Jelajah Sejarah di Klaten: Bersepeda ke Tempat Bersejarah di Sekitar Rumah

Inggirwan Prasetiyo
Mahasiswa Ilmu Sejarah
Konten dari Pengguna
9 Februari 2023 5:31 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inggirwan Prasetiyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Benteng Jolontoro, salah satu destinasi "Jelajah Sejarah" dengan rute terpendek (4 Februari 2022) (Sumber: Dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Benteng Jolontoro, salah satu destinasi "Jelajah Sejarah" dengan rute terpendek (4 Februari 2022) (Sumber: Dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, kita sudah diperbolehkan beraktivitas di luar ruangan tanpa menggunakan masker. Setelah sebelumnya, Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mencabut penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 30 Desember 2022. Masyarakat kemudian berbondong-bondong untuk "merayakan" kabar baik ini dengan melakukan healing.
ADVERTISEMENT
Healing merupakan istilah yang sedang populer di kalangan anak muda dan banyak berseliweran di media sosial. Kata ini diserap dari bahasa Inggris yang berarti penyembuhan atau pemulihan. Dalam Oxford Learner's Dictionaries, kata healing berarti proses untuk menjadi lebih baik lagi setelah mengalami sebuah masalah yang menyangkut kejiwaan seseorang.
Salah satu cara yang paling umum untuk healing adalah dengan bertamasya ke tempat wisata. Kebanyakan orang akan pergi dengan keluarga untuk menikmati waktu bersama. Adapun referensi destinasi yang dituju, biasanya tidak jauh dari tempat-tempat yang sedang viral di media sosial.

Pengembaraan Bermula: Cerita di balik Hobi Bersepeda ke Tempat Bersejarah

Stasiun Yogyakarta, salah satu destinasi "Jelajah Sejarah" dengan rute terjauh (13 Februari 2022) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Berbeda dengan orang-orang pada umumnya, saya lebih memilih untuk bersepeda ke tempat-tempat bersejarah yang ada di sekitar rumah. Sebenarnya, kegiatan ini sudah saya lakukan sejak lama, namun baru rutin saya publikasikan ke media sosial pada masa pandemi kemarin. Selain lebih hemat ongkos, alasan saya untuk bersepeda ke tempat bersejarah karena memiliki ketertarikan terhadap hal-hal yang berbau sejarah.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, saya hanya iseng saja bersepeda ke berbagai tempat bersejarah. Karena sebelumnya memang sudah mempunyai hobi berolahraga, khususnya bersepeda.
Biasanya saya gowes bersama dengan keluarga pada hari Minggu pagi ke arah utara. Pemilihan rute ini berdasarkan pertimbangan waktu, jarak, dan juga medan. Sebab setiap perjalanan pulang, kami selalu mampir ke pasar atau warung untuk belanja makanan.
Kini bapak sudah semakin sepuh, sehingga olah raga yang bersifat kardio mulai dikurangi. Beliau pun lebih aktif ikut serta dalam kegiatan senam yang diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu pagi. Karena itulah saya kemudian memutuskan untuk bersepeda sendiri dan menentukan tujuannya sebebas saya.

Arti dari Sebuah Nama: Jelajah Sejarah dan Kisahnya

Salah satu contoh dari postingan infografis dalam kegiatan "Jelajah Sejarah" dengan destinasi Rumah Situs Wonoboyo (4 Juni 2022) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sebagai seseorang yang tinggal di antara dua pusat kebudayaan Jawa (Yogyakarta dan Surakarta) yaitu di Kabupaten Klaten, saya mendapatkan kemudahan dalam hal akses menuju tempat-tempat bersejarah.
ADVERTISEMENT
Sebab dengan posisinya yang berada di tengah, memungkinkan penduduk sekitar untuk dapat menjangkau dua kota besar yang kaya akan situs kuno ini.
Ada banyak referensi lokasi bersejarah yang dapat dikunjungi, mulai dari bangunan candi dengan nuansa Hindu Buddha yang mengakar, hingga stasiun kereta api yang didominasi oleh unsur kolonial Belanda pada setiap sisi bangunannya.
Healing ini biasa saya sebut dengan nama "Jelajah Sejarah". Karena setelah selesai bersepeda ke tempat-tempat bersejarah, saat sudah sampai di rumah selalu saya sempatkan untuk mencari bacaan yang terkait dengan tempat tersebut. Dari berbagai bacaan itu, kemudian akan dirangkum dalam sebuah infografis yang saya unggah ke media sosial dalam bentuk postingan story.
Kegiatan ini lebih sering saya lakukan seorang diri. Bukan karena tidak punya teman, tapi saya lebih merasa bebas jika suatu waktu terpaksa harus ganti lokasi.
ADVERTISEMENT
Pemilihan lokasi ini didasari oleh spontanitas semata, sehingga jarang sekali saya merencanakannya terlebih dahulu. Jadi jika semisal di tengah perjalanan menuju tempat A saya merasa pingin pindah ke tempat B, tidak perlu capek-capek berdiskusi dan merasa tidak enak dengan teman yang lain.
Dalam setiap perjalanan menuju ke lokasi, saya hanya bermodalkan HP dan aplikasi Google Maps saja. Karena sebelumnya belum pernah mengunjungi berbagai daerah tersebut. Jadi rasa penasaran itu juga membuat saya menjadi semakin antusias untuk menjelajahinya.

