Konten dari Pengguna

15 Puisi Hari Pahlawan 10 November yang Penuh Makna

Inspirasi Kata
Menyajikan artikel berisi kata-kata, kutipan, dan kalimat yang menginspirasi pembaca.
8 November 2024 23:24 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi puisi hari pahlawan, Unsplash/Planet Volumes
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi puisi hari pahlawan, Unsplash/Planet Volumes
ADVERTISEMENT
Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia merayakan Hari Pahlawan sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan. Puisi Hari Pahlawan bisa menjadi salah satu bentuk penghormatan untuk para pahlawan yang sudah gugur.
ADVERTISEMENT
Tanggal 10 November bukan sekadar untuk mengenang, tetapi juga merenungkan kembali semangat juang yang telah diwariskan para pahlawan yang berkorban demi kebebasan dan keadilan.
Dikutip dari ejournal.baleliterasi, Analisi Makna dan Amanat Puisi ‘’ Pahlawan Tak Dikenal”, Karya Toto Sudarto Bakhtiar oleh Siti Aisyah dll (2021), adalah puisi yang mengenang peristiwa masa lalu yang menolak lupa akan jasa para pahlawan Indonesia tanpa identitas.
Puisi Hari Pahlawan merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan Indonesia. Lewat rangkaian kata yang penuh makna, puisi ini mengungkapkan rasa terima kasih.

15 Puisi Hari Pahlawan 10 November yang Penuh Makna

Ilustrasi puisi hari pahlawan, Unsplash/Mufid Majnun
Puisi juga memiliki kekuatan untuk membangkitkan semangat juang generasi penerus, serta menginspirasi. Inilah beberapa puisi hari Pahlawan yang menginspirasi.
ADVERTISEMENT

1. Pahlawan tak Dikenal (Toto Sudarto Bakhtiar)

Sumber: ejournal.baleliterasi.org
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi (dia) bukan (sedang) tidur, sayang
Sebuah lubang peluru (beberbentuk) bundar (terdapat) di dadanya (dalam)
Senyum bekunya (dia) mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana (kapan) dia datang (ke medan perang ini)
Kedua lengannya memeluk (memegang) senapan (senjata api)
Dia (juga) tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring (diatas tanah), tetapi bukan tidur, Sayang
Wajah (nya) sunyi setengah gundah
(seakan) Menangkap sepi (mengiris seperti) pedang (saat) senja
(penduduk) Dunia tambah (merasa) beku di tengah derap (langkah orang) dan suara (perbincangan) menderu (mengatakan bahwa)
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 november, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali (mengenang) memandangnya
ADVERTISEMENT
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak (justru) wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
(Sudah) Sepuluh tahun yang lalu dia (gugur) terbaring
Tetapi (dia tidak sedang) bukan tidur, Sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya (seolah-olah) mau berkata: “aku (mati beruang) sangat muda”

2. Karawang Bekasi (Chairil Anwar)

Sumber: journal2.uad.ac.id
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda
Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa
ADVERTISEMENT
Memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk
Kemerdekaan kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

3. Pahlawan Bangsaku (Chairil Anwar)

Sumber: journal2.uad.ac.id
Percikan darah meleleh di tanah pusaka
ADVERTISEMENT
Bukan gelaran yang mereka inginkan
Bukan pangkat yang mereka impikan
Dan juga bukannya harta yang mereka mahukan
Tetapi kerana cinta mereka sanggup melakukan
Sisa hidup mereka dipenuhi gelombang perjuangan
Perit, sakit yang terpaksa dirasakan
Menjadi pembakar semangat keberanian
Demi mendapatkan sebuah kebebasan
Pahlawan bangsaku
Engkau membina tiang kemerdekaan
Mematahkan segala uji cabar yang diberikan
Engkau bangkit melakar impian
Menyemai harapan untuk mendapatkan kedamaian
Terima kasih pahlawan bangsa
Walau engkau sudah tiada
Perjuanganmu mengangkat bangsa
Tetap dikenang sepanjang masa

