Konten dari Pengguna

Sindrom Rapunzel: Ketika Rambut Bukan Hanya Kisah Dongeng

Intan Islami
Psychology Students at Paramadina University, Jakarta - Full Time Medical Assistant at Stephanie Sentra Medika and Kimia Farma Tiara South Tangerang
8 Juli 2024 10:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Islami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sindrom Rapunzel. Foto: Shutterstock.com.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sindrom Rapunzel. Foto: Shutterstock.com.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sindrom Rapunzel merupakan tanda gangguan mental, yang mana seseorang memiliki kebiasaan mengunyah atau menelan rambut hingga membentuk gumpalan rambut yang tertinggal di dalam tubuhnya atau yang disebut dengan Trichobezoar.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang mengalami sindrom rapunzel cenderung dapat membahayakan tubuhnya, karena gumpalan rambut yang tertinggal di dalam tubuh akan mengendap di usus dan dapat memperbesar sumbatan, sehingga menyebabkan tersumbatnya saluran pencernaan hingga mengalami luka.
Sindrom Rapunzel umumnya dialami oleh wanita muda yang mengalami gangguan kejiwaan secara emosional dan mental, karena helaian pada rambut wanita cenderung panjang sehingga mempermudah proses tersangkut di lapisan mukosa gaster.
Pada anak-anak tidak ada perbandingan yang cukup signifikan antara populasi laki-laki ataupun perempuan yang terkena trikotilomania. Namun pada orang dewasa ditemukan adanya prevalensi sebesar 0.6-3.4% dengan kecenderungan lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki (Sadock, 2015).
Kemudian dari kasus-kasus yang dilaporkan, rentang usia tipikal yang terkena sindrom ini adalah antara usia 4-19 tahun (Dixit, Raza, & Tiwari, 2016). Lalu pada sindrom rapunzel, sindrom ini tidak menunjukkan gejala dalam waktu dekat. Namun gejala akan berkembang apabila ukuran rambut yang tertelan membentuk gumpalan rambut yang besar, hingga menyebabkan penyumbatan yang dapat membuat makanan atau cairan tidak dapat melewati usus kecil atau usus besar.
Ilustrasi perut. /Pexels/Sora Shimazaki
Gejala yang dialami oleh para pengidap sindrom rapunzel yaitu mengalami keluhan nyeri abdomen, mual, perut kembung, penurunan nafsu makan, konstipasi atau sembelit, dan penurunan berat badan. Beberapa pasien kemungkinan mengalami anemia defisiensi besi dan hipoalbuminemia karena malabsorpsi (Pace & Fearne, 2003).
ADVERTISEMENT
Kemudian patofisiologi pembentukan trichobezoars, dimulai ketika serat rambut yang tertelan lalu tersimpan lama di mukosa lambung, hingga peristaltik lambung membuat serat ini terjadilah penggumpalan rambut dan berbentuk seperti bola. Lalu terjadinya gangguan peristaltik lambung, karena massa lambung berkembang dalam ukuran yang cukup.
Kemudian untuk pengobatan pada individu yang mengalami sindrom rapunzel adalah dapat melakukan terapi perilaku kognitif atau biasa disebut terapi CBT (Cognitive Behaviour Therapy). Terapi CBT adalah terapi yang menggabungkan unsur-unsur dari terapi kognitif dan terapi perilaku.
Manfaat terapi CBT adalah mampu membuat seseorang menjadi rileks, mengatasi berbagai masalah kejiwaan seperti stres, depresi, gangguan kejiwaan. Kemudian membantu melatih kebiasaan positif dan dapat membantu mengubah sudut pandang atas permasalahan yang dialaminya, lalu kemudian diterapkan ke hal yang positif.
ADVERTISEMENT