Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
6 Puisi Hujan Singkat yang Menggugah Hati
26 Oktober 2022 23:13 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Membaca puisi hujan singkat yang memiliki arti filosofis yang dalam bisa melegakan pikiran yang sedang suntuk. Apalagi jika akhir- akhir ini sering kali hujan turun sehingga terasa sangat relate dengan perasaan hati.
ADVERTISEMENT
Untuk kamu yang suka dengan hujan dan selalu memikirkan sesuatu di kala hujan, perlu membaca kumpulan puisi hujan singkat di bawah ini.
Kumpulan Puisi Hujan Singkat
Puisi hujan singkat tak hanya bisa menggambarkan kesedihan. Namun bagi penyair puisi, hujan memiliki banyak makna yang bisa dikembangkan menjadi kalimat- kalimat yang indah.
Inilah deretan puisi hujan singkat yang dapat menggugah hatimu dikuti dari buku Sajak Sajak Sunyi, Budhi Setyawan, (2017) dan Himne Senja Penulis, Guru Bahasa Indonesia SMK Kabupaten Kendal (2019) :
1. Buah Hujan
Hujan pun runtuh dari dahan dahan awan
Membawa pesan haru jantung laut
Selepas melewati udara kota desa dan hutan
Menyadap bermacam kisah yang membuat waktu hanyut
Lapis kelopak kenangan perlahan membuka dan mekar
ADVERTISEMENT
Seperti tersentuhi pekabaran, panggilan nyanyian surga
Yang mencurah mencipta sajak dalam arus memusar
Menyuburkan kata kata yang menggelombang cahaya
Mengapa doa doa bumi telah memanggilnya turun
Karena mimpi api telah terlampau kuasa menjalar
Maka pohon langit melepaskan ranum buah rimbun
Sebelum semesta menyerpih terhampar terbakar
2. Doa di Bawah Hujan
Petir memekik merobek sepi
Saat angin melindapkan irama hari
Dan kilat yang menjalari langit
Menjadi obor bagi kuncup cemas
Lalu mendung yang tergantung melepaskan
Pegangannya dari pundak langit yang hening
Jatuh menjadi serbuk nyala rindu
Menggenangi remah waktu
Kupejamkan mataku dengan keras
Hingga aku tak lagi tahu
Mana yang lebih deras
Air hujan atau air mataku
Tetes tetesnya menghidupkan mata air
Ayat ayat yang mengalir menyirami
ADVERTISEMENT
Pohon pohon anggur
Di kebun keabadian
3. Dalam Hujan, Oleh : Cornado Setyo Sakti
Ada rindu, mengharu biru
Ada kata, terselip dalam tanya
Ada resah, berubah jadi gelisah
Ada sedih, terasa pedih
Ada gembira, diujung cerita
Jika tanya, menjadi mengapa
Jika rasa, menjadi duka
Jika pilu, menjadi kelambu
Jika sangkaan, sebatas gurauan
Jika harapan, sebatas impian
Dalam hujan….
Izinkan aku menjadi kekasihmu
Menunggu tanpa tahu
Pelangi di ujung waktu
4. Hujan Malam Ini, Oleh : Endang Nuraini
Malam ini hujan kembali mengguyur
Menghapus segala gundah yang menggelayut
Menepis segala resah yang mendesah
Membasuh duka, lara, nestapa
Menangis bersama hujan
Kan sembunyikan kepedihan
Kerisauan
Keputusasaan
Malam ini hujan kembali mengguyur
Meratapi siang yang congkak
Penuh kemunafikan
Tipu daya
Keangkaramurkaan
Malam ini hujan kembali mengguyur
Menuntun kita
Melupakan masa lalu
ADVERTISEMENT
Mengubur perihnya luka
Mengais mimpi yang terkoyak
Merajut asa yang tersisa
5. Teh Hangat dan Hujan , Oleh Wahyu Wiji Sayekti
Kubungkus rapat, sekali.
Sampai tak ada yang curi dengar,
Tak ada mata-mata,
Atau bahkan yang bertanya pura-pura.
Teh hangat dan hujan,
Cukuplah mereka saja,
Tidak dengan yang lain.
Sembari menghabiskan detik pada jam dinding besar itu,
Kubungkus rapat semua rapal yang keluar dari suaramu dan suaraku.
Mari habiskan sisa hujan kemarin,
Hingga tegukan terakhir pada hangat gelas kita.
Lalu biarkan mereka bertanya-tanya. . .
6. Petrikor, Oleh : Zesty Dyanda
Siapa bilang hujan penuh kenangan?
Tapi itu benar adanya
Lalu aku harus berlama-lama menunggu ia turun
Demi secangkir aroma memori yang menyeruak dalam ruangan
Bagiku, selepas hari tak ada dirimu sudah cukup sulit menemukan waktu tanpa mengingatmu Mustahil tanpa mengenang kepulan pembicaraan berdua ketika bertemu
ADVERTISEMENT
Entah itu diwakilkan kata-kata, atau hanya tatapan mata yang berbicara
Setiap detiknya bergerak, setiap itu pula rindu berdetak.
Berandai-andai apabila aku menahan kau saat lepas.
Berandai-andai aku cukup mampu merampas
Bisakah kita menjadi sepasang yang lebih pantas?
Atau kita memang hanya cukup sebatas bukan siapa-siapa meski lebih dari melampaui batas?
Kau adalah lawan yang cukup berat, jika ada yang bertarung tentang rasa nyaman
Kau memelukku erat dan memberikan rasa aman
Namun yang kuherankan, kita masih saja tak pernah lebih dari sekadar teman
Yang tak boleh tersorot saat keramaian
Contoh puisi hujan singkat yang menggugah hati dan bermakna apalagi jika Kamu baca saat sendiri. Selamat membaca!(dyan)