4. Tanya Seorang Anak tentang Pahlawan (Nurin Nuzulia)

Sumber: eresearchjournal.transbahasa
Tanya seorang anak kepada ayahnya:
Siapa pahlawan itu?
Mengapakah seseorang disebut pahlawan?
Pahlawan ialah orang yang telah berbuat
Berbuat sesuatu dengan landasan kebenaran
Berbuat sesuatu untuk membawa guna dan kebaikan
ADVERTISEMENT
Berbuat sesuatu demi kepentingan banyak orang
Guru, tukang sapu, dan penjaga palang rel kereta api adalah pahlawan
Kartini, Cut Nyak Dien, dan Cut Meutia adalah pahlawan
Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Budi Oetomo adalah pahlawan
Mengapa mereka disebut pahlawan?
Karena mereka telah berbuat sesuatu yang melahirkan kebaikan
Mereka telah meninggalkan sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan
Kemudian, si anak berkata: Kalau begitu, engkau juga pahlawanku, Ayah…
Engkau telah berbuat banyak hal untukku
Engkau telah membawa banyak guna untukku
Kaulah… pahlawanku

5. Doa untuk Pahlawan (Nurin Nuzulia)

Sumber: eresearchjournal.transbahasa
Tergetar hati
Saat memandang batu nisan tersusun rapi
Sadarkan diri akan arti pejuang suci
Doa selalu untuk pahlawan sejati
Yang telah mengukir sejarah negeri
Semoga Allah meridai semua perjuangan
ADVERTISEMENT
Semoga Allah memberi kemuliaan

6. ODE II (Toto Sudarto Bachtiar)

Sumber: Jurnal Inovasi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Dengar, hari ini ialah hari hati yang memanggil
Dan derap langkah yang berat maju ke satu tempat
Dengar, hari ini ialah hari hati yang memanggil
Dan kegairahan hidup yang harus jadi dekat
Berhenti menangis!
Air mata kali ini hanya buat si tua renta
Atau menangislah sedikit saja
Buat sumpah yang tergores pada dinding-dinding
Yang sudah jadi kuning dan jiwa-jiwa yang sudah mati
Atau buat apa saja yang dicintai dan gagal
Atau buat apa saja
Yang sampai kepadamuwaktu kau tak merenung
Dan menapak jalan yang masih panjang
Dengar, hari ini ialah hari hatiku yang memanggil
Mata-mata yang berat mengandung suasana
ADVERTISEMENT
Membersit tanya pada omong-omong orang lalu
Mengenangkan segenap janji yang dengan diri kita menyatu
Dengarlah, oh, tanah di mana segala cinta merekam dirinya
Tempat terbaik buat dia
Ialah hatimu yang kian merah memagutnya
Kala dia terbaring dimakan senyap pengakuanmu

7. Diponegoro (Chairil Anwar)

Sumber: Indo-MathEdu Intellectuals Journal
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
MAJU!
Ini barisan tak bergenderang berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sesudah itu mati
MAJU!
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
ADVERTISEMENT
Jika hidup harus merasai
Maju!
Serbu!
Serang!
Terjang!

8. Terima Kasih, Pahlawan (Muhammad Fadhlan Mu'tashim)

Sumber: Spesial Antologi Puisi bertajuk Hari Kemerdekaan Indonesia, Shinta .N. & Shavna Agitsni, dkk. (2019:74)
Oh Pahlawan..
Karena jasamulah kita merdeka
Hidup di ujung barat hingga timur
Tanpa takut dan gugup yang membara
Kau rela gugur demi kami
Kau rela miskin demi kami
Kau rela menderita demi kami
Menembus zaman hingga canggih
Tak terbayang jika keberanianmu itu tak ditumbuhkan dalam hati
Tak terbayang jika kesabaranmu itu tak menyertai derita
Tak terbayang jika semangat itu tak membakar bara, Para Pahlawan
Kami para pemuda bangsa Indonesia
Berterima kasih untuk jasa jasamu, Para Pahlawan
Karena perjuangan kalian yang luar biasa
Yang membuat bangsa Indonesia bisa menikmati udara kemerdekaan
ADVERTISEMENT

