.
ADVERTISEMENT
Rencana resepsi pernikahan mereka awalnya akan dilaksanakan di Gedung Seni Budaya (GSB) Kota Bima. Ishak mengaku saat kedatangannya ke Bima 14 Maret 2020 untuk mempersiapkan surat-surat pernikahan, belum ada kabar tentang pembatalan izin perayaan resepsi akibat Virus Corona.
"14 Maret 2020 masih baik-baik saja. Saya ke Bima untuk persiapan surat-surat ke KUA karena harus surat-surat asli. Belun ada kabar mengenai wabah (Corona) di Bima," jelas Ishak.
Namun, kata Ishak, 18 Maret 2020 pihaknya tiba-tiba ditelepon oleh Humas Protokol Kota Bima untuk rapat mengenai resepsi setelah adanya Surat Edaran Gubernur dan Wali Kota terkait Corona.
"Nah, di dalam rapat itu masih ada izin diperolehkan asal mengikuti protokol. Maka kami menandatangi sebuah surat pernyataan bahwa kami siap mengikuti seluruh protokol yang diharuskan Wali Kota (Bima)," cerita Ishak.
Surat Edaran Awal Gubernur NTB terkait Corona. Doc Hunas NTB
Menurutnya, ada 3 protokol yang harus disiapkan ketika mereka nantinya menggelar resepsi di GSB yaitu masker, hand sanitizer, dan thermal gun atau alat pengukur suhu.
ADVERTISEMENT
"Kami menyanggupi. Per tanggal 20 Maret semua persyaratan sudah ready. Hingga tanggal 21 kita melakukan acara kumpul keluarga dan kumpul panitia atau mbolo weki. Namun tiba-tiba tanggal 23 Maret, hari Senin itu dikabarin lagi, dipanggil lagi bahwa ini tidak bisa diadakan sama sekali," terang Ishak.
Menurutnya, kabar itu karena ada Surat Edaran baru dan Maklumat Kapolri per tanggal 22 Maret 2020. Tak ingin menyerah Isyak pun mencoba berkoordinasi lagi dengan pihak terkait.
"Kami coba diskusi kembali, meminta arahan dari berbagai pihak, dan konsultasi. Namun dalam diskusi memang tidak memungkinkan. Karena khawatir, kalau diizinkan yang lain akan ikut. Maka untuk menjaga jangan sampai kejadian, jika terjadi apa-apa apa keluarga yang disalahkan. Maka tanggal 23 Maret acara diputuskan tidak dilaksanakan," urai Ishak.
ADVERTISEMENT
Tanggal 24 Maret Isyak dan keluarga kembali berkoordinasi dengan pihak KUA. Namun, pernikahanntak dapat dilaksankan di kantor KUA. Menurut Isyak, sudah aturannya tidak boleh berkumpul dalam jumlah besar.
Undangan pernikahan Ishak dan Yuni. Foto: Doc Yuni
"Jadi tidak boleh di KUA. Jadinya di rumah. Itupun hanya keluarga inti. Tidak ada tenda, tidak ada tamu undangan. Kata protokol tidak boleh lebih dari 20 orang," ujar Isyak.
Maka pernikahan yang diimpikan meriah bersama tamu undangan, teman, dan kerabat di luar keluarga inti menjadi pupus. Mereka kemudian membuat edaran kepada tamu undangan dan memasang spanduk di GSB bahwa resepsi ditiadakan. Isyak dan Yuni akhirnya menikah dalam akad sederhana yang khidmat.
"Sedih sih, tetap ada sedihnya. Tapi teman-teman banyak mendoakan meski tidak hadir. Teman-teman yang benar-benar dekat mereka datang tapi setelah akad secara bergiliran," jelas Ishak.
ADVERTISEMENT
Ishak dan Yuni memang mengingatkan teman-temannya untuk tidak datang pada saat akad nikah. Mereka khawatir jika banyak orang yang berkumpul maka akan dibubarkan.
"Acara harusnya berlangsung khidmat, takutnya ada Sat Pol-PP dan Polisi malah merusak acara. Alhamdulillah makanya setelah akad datangnya bergantian," tambah Isyak.
Bahkan pada saat akad berlangsung, kata Isyak, tetap dipantau oleh Babinsa dan Babinkabtibmas. Apapun yang mereka hadapi saat pernikahan, menurut Isyak ia tidak merasa rugi.
"Dalam acara ini sudah diniatkan untuk syukuran," ucap Ishak.
Kebahagiaan Ishak dan Yuni. Foto: Pixabay
Menurut Isyak, memang ada banyak pihak yang saat ini tengah merencanakan pernikahan dan melakukan resepsi di Bima. Namun, yang hadir saat diskusi terkait acaranya hanya dengan satu lainnya. Menurutnya yang lain juga sudah menerima sosialisasi yang dilakukan Pemda Bima.
ADVERTISEMENT
"Rapatnya enggak bareng kami. Sosialisasinya sih banyak dari bagian Humas-nya. Hanya yang rapat bareng saya hanya satu orang, jadi hanya dua calon pengantin. Yang lain rapat di jam dan waktu yang berbeda" jelas Ishak.
Isyak dan Yuni pun berpesan kepada orang lain yang pernikahannya bernasib sama dengan mereka untuk belajar sabar dan ikhlas.
Isyak bahkan berniat 'perang' melawan wabah Corona saat ini. Ia yang memiliki perusahaan konveksi di Bogor berinisiatif untuk memproduksi pakaian cover all untuk tenaga medis dengan harga yang sangat terjangkau.
Pakaian cover all yang diproduksi oleh Isyak untuk melawan Corona. Doc Yuni
"Tadinya hanya bikin kaos dan tas. Awalnya acuh tak acuh nih saya dengan Corona. Tapi saat resepsi gagal saya berinisiatif untuk produksi Alat Pelindung Diri khusus di Rumah Sakit,"
ADVERTISEMENT
Hingga dua hari setelah pernikahannya, menurut Ishak sudah ada sekitar 3420 pesanan cover all di perusahaan kecilnya. Per cover all-nya ia bandrol dengan harga sekitar Rp 75 ribu.
-
Intan Putriani