Konten dari Pengguna

Contoh Majas Satire dalam Sastra Indonesia dan Penjelasannya

Inspirasi Kata
Menyajikan artikel berisi kata-kata, kutipan, dan kalimat yang menginspirasi pembaca.
12 Agustus 2024 6:37 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi contoh majas satire. Unsplash.com/Egor-Myznik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi contoh majas satire. Unsplash.com/Egor-Myznik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Contoh majas satire adalah salah satu bentuk gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan kritik atau sindiran secara halus namun tajam. Majas ini seringkali dengan menggunakan humor atau ironi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Jurnal Tuah Pendidikan dan Pengajaran Bahasa, Mitha Dwi Septya dkk, (2021, 140), dalam karya sastra, satire sering ditemukan dalam bentuk cerita, puisi, atau drama yang secara tersirat mengkritik keadaan sosial, politik, atau budaya.

Contoh-contoh Majas Satire dalam Sastra Indonesia

Ilustrasi contoh majas satire. Unsplash.com/Jon-Tyson
Berikut terdapat deretan contoh majas satire dalam karya sastra bahasa Indonesia.

1. "Kita Ini Tertawa" oleh W.S. Rendra

Contoh: Dalam puisi ini, Rendra menggambarkan bagaimana orang-orang tertawa melihat penderitaan orang lain. Satire digunakan untuk mengkritik sikap apatis masyarakat terhadap kesengsaraan di sekitarnya.

2. "Sang Pemimpi" oleh Andrea Hirata

Contoh: Karakter Pak Cik yang selalu bermimpi besar namun tak pernah berusaha mewujudkannya.
Satire ini mengkritik orang-orang yang hanya bisa bermimpi tanpa tindakan nyata.

3. "Para Priyayi" oleh Umar Kayam

Contoh: Penggambaran kaum priyayi yang merasa lebih unggul dan mulia dari rakyat jelata.
ADVERTISEMENT
Menggunakan satire untuk menyoroti kesombongan dan kemunafikan golongan atas.

4. "Layar Terkembang" oleh Sutan Takdir Alisjahbana

Contoh: Gambaran tokoh-tokoh yang berpikiran sempit dan menolak perubahan.
Satire ini mengkritik orang-orang yang terjebak dalam tradisi lama tanpa mau membuka diri terhadap kemajuan.

5. "Orang-Orang Proyek" oleh Ahmad Tohari

Contoh: Tokoh yang bekerja di proyek pemerintah namun korup dan malas.
Menggunakan satire untuk mengkritik budaya korupsi dan rendahnya etos kerja di lingkungan birokrasi.

6. "Siti Nurbaya" oleh Marah Rusli

Contoh: Penggambaran tokoh Datuk Meringgih yang serakah dan manipulatif.
Satire ini mengkritik penguasa yang tamak dan tidak peduli dengan rakyat.

7. "Gadjah Mada" oleh Langit Kresna Hariadi

Contoh: Pemimpin yang berjanji membela rakyat namun justru menindas mereka.
Satire digunakan untuk menyoroti pemimpin yang berkhianat pada janji-janjinya.

8. "Manusia Langit" oleh Puthut EA

Contoh: Penggambaran sosok yang dianggap bijak dan suci, namun sebenarnya penuh kelemahan.
Satire ini mengkritik pemujaan berlebihan terhadap figur yang dianggap sempurna.
ADVERTISEMENT

9. "Cerita Calon Arang" oleh Pramoedya Ananta Toer

Contoh: Tokoh yang mempraktikkan ilmu hitam demi kekuasaan pribadi.
Menggunakan satire untuk mengkritik orang-orang yang menggunakan cara licik demi mencapai tujuan.

10."Gara-Gara" oleh Anton Chekhov (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia)

Contoh: Orang-orang sibuk dengan urusan remeh sementara ada masalah besar di depan mata.
Satire ini mengkritik kecenderungan masyarakat untuk mengabaikan masalah serius dan lebih fokus pada hal-hal sepele.

11. "Kumpulan Cerpen Saksi Mata" oleh Seno Gumira Ajidarma

Contoh: Cerpen "Saksi Mata" menggambarkan kebiasaan orang-orang yang lebih tertarik pada gosip daripada fakta yang sebenarnya.
Satire ini mengkritik masyarakat yang lebih senang dengan sensasi daripada mencari kebenaran.

