news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pantai Kilo di Dompu Berpotensi Jadi Ekowisata NTB

Konten Media Partner
16 Januari 2020 11:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pantai Kilo Dompu. Foto: Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Kilo Dompu. Foto: Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Muslim (IKAPM) Kabupaten Dompu, Arif Rahman, mengatakan pantai di Kecamatan Kilo, Dompu, potensial dikembangkan sebagai ekowisata. Caranya adalah dengan menanam hutan bakau di bibir pantai.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan di beberapa titik terdapat bagian jalan raya ke Kilo mengalami abrasi akibat hantaman ombak. “Selain itu areal sawah warga dekat pantai juga terancam akibat abrasi,” ujarnya ketika ditemui di Taman Kota Dompu, Selasa (14/1).
Menurut mahasiswa tingkat akhir UIN Mataram ini, tanaman mangrove memiliki 3 fungsi penting yakni dapat mencegah abrasi, menetralisir air laut yang tercemar oleh mercury dan menjadi rumah bagi kepiting dan biota laut lainnya.
Arief Rahman, Ketua IKAPM Dompu. Foto: Ilyas/Info Dompu
Secara demikian, menurutnya, tumbuhan tersebut di samping sebagai mitigasi bencana juga memberikan manfaat secara ekologis maupun ekonomis.
“Kita bisa lihat misalnya di pinggir jalan ke Kilo banyak hancur akibat hantaman gelombang karena tidak terdapat mangrove sebagai penahannya,” ujarnya. Selain menahan laju abrasi tanaman ini, kata dia, akan membentuk daratan baru.
ADVERTISEMENT
Dengan beberapa kelebihan mangrove tersebut, Arif berharap pantai di Kilo dapat disulap sebagai ekowisata. Salah satunya adalah wisata menjaring ikan di malam hari atau berburu kepiting.
Pantai Kilo dengan pasir putih yang indah. Foto: Info Dompu
Bahkan dia berharap sekalian dikembangkan budidaya kepiting di lokasi tersebut. Dia optimis ekowisata semacam itu akan disambut antusias para wisatawan. Menurutnya, Kilo sebagai pusat pengembangan industri teh kelor justru akan semakin bagus jika dipadukan dengan ekowisata tersebut.
“Kalau makan ikan atau kepiting mungkin sudah biasa. Tetapi bagi orang tertentu berburu kepiting atau menjaring ikan di malam hari jelas sebuah kemewahan dan memberikan sensasi yang berbeda,” paparnya.
Untuk mendukung gagasan tersebut, pihaknya bersama elemen lain maupun pemerintah daerah menginisiasi penanaman mangrove maupun pencanangan Malaju, Kecamatan Kilo, sebagai Desa Wisata pada Sabtu lalu (11-12/1).
Kegiatan penanaman mangrove di Kilo. Foto: Info Dompu
Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Gubernur NTB Zulkifliemansyah, Bupati Dompu Bambang M. Yasin, anggota DPR RI dari Fraksi PAN Muhammad Syafruddin, dan pejabat daerah lainnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Arif, pihaknya menanam 5 ribu pohon mangrove dan menyisakan sebagian kecilnya untuk mendorong masyarakat menanamnya secara swadaya.
“Kami juga nanti akan terus memantau perkembangan mangrove yang telah ditanam tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, di tengah terbatasnya sektor industri di Dompu maka pengembangan sektor wisata menjadi pilihan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bupati Dompu bersama Gubernur NTB. Foto: Info Dompu
Dia juga menyesalkan kecenderungan sebagian besar kalangan muda Dompu yang lebih memilih jalan politik praktis daripada terlibat dalam kerja-kerja pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
Sektor pariwisata misalnya. Padahal menurutnya jika satu wilayah telah menjadi tempat wisata maka dapat mengatasi 3 hal sekaligus yakni mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan dan terciptanya kebersihan.
“Jadi, jika satu tempat sudah jadi tempat wisata maka otomatis masalah kebersihan akan teratasi karena mustahil tamu mau datang jika tempatnya kotor,” terangnya.
Salah satu spot pantai Kilo. Foto: Info Dompu
Dia lantas menyebut contoh Kabupaten Banyuwangi dan Pulau Lombok yang sektor wisatanya sudah berkembang pesat, sehingga meningkatkan perekonomian daerah bersangkutan.
ADVERTISEMENT
Menjawab pertanyaan kesiapan Pantai Kilo sebagai ekowisata tersebut, Arif mengakui masih membutuhkan jalan panjang. Terutama aspek kebersihan pantai mau pun pemukiman warga.
Untuk menyongsong ekowisata nanti, Arif berharap Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) setempat dapat memfasilitasi pembangunan penginapan (homestay) yang berbasis masyarakat sehingga dapat memberikan efek kesejahteraan kepada warga setempat.
Pemandangan pagi hari di Pantai Kilo. Foto: Info Dompu
“Iya, prinsipnya community based yakni rumah-rumah warga disulap jadi homestay, dijaga kebersihan, dibikinkan toilet dan sebagainya sehingga tamu nyaman,” ujarnya.
Selanjutnya, kata dia, homestay tersebut dapat ditawarkan secara online melalui aplikasi sehingga tamu yang hendak berkunjung dan menginap sudah tahu kepastian harga dan fasilitas yang dimiliki.
Dengan demikian, kata dia, paket wisata yang ditawarkan akan memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada pelanggan.
ADVERTISEMENT
-
Ilyas Yasin