6 Puisi Ibu Singkat 4 Bait yang Mengharukan

Inspirasi Kata
Menyajikan artikel berisi kata-kata, kutipan, dan kalimat yang menginspirasi pembaca.
Konten dari Pengguna
7 April 2022 15:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Puisi Ibu Singkat 4 Bait, Foto: Pexels/Daria Obymaha.
zoom-in-whitePerbesar
Puisi Ibu Singkat 4 Bait, Foto: Pexels/Daria Obymaha.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seseorang di dunia ini yang patut kita cintai dan hormati adalah ibu. Sosok tersebut bagaikan malaikat yang diberikan ke dalam dunia ini bagi masing-masing diri kita. Kita bisa membalas kebaikan hati ibu dengan selalu menyenangkan hatinya dan berada di sisinya. Selain itu, kita juga bisa menyatakan rasa sayang kita dengan membuat puisi ibu singkat 4 bait, dimana dalam puisi ini akan digambarkan perasaan cinta kasih atas segala pengorbanan ibu untuk kita.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah kumpulan puisi yang didedikasikan untuk ibu yang telah banyak rela berkorban untuk kita, disadur dari buku Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa oleh Dahlia Damayanti Sholikhah, dkk (2021:12-23):

Puisi Ibu Singkat 4 Bait yang Mengharu Biru

Puisi Ibu Singkat 4 Bait, Foto: Pexels/Andrea Piacquadio.

Syair untuk Ibu

Ibu setiap rintikkan air matamu
Menyadarkan diriku atas perbuatanku
Pengorbanan yang telah kau berikan untukku
Selalu ku kenang sepanjang hidupku
Di bawah redupnya pelita malam
Kurebahkan kepalaku di pangkuanmu
Aku merasakan hati yang penuh ketenangan
Lewat belaian hangat tangan halusmu
Ibu
Kaulah jantung dan hatiku
Darahmu mengalir deras di tubuhku
Semua tentang lukamu terikat di batinku
Kutuliskan syair ini untukmu ibu
Dengan bait yang langsung terhubung denganmu
Dikiasi oleh goresan pena yang indah
ADVERTISEMENT
Syair ini akan selalu mewarnai hidupmu

Teruntuk Ibunda

Semilir sarayu yang bersibak dalam afsun swastamita
Tak memupuskan langkah bunda tuk menyiratkan afeksinya
Setiap malam, kidung harsa terdengar manis dalam ruang hampa
Tanpa harap eulogil walau peluh melumpuhkan sekujur atma
Kalbuku berdegup memandang wajah cantikmu seakan tiada beban
Tutur manismu mampu mengiringi seluk-beluk kehidupan
Meredum tamparan perkara yang mengantui kalbu; berhamburan
Hingga atma berdaya melampaui liku buana kian pagan
Di tengah penghujung malam, terselip doa walau derai menerpa
Memanjatkan doa teruntuk bunda yang menyuguhkan afeksi amerta
Tak lesap dirimu dalam jelma seram yang merisaukan asa
Meninabobokan elegi menjadi nirwarna dalam candramawa
Mungkin, aksara dalam pena ini tak sebanding adorasimu kian Nirmala
Walau netra menatapku sebagai insan apatis tak berperasa
ADVERTISEMENT
Kau menatapku laksana insan anindita tanpa dosa
Oh Tuhan, mampukah hamba mengabdi jasa bunda yang tak mampu ku jangka?
Pusii Ibu Singkat 4 Bait, Foto: Pexels/William Fortunato.

Bidadari pergi tak berpamit

Jerit kalbu memekik pilu
Duka selaksa kian terasa
Wajah berseri kini pucat paci
Belai tangan takkan terasa lagi
Dalam sepi kuratapi
Kasih pergi tanpa permisi
Terisak tangis tersembunyi
Bayang gelap pun menyelimuti
Kendati banyak mata mengasihani
Sosok putri kini seorang diri
Teringat pesan yang kau ajari
Ingatlah Tuhan bahwa kau tak sendiri
Teruntuk segala hal yang kamu torehkan
Kata yang tak sempat kuucapkan
Terima kasih semesta telah menghadirkan
Bidadari terindah dalam kehidupan

Ibuku

Tak kan kulupakan jasamu ibu
Kau mengandungku, melahirkanku
Resah, gelisah menjadi satu
Kau rasakan di dalam kalbu
Setiap waktu berjalan
ADVERTISEMENT
Pekerjaanmu begitu melelahkan
Walau lelah keringat bercucuran
Tak pernah engkau keluhkan
Ibu…
Kau curahkan cinta kasihmu
Kau belai dengan sentuhan lembutmu
Mendidikku dengan kasih sayangmu
Agar aku menjadi maju
Ibu…
Tak hentinya aku membuatmu marah
Hingga kamu menjadi gundah
Namun, engkau tetap tabah
Tersenyum ramah tanpa keluh kesah
Dirgahayulah ibunda
Salam baktimu Ananda
Teriring ucapan doa
Semoga Tuhan mengabulkannya

Pahlawan Pertama

Deraian berevolusi mengajarkan butiran arsih
Membentuk populasi mengundang cerita bersih
Melambung cerita indung fantasi bersimpuh sedih
Inspirasi termaktub insolven kuat bertanding gigih
Konstruktif membangun ufuk suar tiada berlebih
Memakan lahap suka duka habis tiada serpih
Ladang cinta kasih berbentuk madrasah tanpa berpilih
Naim membimbing relung pancur harap tidak pamrih
Nasehat elok bertentangan harapan bersorak sampai berbuih
ADVERTISEMENT
Relevansi kuat menyambung sendir pamer alot terlatih
Pancang akhlak tanamkan anak lumur berjerih
Panduan ibu melodramatis, biarkan ia tidak bersedih

Lembut, Sayup, Tua Renta

Kala mata terbuka
Kala hati menitihkan air mata
Kala dunia menghujat dan menghina
Tapi kau akan selalu datang membela
Tak jarang pula aku menyuruhmu tanpa rasa malu
Menambah bebanmu yang gak sedikitpun aku bantu
Membentakmu dengan mimik kesalku
Hanya karena sepasang baju yang belum sempat dilipat untuk sekolahku
Apa harus dengan kehilanganmu aku akan tersadar?
Apa harus dengan membiarkanmu tergeletak di lantai aku akan mengerti?
Apa harus dengan melihatmu tak lagi diisi aku akan berubah?
Aku tak sanggup lagi, walau hanya mengkhayal sendiri.(Ester)
ADVERTISEMENT