Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerpen Kaulah Surgaku
24 Maret 2024 12:27 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari Intan Dafri Hamzi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dialah Farzan. Anak laki-laki berumur delapan tahun yang baru saja kehilangan sosok ibu yang sangat ia cintai. Ibu yang merawat ia seorang diri dengan peluh dan kasih sayang itu, kini telah pergi meninggalkan Farzan selamanya.
ADVERTISEMENT
Setelah pemakaman sang ibunda, hujan turun begitu deras, semesta ikut menangis. Membasahi seluruh rumah-rumah penduduk, pepohonan, sawah, bukit-bukit tinggi.
Farzan pulang dengan perasaan yang kacau, kakinya melangkah menuju rumah panggung, tempat tinggalnya dulu bersama ibu, rumah yang hanya memiliki dua ruangan yaitu ruang tamu dan dapur.
Disinilah selama ini Farzan tinggal di rumah panggung nan kecil beratapkan jerami, dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan tidur beralaskan tikar pandan.
Sampai di rumah, Farzan duduk di depan jendela, termenung menatap hujan deras di luar sana, meratapi nasibnya. Anak berusia delapan tahun sudah harus menanggung beban dunia ini sendiri.
Tak lama datang sepasang suami istri mengetuk pintu rumah panggung. Farzan dengan langkah gontai berjalan membuka pintu dan mempersilahkan pasangan suami istri itu masuk
ADVERTISEMENT
"Farzan tinggalah bersama kami, Nak!" ucap lembut pasangan suami istri itu. Mereka adalah orang terkaya di desa, memiliki banyak sawah, perkebunan, tanah.
Pria itu adalah guru Farzan di sekolah, beliaulah yang mendirikan satu-satunya sekolah di desa, oleh sebab itu kedua orang ini sangat disegani orang-orang desa.
Istri pak guru bernama Ibu Laisa, orang yang terkenal ramah dan baik hati kepada siapa pun.
Farzan menatap bergantian wajah Ibu Laisa dan pak guru.
Tidak! Ia tidak akan pergi dari rumah ini, rumah yang memberikan banyak kenangan tentang ibu. Farzan menggelengkan kepalanya pada dua orang di hadapannya.
Ibu Laisa mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, ia menyerahkan selembar kertas terlipat pada Farzan.
ADVERTISEMENT
"Itu dari ibumu, bacalah."
Farzan anakku. Nak, kesayangan Ibu. Kau tak boleh menangis! Anak laki-laki harus kuat! Berjanjilah pada ibu setelah baca surat ini kau tak boleh menangis lagi tentang apapun. Bahkan tentang ibu dan Ayah.
Ibu akan bahagia bila engkau mendoakan Ibu, sudahi sedihmu. Mulai kembali dan bangun lagi duniamu.
Duniamu harus tetap berputar, susun kembali kepingan fazel yang tertinggal, Nak.
Kau harus jadi orang sukses! Jangan terpuruk dengan kepergian ibu.
Tinggalah bersama pak guru dan Ibu Laisa, Mereka orang baik.
Ibu sudah bicara pada mereka dan mereka mau menerimamu.
Pak guru bilang kau anak paling pintar di sekolah, sebab itu beliau mau kau melanjutkan sekolah, Farzan.
Jalanmu masih sangat jauh, dunia ini tidak akan berhenti hanya karena kau lelah, kau yang harus kejar dia, kau yang harus sejajarkan langkah mu dengannya.
ADVERTISEMENT
Jangan pernah tinggalkan sholat, Nak.
Salam sayang ibumu, Halimah.
***
Akhirnya Farzan tinggal di rumah pak guru dan Ibu Laisa.
Mereka sangat baik memperlakukan Farzan seperti anak sendiri, mereka memberikan seluruh fasilitas kepada Farzan.
Mereka memiliki seorang anak perempuan cantik bernama Delima Azzahra. Saat Farzan datang ke rumah itu umur gadis cantik itu lima tahun.
Farzan setiap hari ditugasi hanya menjaga Delima. Delima bahkan sangat dekat dengan Farzan. Semua yang ia lakukan ingin bersama Farzan dari mulai makan, bermain, belajar, semuanya harus dengan kakaknya.
Hari demi hari terus berganti, pagi ke malam, bulan ke tahun terus Farzan lewati di rumah pak guru, tumbuh besar bersama putri cantiknya -- Delima.
