Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Tarian Babukung, Upacara Adat Kematian Suku Dayak Tomun di Kalteng
17 September 2019 23:00 WIB
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, LAMANDAU - Bagi masyarakat Dayak Tomun, Tarian Babukung bukan hanya sebatas pertunjukan seni. Tari Babukung merupakan produk seni asli nenek moyang yang ada di Bumi Kalimantan, yang mempunyai nilai historis bermuatan filosofis yang sangat tinggi. Terutama dalam pergumulan masyarakat adat Dayak dengan masyarakat adat Kaharingan terdahulu.
ADVERTISEMENT
Tarian Babukung yang kembali difestivalkan untuk yang kelima kalinya ini. Sejatinya dilaksanakan ketika ada salah satu kerabat pemeluk kepercayaan Kaharingan meninggal dunia. Dan masyarakat Dayak Tomun di Kabupaten Lamandau melaksanakan Tradisi Babukung.
Tradisi menari dengan ciri khas penggunaan topeng yang dalam bahasa lokal disebut Luha. Topeng yang digunakan pada umumnya mempunyai karakter yang bermacam-macam. Misalnya saja karakter hewan seperti burung, kelelawar, kupu-kupu, owa-owa, hingga hewan imajiner naga.
"Dalam pelaksanaannya Babukung akan berlangsung dalam waktu yang berbeda-beda, tergantung pada keputusan keluarga duka. Uniknya hitungannya selalu ganjil, mulai dari 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 21 hari," beber Kasi Tata Kelola Destinasi, Dinas Pariwisata Lamandau, Edmond Lamey, Selasa (17/9).
Disebutkannya, acara adat kematian suku Dayak yang banyak dikenal adalah Tiwah. Yang membedakannya adalah upacara Tiwah dilakukan setelah mayat dikuburkan. Sedangkan tari Babukung dilakukan saat mayat disemayamkan atau sebelum mayat dikubur.
ADVERTISEMENT
Menurut Edmond, setidaknya ada dua pesan moral yang terkandung dalam kegiatan Babukung, yakni tentang gotong-royong yang tercermin dalam bantuan material kepada keluarga korban yang ditinggal mati. Juga tentang kesetiakawanan, yang dituangkan dalam bentuk menghibur mereka yang bersedih dengan tabuhan musik dan liukan tari.
Memang hampir di setiap acara adat Dayak erat kaitannya dengan seni, baik seni musik maupun tari. Namun, pada Tradisi Babukung sendiri ada tambahan pembeda yaitu seni rupa topeng dan tata busana, bahkan ada pula unsur seni teater.
Memperhatikan jumlah pemeluk kepercayaan Kaharingan yang semakin berkurang setiap tahunnya, tentu dapat diprediksi akan berkurang pula apresiasi terhadap seni-seni yang terkandung dalam tradisi Babukung tersebut.
"Langkah konkret yang dapat dilakukan sebagai upaya pelestarian dan peningkatan apresiasinya adalah dengan mengangkat kandungan seni dalam Tradisi Babukung tadi menjadi suguhan pertunjukan yang dapat dinikmati tidak hanya pada acara kematian saja," harap Edmond.
Untuk itulah melalui Pemerintah Kabupaten Lamandau, Festival Babukung digelar secara rutin di Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau Kalimantan Tengah. Pada tahun 2019 ini kekayaan seni Babukung dituangkan dalam berbagai materi acara yang sangat menarik untuk dinikmati.
ADVERTISEMENT
"Dalam festival Babukung ada karnaval topeng, pagelaran tari topeng, lomba menggambar dan mewarnai topeng, pentas musik etnik, workshop tari dan workshop ukir topeng, adventure trail, bazar/pameran produk UMKM, serta pertunjukan ritual adat Dayak yang tidak akan anda temukan di daerah lain," pungkas Edmond. (Rico)