Healing Sekaligus Edukasi

Prasasti Upit, salah satu destinasi "Jelajah Sejarah" yang memiliki cerita menarik (10 September 2022) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Selama menjalani healing berkedok hobi ini, saya selalu memiliki oleh-oleh berupa cerita unik dan menarik di setiap destinasi yang saya sambangi. Salah satunya ketika saya bersepeda ke tempat bersejarah yang bernama Prasasti Upit.
ADVERTISEMENT
Penyebutan nama Upit atau Yupit ini berasal dari lokasi penemuan prasasti tersebut. Situs ini dulunya terletak di Desa Ngupit yang sekarang disebut dengan nama Desa Kahuman dan Desa Ngawen. Lokasinya berada di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.
Jika diukur dari rumah saya yang berada di ujung barat Kabupaten Klaten, jaraknya sekitar 17 km. Dengan perkiraan arus lalu lintas yang normal dan laju sepeda dengan kecepatan sedang, jarak ini bisa ditempuh kurang lebih selama 45 menit.
Melanjutkan pembahasan mengenai Prasasti Upit, Supraptiningsih dalam artikel yang bertajuk "Tinjauan Ulang Prasasti Yupit" yang terhimpun dalam jurnal Berkala Arkeologi (1994) menyebutkan, Upit merupakan sebuah prasasti dengan pahatan aksara berbahasa Jawa Kawi yang pertama kali ditemukan pada tahun 1989 di halaman Masjid Dusun Sogaten. Selang 2 tahun kemudian (1991), prasasti serupa kembali ditemukan di Dukuh Kauman.
ADVERTISEMENT
Fungsi dari prasasti ini sebagai penanda batas wilayah sima (daerah perdikan) pada zaman dahulu. Jika ditelisik lagi, isinya berupa tahun pembuatan prasasti, nama gelar kepangkatan, dan nama daerah. Prasasti ini berangka tahun 788 Saka atau jika dikonversi dalam penanggalan masehi menjadi tahun 866 Masehi. Tahun yang tertera pada prasasti ini menjadi penanda dari berdirinya Desa Ngupit. Berdasarkan angka tersebut, Desa Ngupit dipercaya sebagai desa tertua di Indonesia.
Kunjungan yang kedua kalinya ke Benteng Jolontoro, salah satu destinasi "Jelajah Sejarah" (13 Januari 2023) (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Bagi saya, salah satu cerita yang telah saya tuliskan di atas agaknya sudah cukup memberikan gambaran mengenai bagaimana serunya menjelajahi tempat-tempat bersejarah bagi para peminatnya. Terlebih lagi tempat tersebut sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah. Karena ketika sudah sampai di lokasi dan berhasil mengetahui sejarah di baliknya, saya merasa seperti seorang "detektif" yang berhasil memecahkan kasus besar. Hal ini lah yang ingin coba saya tularkan dan bagikan kepada lingkungan sekitar, khususnya anak-anak dan remaja. Sebab beberapa lokasi bersejarah yang ada kondisinya sudah mulai kurang terawat.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat lagi, hobi saya ini memang cukup aneh. Saya lebih memilih untuk mengunjungi tempat-tempat kuno yang sepi dan menguras tenaga, daripada pergi ke tempat yang ramai dan indah. Meskipun begitu, adanya tanggapan yang diberikan oleh teman-teman saya terkait pembuatan infografis "Jelajah Sejarah" yang saya unggah ke media sosial memberikan saya semangat dalam menyebarkan informasi tersebut. Dengan begitu, hobi saya untuk bersepeda menjelajahi tempat bersejarah dapat tersalurkan dan memberikan manfaat kepada orang lain.
Demikian cerita healing saya yang berawal dari hobi bersepeda. Ke depannya saya ingin mengajak teman saya untuk menjelajahi tempat-tempat bersejarah lain yang ada di wilayah lain. Tentunya dengan perencanaan yang lebih matang agar tidak kerepotan nantinya.
Jika kalian sedang merasa memiliki banyak beban dan masalah, ambil jeda sejenak dan healing lah. Karena sejatinya manusia juga mempunyai hak untuk merasa bahagia dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT