Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten Media Partner
Kelotok Hias, Hidupkan Kembali Masa Keemasan Sungai Arut Pangkalan Bun
6 Oktober 2019 19:16 WIB
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Daerah Aliran Sungai (DAS) Arut Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, merupakan saksi sejarah berdirinya Kesultanan Kutawaringin, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng. Melalui Festival Batang Arut, lomba kelotok hias jadi bagian dari perayaan hari jadi ke-60 Kobar sekaligus menghidupkan kembali masa keemasan Sungai Arut.
ADVERTISEMENT
Bupati Kobar, Nurhidayah, menyampaikan ada sebanyak 30 kelotok hias dengan berbagai dekorasi unik akan diberangkatkan dari Dermaga Korindo Kelurahan Mendawai hingga finish di Kelurahan Baru.
"Event tahunan ini akan terus diselenggarakan sebagai penghormatan serta menghidupkan kembali masa keemasan DAS Arut Pangkalan Bun," ujar Nurhidayah, Minggu (6/10).
Sebagai juri dalam lomba kelotok hias ialah Yalmo Safwan; pemerhati budaya Kobar, Heri Roustaman dari Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA); dan Yusuf, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kobar.
Nuhidayah meneruskan, kelotok hias ini juga merupakan salah satu event yang mendukung program visi misi Bupati dan Wakil Bupati Kobar terkait dengan pariwisata yang menarik perhatian wisatawan domestik dan internasional.
"Kemudian kegiatan ini merupakan upaya mengenalkan kembali pada akar budaya, di mana pada masa keemasannya aliran Sungai Arut merupakan penggerak ekonomi, sosial dan budaya di Pangkalan Bun dan sekitarnya," ungkapnya.
Nurhidayah menerangkan, filosofi Festival Batang Arut ini juga mengandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan dan kebiasaan lokal yang didapat oleh masyarakat yang beraktivitas di aliran sungai tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kearifan lokal merupakan hal yang penting untuk dilestarikan, karena merupakan sumber daya sosial yang akan selalu ada dan mampu diperbaharui dengan kreativitas. Kearifan lokal tersebut diperlukan untuk berkreasi dalam rangka menambah nilai daerah aliran Sungai Arut sebagai objek wisata maupun zona kreatif," punkasnya. (Joko Hardyono)