Konten Media Partner

Kisah Penyandang Tunarungu di Kobar yang Kini Sukses Jadi Pengusaha Kuliner

9 Februari 2022 8:01 WIB
Ā·
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 3 Agustus 2022 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu pojok bersantai di Mydinia Cafe and Eatery di jalan lintas provinsi Pangkalan Bun-Kotawaringin Lama, Kotawaringin Barat, yang saat ini dikelola oleh Dini bersama suaminya. Foto: IST/InfoPBUN
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pojok bersantai di Mydinia Cafe and Eatery di jalan lintas provinsi Pangkalan Bun-Kotawaringin Lama, Kotawaringin Barat, yang saat ini dikelola oleh Dini bersama suaminya. Foto: IST/InfoPBUN
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Hampir mayoritas Masyarakat Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, mengenal tempat kuliner yang satu ini, sebut saja Mydinia Cafe and Eatery.
ADVERTISEMENT
Tempat kuliner yang berada di jalan penghubung Pangkalan Bun-Kotawaringin Lama tersebut cukup dikenal di kalangan muda-mudi maupun para pejabat di Bumi Marunting Batu Aji dan sekitarnya.
Tak hanya itu, tempat kuliner ini juga kini banyak dikunjungi warga dari kabupaten lainnya, lantaran berada lokasi yang strategis yakni di jalur lintas antar provinsi. Tak heran jika postingan dengan latar belakang cafe ini kerap berseliweran di media sosial.
Dinia Kurnia Fikriani Aditya Putri merupakan sosok dibalik berdirinya Mydinia Cafe and Eatery. Perempuan kelahiran Kotawaringin Lama, 7 Oktober 1995 silam ini merupakan pemilik usaha tersebut.
Dini begitulah panggilan akrabnya. Putri bungsu dari pasangan H Darsani dan Hj Siti Astawa. Ia merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara. Sejak kecil ia memang telah diajarkan untuk berjuang, hingga menjadi sosok yang seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
Kisah ini berawal dari 25 tahun silam. Ketika itu kedua orang tuanya baru mengetahui jika Dini kecil memiliki keterbatasan pendengaran (tunarungu), saat usianya baru menyentuh 2 tahun. Meski berkebutuhan khusus, kedua orang tuanya tak berkecil hati dan tetap memberikan cinta serta kasih sayang tanpa membeda-bedakan.
Kini usaha milik Dini menjelma menjadi tujuan wisata kluiner keluarga saat berkunjung ke Bumi Kyai Gede, Kotawaringin Lama. Foto: IST/InfoPBUN
Setelah memasuki usia sekitar 5 tahun, ia pun lantas dimasukan sekolah ke TK Pertiwi. Sewaktu kecil bakat wirausaha Dini pun mau tidak mau ikut terasah, lantaran setiap hari ikut menjaga warung kelontong kecil-kecilan milik orang tuanya sebagai kasir.
Awalnya Dini sempat mengeyam pendidikan di SDN 1 Kotawaringin Hulu. Di sekolah tersebut dia hanya bertahan selama 3 tahun, dikarenakan para guru kesulitan memberikan pelajar untuknya.
"Terus waktu sekolah SD baru kelas 3 guru-guru gak bisa ngajar untuk anak yang tunarungu seperti saya. Orang tua DiniĀ  tidak putus asa, sampai di situ dipindahkan Dini ke SDLB Pangkalan Bun. Waktu itu ke Pangkalan Bun naik speedboat dan saat di SDLB, Dini harus pisah sama orangtua. Dini diasuh sama kakak. Ketemu sama orangtua 15 hariĀ  cuma 1 kali," kata dia, Rabu (9/2/2022).
ADVERTISEMENT
Selang 3 tahun kemudian, Dini lulus dari SDLB. Awalnya orang tua Dini sempat bingung untuk melanjutkan pendidikan anaknya, sebab ketika itu di Pangkalan Bun belum ada SMP untuk orang yang berkebutuhan khusus.
"Sudah tamat SD orangtua bingung lagi mau melanjutkan sekolah di mana. Waktu itu tidak ada SMP LB di Pangkalan Bun dan akhirnya disekolahkan di Malang ikut kakak yang kuliah di sana," sambung Dini.
Tak hanya siang hari, usaha yang dirintis oleh Dini ini pun jadi tujuan bersantai muda-mudi saat malam hari. Foto: IST/InfoPBUN
Setelah mendapat informasi, Dini lanjut bersekolah di SMPLB YPTB dan SMALB YPTB di kota Malang, Jawa Timur. Disinilah bakat wirausaha dan memasak semakin ditempa. Sembari menuntut ilmu, ia mulai berjualan kue di sekolah.
Enam tahun menuntut ilmu di Malang, Dini yang juga punya hobi jalan-jalan ini pindah ke Surabaya. Ia lanjut menempuh pendidikan di School Hotel Surabaya (SHS). Di perguruan tinggi itu memantapkan diri mengambil privat bakery dan food product. Ia semakin memantapkan hatinya menjadi pengusaha kuliner.
ADVERTISEMENT
"Tamat SMA LB saya memilih sekolah di SHS, karena sekolah perhotelan banyak tidak terima orang yang tunarungu. Tapi saya tidak pantang menyerah, walaupun sekolah saya bangga pernah bersekolah di SHS," ucap Dini.
Dini menyatakan bahwa semua yang didapat saat ini tidak diraih secara instan. Kedua orang tua, para saudara dan kerabat ikut mendorong semangat Dini dalam menggapai impiannya. Kini bersama dengan suaminya, Andhika Farwansyah, mereka bersama-sama mengelola usaha yang telah dibangun.
Untuk itu ia berpesan kepada para penyandang disabilitas di Kobar agar terus bersemangat dalam menjalani hidup. Percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki dan bekerja keras untuk mencapai cita-cita.
"Pesan saya untuk teman-teman disabilitas jangan putus asa ya dalam hidup. Belajar dan bekerjalah sesuai dengan bakat yg kita miliki, yang penting jujur dan jangan lupa bersyukur kepada Allah SWT," ucap Dini.
ADVERTISEMENT