12. "Republik Mimpi" oleh Daniel Dhakidae

Contoh: Penggambaran tokoh-tokoh politik yang hanya peduli pada kepentingan pribadi.
Satire digunakan untuk mengkritik perilaku politisi yang mengabaikan kepentingan rakyat.

13. "Misteri Tiga Rahasia" oleh NH Dini

Contoh: Tokoh utama yang selalu mencari keuntungan pribadi dengan mengorbankan orang lain.
Satire ini menyoroti sifat manusia yang egois dan tamak.
ADVERTISEMENT

14. "O" oleh Eka Kurniawan

Contoh: Penggambaran manusia yang bertingkah seperti binatang dalam usahanya mengejar kekuasaan.
Menggunakan satire untuk mengkritik sifat manusia yang serakah dan ambisius.

15. "Pengakuan Pariyem" oleh Linus Suryadi AG

Contoh: Tokoh Pariyem yang menceritakan kehidupannya dengan penuh kepasrahan dan ironi.
Satire ini mengkritik sistem sosial yang menindas golongan bawah dan menuntut mereka untuk pasrah.

16. "Pesta" oleh Putu Wijaya

Contoh: Cerpen "Pesta" menggambarkan pesta mewah di tengah kemiskinan rakyat.
Menggunakan satire untuk menyoroti kesenjangan sosial yang tajam.

17. "Para Komunis Terakhir" oleh Putu Oka Sukanta

Contoh: Tokoh-tokoh yang dulu berjuang untuk keadilan namun akhirnya menjadi penindas.
Satire ini mengkritik kemunafikan dan perubahan sikap ideologis seiring waktu.

18. "Balada si Roy" oleh Gol A Gong

Contoh: Tokoh Roy yang selalu memberontak tanpa tujuan yang jelas.
Menggunakan satire untuk menyoroti pemberontakan generasi muda yang tidak terarah.

19. "Sang Juragan Teh" oleh Remy Sylado

Contoh: Pemilik kebun teh yang lebih peduli pada keuntungan daripada kesejahteraan pekerjanya.
ADVERTISEMENT
Satire ini menyoroti pengusaha yang eksploitatif dan tidak peduli pada hak pekerja.

20. "Kisah Cinta Enrico" oleh Ayu Utami

Contoh: Tokoh yang menganggap cinta sebagai transaksi ekonomi.
Menggunakan satire untuk mengkritik pandangan materialistis terhadap cinta dan hubungan.

21. "Dilarang Gondrong!" oleh Arswendo Atmowiloto

Contoh: Penggambaran aturan absurd yang melarang laki-laki berambut panjang demi kesopanan.
Satire ini mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak masuk akal dan tidak relevan dengan masalah sebenarnya.

22. "Negeri Para Bedebah" oleh Tere Liye

Contoh: Tokoh utama yang menjadi pahlawan meski terlibat dalam banyak kejahatan.
Satire digunakan untuk menyoroti kemunafikan dan korupsi yang merajalela di kalangan elit.

23. "Seribu Kunang-kunang di Manhattan" oleh Umar Kayam

Contoh: Tokoh-tokoh Indonesia yang merasa lebih berkelas ketika hidup di luar negeri.
Menggunakan satire untuk mengkritik sikap inferioritas bangsa terhadap budaya asing.

24. "Kering" oleh Joko Pinurbo

Contoh: Puisi yang menggambarkan kebijakan pemerintah yang selalu menjanjikan perubahan namun tidak pernah terwujud.
ADVERTISEMENT
Satire ini mengkritik janji-janji kosong yang sering diberikan oleh penguasa.

25. "Rahasia Meede" oleh E.S. Ito

Contoh: Para penjajah yang mengklaim melakukan "misi peradaban" padahal sebenarnya mengeksploitasi.
Menggunakan satire untuk menyoroti hipokrisi kolonialisme.

26. "Pabrik" oleh Goenawan Mohamad

Contoh: Gambaran pabrik yang memproduksi produk-produk yang sebenarnya tidak diperlukan.
Satire ini mengkritik konsumsi berlebihan dan kapitalisme yang tidak bertanggung jawab.

27. "Burung-burung Manyar" oleh Y.B. Mangunwijaya

Contoh: Tokoh yang terjebak dalam romantisme masa lalu dan enggan beradaptasi dengan perubahan.
Menggunakan satire untuk mengkritik orang-orang yang tidak mau maju karena terikat nostalgia.

28. "Pulau Buru" oleh Pramoedya Ananta Toer

Contoh: Gambaran para tahanan politik yang diperlakukan tidak manusiawi.
Satire ini mengkritik sistem pemerintahan otoriter yang menindas kebebasan berpendapat.

29. "Penggali Kubur" oleh Emha Ainun Nadjib

Contoh: Seorang penggali kubur yang dianggap sebagai pekerjaan hina namun lebih jujur daripada para pejabat.
Satire ini menyoroti penghargaan masyarakat terhadap pekerjaan dan moralitas.
ADVERTISEMENT

30. "Sirkus Pohon" oleh Andrea Hirata

Contoh: Kehidupan masyarakat yang dianggap seperti sirkus, penuh kepalsuan dan drama.
Menggunakan satire untuk mengkritik kehidupan sosial yang dipenuhi kepura-puraan dan manipulasi.

31. "Kambing dan Hujan" oleh Mahfud Ikhwan

Contoh: Konflik antara dua keluarga yang berseteru hanya karena perbedaan pandangan agama.
Satire ini mengkritik fanatisme agama yang memecah belah masyarakat.

32. "Cantik Itu Luka" oleh Eka Kurniawan

Contoh: Tokoh Dewi Ayu yang memiliki kecantikan luar biasa tetapi hidupnya penuh penderitaan.
Menggunakan satire untuk menyoroti ironi kehidupan dan pandangan masyarakat yang terlalu memuja kecantikan.

33. "Saksi Mata" oleh Seno Gumira Ajidarma

Contoh: Masyarakat yang lebih memilih menonton televisi daripada peduli pada kejadian penting di sekitarnya.
Satire ini mengkritik sikap apatis dan ketergantungan pada media.

34. "Ziarah" oleh Iwan Simatupang

Contoh: Karakter yang melakukan perjalanan ziarah tanpa tujuan jelas, menggambarkan kebingungan hidup manusia.
Menggunakan satire untuk mengkritik kehidupan yang kehilangan arah dan makna.
ADVERTISEMENT

35. "Si Doel Anak Betawi" oleh Aman Datuk Madjoindo

Contoh: Gambaran masyarakat Betawi yang terjebak dalam stereotip dan kebiasaan lama.
Satire ini menyoroti pentingnya pembaruan dalam tradisi agar tidak ketinggalan zaman.

36. "Bumi Manusia" oleh Pramoedya Ananta Toer

Contoh: Penggambaran tokoh Minke yang berusaha melawan ketidakadilan kolonial dengan cara intelektual.
Satire digunakan untuk mengkritik sistem kolonial yang menindas dan merendahkan bangsa pribumi.

37. "Para Bajingan yang Menyenangkan" oleh Puthut EA

Contoh: Sekelompok pemuda yang hidup tanpa aturan dan sering melakukan kenakalan sosial.
Satire ini mengkritik perilaku sosial yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

38. "Orang Asing" oleh Albert Camus (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia)

Contoh: Tokoh yang merasa terasing dari lingkungan sosialnya dan menunjukkan sikap acuh tak acuh.
Menggunakan satire untuk menyoroti absurditas kehidupan dan kehampaan eksistensial.

39. "Cinta di Dalam Gelas" oleh Andrea Hirata

Contoh: Tokoh yang menggunakan catur untuk mengatasi masalah cinta dan sosial.
Satire ini mengkritik cara-cara tidak logis yang digunakan orang untuk menyelesaikan masalah.
ADVERTISEMENT

40. "Genduk" oleh Sundari Mardjuki

Contoh: Kehidupan masyarakat desa yang terjebak dalam kemiskinan dan mitos.
Menggunakan satire untuk menyoroti ketidakberdayaan masyarakat dalam menghadapi tantangan modernisasi.
Demikian deretan contoh majas satire dan keindahan tata bahasanya. Hal ini menunjukkan betapa bahasa Indonesia memiliki makna yang kaya. (Win)