9. Anak Muda (Reni Lestari)

Sumber: Spesial Antologi Puisi bertajuk Hari Kemerdekaan Indonesia, Shinta .N. & Shavna Agitsni, dkk. (2019:75)
Wahai, Anak muda!
Sekarang kita bisa menghirup udara dengan bebas
Kita bisa menikmati keindahan negara ini
Wahai anak muda
Sekarang kita bisa bersenang-senang
Tanpa melihat kebelakang
Tanpa melihat perjuangan para pejuang
Para pejuang yang rela mengorbankan nyawa
Mengorbankan keluarga
Mengorbankan apa pun
Dengan tulus, gigih dan semangat
Dengan tetesan darah, cucuran keringat, dan linangan air mata
Demi apa?
Demi terwujudnya cita-cita
Demi kemerdekaan negara
Demi masa depan kita
Wahai, Anak muda
Apa kita hanya akan berdiam diri saja?

10. Pejuang Bangsa (Adela Nur Afida Salsabila)

Sumber: Spesial Antologi Puisi bertajuk Hari Kemerdekaan Indonesia, Shinta .N. & Shavna Agitsni, dkk. (2019:76)
Kobaran api meluluh lantakkan kebengisan
ADVERTISEMENT
Gemuruh takbir menyeru di seluruh negeri
Allahu akbar...
Allahu akbar..
Tetesan darah kau tumpahkan untuk kemerdekaan
Hembusan nafas terakhirmu
Kausempatkan sepata kata
Merdeka... merdeka... bangsaku Indonesia
Kini kau mengukir sejarah keberanianmu Perjuanganmu meniadakan ketidakadilan
Kobaran semangat tekadmu
Mengabulkan kemerdekaan bangsa Indonesia
Kuucapkan selamat jalan, pejuang bangsa
Penghormatan terakhir para pejuang bangsa
Kini ku merindukan sosok pejuang
Di diri anak-anak bangsa
Salam pejuang bangsa!

11. Hari yang Bahagia (Susilowati)

Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pintu Hati, Susilowati, (2018:41)
Sepuluh November dua empat belas
Kala langit tersibak awan, bening cemerlang
Mentari sejak tadi menatapku dengan sinarnya lembut
Angin pun berbisik halus di telingaku
Menembus jantung dan hatiku berbinar
Satü demi satu sanjungmu menghampiriku
Subhanallah...
Anugerah-Mu datang...
Lirik lagumu mengalun syahdu di kalbuku
ADVERTISEMENT
Mengendap jenak berbinar meronakan wajah
Dingin, tak bergeming irama raut di mukanya İni prestasi
Bukan basa basi
Aspirasimu tak diapresiasi
Masya Allah..
Tuhanku Maha segalanya
Kaya kemuliaan, kaya kebahagiaan, untukku
Hari ini bagimu sendiri

12. Hari Pahlawan

Sumber: Cahaya dari Maluku, Akbar Banapon & Detak Pustaka, (2024:7)
Akulah rakyat kecil yang berdaki
Dengan sejarah kemerdekaan
Aku pernah berperang melawan penjajah asing
Dengan satu harapan mulia
Aku bisa bebas dari penjajah yang terkutuk
Benar katamu
Aku hanyalah rakyat kecil
Aku buta akan pendidikan
Bernapas dengan gerakan kedua kaki dan tanganku
Untuk bisa menghidupi mimpi seorang anak muda
Cukup kalian tahu diri, Pemimpin apatis!
Kembalikan hak rakyat
Bertobatlah!
Bukankah bagian dari hasil kerja rakyat pajak itu?
ADVERTISEMENT
Utang negara bisa cukup bayar kerja gaji kalian per bulan
Kalian dibesarkan dengan sumpah kemanusiaan
Bisa khilaf menjadi pemimpin apatis
Penjilat hak rakyat
Cukup kalian ingat penjajah asing
Jangan malah dicontoh
Dan siksa rakyat

