Konten dari Pengguna

Pameran Lukisan Gebar Sasmita: Sebuah Upaya Merawat Ingatan

Gianluigi Fahrezi
Mahasiswa kesehatan masyarakat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suka dan berminat pada dunia literasi, terutama dunia bacaan dan penulisan
19 Juli 2023 8:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gianluigi Fahrezi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tampak depan Bale Budaya Pandeglang selama pelaksanaan pameran lukisan Gebar Sasmita
zoom-in-whitePerbesar
Tampak depan Bale Budaya Pandeglang selama pelaksanaan pameran lukisan Gebar Sasmita
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandeglang Creative Hub menyelenggarakan pameran tunggal lukisan karya pelukis Gebar Sasmita di Bale Budaya Pandeglang sejak 24 Juni 2023 lalu. Pameran yang berlangsung sampai tanggal 24 Juli ini menghadirkan 50 lukisan karya Gebar Sasmita yang dibuat pada rentang tahun 1984—2023. Pameran dapat dikunjungi dengan mudah
ADVERTISEMENT
sebab Bale Budaya Pandeglang terdapat di sekitar komplek Alun-Alun Kota Pandeglang.
Gebar Sasmita, yang merupakan pelukis kelahiran Pandeglang eks tahanan politik semasa tahun 1965 mencurahkan berbagai pemikiran dan keresahannya lewat medium lukisan. Karya-karya Gebar banyak terinspirasi dari karya pelukis kenamaan nasional lainnya, Hendra Gunawan. Kolaborasi warna-warna yang mencolok serta terang bergaya ekspresionisme semakin menambah kesan artistik yang dapat ditangkap dari karya-karya yang dipajang pada pameran ini.
Tema yang diangkat Gebar dalam lukisannya beragam. Semasa hidupnya, Gebar pernah menghabiskan 14 tahun hidupnya dipenjara pada tahun 1965—1979, berpindah-pindah penjara dari Banten sampai berakhir di Nusa Kambangan. Selama periode itu, Gebar kerap mendengarkan kesaksian dari rekan-rekan sesama tahanan tentang tragedi kemanusiaan yang menimpa daerah lain di Indonesia, terutama pasca tahun 1965. Beberapa lukisan karya Gebar merespons isu-isu tersebut.
Lukisan berjudul "Merdekakah Kita" gubahan Gebar Sasmita yang memotret keadaan pasca Proklamasi Kemerdekaan
Ketika dikunjungi pada Minggu, (16/7) lalu, Gebar menyatakan bahwa upaya pembuatan pameran ini sebagai usahanya untuk menyampaikan pesan kepada anak-anak muda tentang tragedi yang pernah menimpa negeri ini. “Setelah reformasi, kita mulai mencoba membuka sedikit-sedikit pengetahuan tentang kejadian itu terlebih kepada generasi muda agar orang-orang tidak pernah lupa,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Tragedi kemanusiaan tersebut terekam dalam empat lukisan bertajuk “Tragedi Kemanusiaan”. Empat lukisan yang memiliki warna beragam, mulai dari warna solid sampai lembut jika diperhatikan dengan seksama akan menunjukkan kekejaman yang terjadi pada periode tersebut. Instalasi lukisan juga dilengkapi dengan ornamen batu-batu kerikil bercat merah yang ditempatkan di bawah lukisan, yang ketika ditilik ternyata menambah makna dan kengerian dari tragedi 65 yang coba diceritakan Gebar.
Tidak hanya itu, Gebar juga mampu menangkap kejadian-kejadian lain di dalam lukisannya, mulai dari tradisi masyarakat setempat, pesta-pesta warga, sampai keindahan bentang alam Kabupaten Pandeglang. Semua disajikan secara terbuka dalam tiga ruangan berbeda di Bale Budaya Pandeglang sehingga pengunjung dapat merasakan imersi ketika melihat karya-karya yang dipajang.
ADVERTISEMENT
Selama pameran, kerap kali sang pelukis menemani pengunjung yang datang dan menjelaskan proses kreatif di balik lahirnya lukisan tersebut. Pak Gebar juga menceritakan pengalaman hidupnya, dan acap membagikan semangat dan motivasi khususnya bagi pengunjung-pengunjung yang masih muda. Di usianya yang senja, Gebar Sasmita masih mampu memancarkan optimisme dari sorot matanya dan dengan ramah berbagi cerita dengan para pengunjung.
Gebar Sasmita kerap menemani pengunjung menyusuri perjalanan dan karyanya dalam pameran tunggal "Perjalanan Panjang"
Bagi pengunjung yang tertarik mengunjungi pameran salah satu maestro pelukis di Banten ini, dapat berkunjung ke Bale Budaya Pandeglang dengan menaiki bus Asli Prima, Murni Jaya, atau Arimbi rute Kalideres—Labuan dan turun di Terminal Kadubanen, Pandeglang. Dengan merogoh kocek sebesar 40—50 ribu, pengunjung dapat sampai di Pandeglang dalam kurun waktu 2—3 jam dan melanjutkan perjalanan dengan menaiki ojek sampai alun-alun Pandeglang. Pameran tersebut gratis dan terbuka sejak jam 9 pagi sampai jam 8 malam. Pengunjung juga bisa mendapatkan informasi mengenai pameran “Perjalanan Panjang” lewat Instagram @pandeglang_creative_hub.
ADVERTISEMENT