13. Selamat Hari Pahlawan (Irpiani, S.Pd)

Sumber: Aksara Harsa dan Renjana : Antologi Puisi, Irpiani, S.Pd, (2023:80)
Pahlawan bangsaku
Pejuang dan pemersatu rakyat seluruh penjuru
Berjuang segenap jiwa, raga
Berlukis ribuan luka harta tak tersisa bahkan nyawa
Ikhlas hati penuhi panggilan nurani
Membela bangsa mengusir penjajah
Menentramkan jiwa rakyat yang terpenjara
Bernapas keras tercium aroma ujung senjata
Bernapas lirih menangis dan merintih
Meninggalkan keluarga dalam rantai pedih
Pahlawanku pembela bangsaku
Ikhlas baktimu mengantar sepi menghadap ilahi
Jerihmu kurasakan kini
Melipat senjata tentara penjajah
ADVERTISEMENT
Gagah perkasa tapi hati tak seperti manusia
Pahlawan bangsaku
Doa anak negeri untukmu
Takkan terlupa jasa-jasamu

14. Kusuma Bangsa (UNM)

Sumber: Kumpulan Puisi Pahlawan, Siti Isnatun M., Umi N. Mukhsin, Endah Susanti (2011:13)
Penjajah mengoyak kedamaian negeri ini
Mereka menindas
Mereka memaksa
Mereka merampas
Pejuang bangkit melawan
Maju ke medan laga
Memanggul senjata
Menyerukan kebenaran
Perjuangan itu tidak sia-sia
Meskipun harus dibayar darah dan nyawa
Indonesia merebut kembali kedaulatannya
Kini kita bisa menikmati indahnya negeri ini
Berkat kegigihan dan keberanian
Para pejuang sejati
Merekalah kusuma bangsa ini
Lanjutkan semangatnya
Kobarkan kegigihannya
Untuk membangun Indonesia tercinta

15. Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan (SIM)

Sumber: Kumpulan Puisi Pahlawan, Siti Isnatun M., Umi N. Mukhsin, Endah Susanti, (2011:4)
Di sebuah makam jauh dari kehidupan
ADVERTISEMENT
Tersimpan kenangan semata
Akan keabadian yang temaram
Sepotong sunyi menepi
Di antara nisan-nisan berjejer rapi
Seolah jadi teman yang peduli
Menyanyikan sepi tanpa henti
Berkalang tanah engkau para kebanggaan
Tenggelam bersama keteladanan
Betapa tamanmu kini sunyi dan sepi
Seakan duniamu tlah ikut mati
Taman makammu makin tak terjamah
Perjuanganmu makin terlupa sejarah
Sungguh ironis dan menggugah
Semua terjadi saat jasamu terasa indah
Nisanmu yang dulu megah
Kini tampak mulai layu dan jengah
Bagai bunga kamboja berguguran ke tanah
Tak terusik oleh deretan kisah
Sepotong sunyi terus menggelayuti
Taman makammu
Wahai, Pahlawan negeri
Hati berbisik dengan sepi
Akankah kami bisa berbagi
Meski hanya kisah yang tak selesai
Dari perjalananmu yang telah usai
ADVERTISEMENT

Makna Puisi Hari Pahlawan

Ilustrasi Puisi Hari Pahlawan, Unsplash/Mufid Majnun
Puisi Hari Pahlawan menyimpan makna yang mendalam, tidak hanya sebagai pengingat tentang sejarah, tetapi juga sebagai cerminan perjuangan yang masih relevan hingga saat ini melalui puisi. Beberapa pesan yang dapat diambil dari puisi-puisi sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Puisi Hari Pahlawan mengingatkan kita untuk selalu mengenang dan menghormati pengorbanan para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Melalui puisi, kita dapat menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam.
Puisi menjadi wadah untuk menyatukan hati bangsa, menginspirasi kita untuk terus menjaga kemerdekaan, serta melanjutkan perjuangan pahlawan dengan memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara. (MRS)