ADVERTISEMENT
Saat Remaja Farzan mulai menyadari ada yang aneh dengan dirinya, ada perasaan yang tumbuh di hatinya, rasa yang entahlah dia sendiri tidak tahu tapi ini sungguh terjadi ketika ia bersama Delima.
Farzan membiarkan saja perasaan itu, tapi makin dibiarkan perasaan itu justru makin besar dan kuat.
Jantungnya berdegup kencang bila dekat dengan Delima, tangannya bergetar bila Delima menyebut namanya, tubuhnya panas dingin bila delima menggandeng tanganya.
Saat itulah Farzan tau, tepat umurnya 18 tahun, ia sadar bahwa itulah Cinta. Cinta yang tumbuh di hatinya begitu saja, dipupuk dengan senyum manis Delima, disirami dengan melihat Delima setiap hari. Tapi salahkah Cinta ini ? SALAH!.
lulus dari SMA Farzan memutuskan merantau ke kota, meninggalkan Desa dengan alasan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Tapi sebetulnya ia pergi demi menghapus semua rasa Cinta yang tumbuh liar ini, ia ingin meluruskan hatinya, bahwa mencintai Delima adalah kesalahan besar, Delima adalah adiknya, Delima adalah anak dari orang yang membantunya, Delima berbeda kasta dengannya. Ia harus sadar hal itu.
Setahun merantau Farzan tidak menyia-nyiakan waktu. Ia belajar sungguh-sungguh demi mendapat beasiswa untuk pergi ke Mesir.
Pagi hari Farzan bekerja hingga menjelang malam, malam Farzan fokus belajar, ia juga tidak pernah meninggalkan sholat dan mengaji, itu adalah salah satu pesan dari ibunya, bahwa ibu sangat butuh doa darimu.
Delima juga terus mengabari Farzan lewat pesan-pesan email, Farzan masih berhubungan baik dengan keluarga pak guru.
Dua tahun merantau akhirnya Farzan bisa pergi ke mesir untuk melanjutkan pendidikan, ia mendapat beasiswa untuk ke Cairo.
ADVERTISEMENT
Bertahun-tahun Farzan menempuh pendidikan di sana, bertahun-tahun pula Farzan menyembunyikan rasa cintanya pada Delima, bertahun-tahun juga ia berusaha menghilangkan rasa cinta ini tapi semakin berusaha menghilangkannya semakin bayang-bayang Delima terus menghantuinya.
Di Cairo, Farzan masih berhubungan baik dengan keluarga pak guru, Delima tidak bosan-bosan untuk selalu mengirimkannya pesan email, dunia teknologi juga semakin canggih, membuat orang yang jauh di ujung dunia sekali pun masih bisa berhubungan.
Setelah empat tahun menempuh pendidikan di Cairo, Farzan kembali ke Indonesia, tapi tidak ke desa melainkan menetap di kota, kembali belajar memperdalam ilmu agama dengan banyak guru, mulai membagikan ilmu-ilmu tersebut kepada orang banyak. berdakwah, mengajar mengaji.
Suatu hari, Saat sedang mengajar mengaji anak-anak. Gawai Farzan berbunyi menampilkan pesan email dari Delima, jika sudah membaca nama Delima sulit bagi Farzan untuk menunda membuka pesan itu, untuk pertama kalinya Farzan tidak sanggup membaca pesan dari Delima.
ADVERTISEMENT
[Hai kak, apa kabar? Di sini aku baik, begitu juga Ayah dan Ibu. Aku ingin melanjutkan ceritaku yang terputus minggu lalu. Bahwa aku ingin mengatakan pada kakak kalau ada seorang pria di hati ku, ada seorang pria yang membayangi ku setiap hari, dia yang memberikan janji indah pernikahan. Kemarin sempat terputus karena aku ingin kakak penasaran. Pria itu adalah Reyhan. Begitulah aku memanggilnya.]
Satu paragraf pesan ini mampu membuat tanggan Farzan menggepal hebat.
Farzan pikir minggu kemarin pria yang Delima ceritakan adalah dirinya, ternyata ia salah besar. Sekarang hatinya terasa begitu sakit, air mata ingin turun begitu saja tapi ia ingat sudah berjanji pada mendiang ibunya bahwa ia tidak akan pernah menangis setelah kepergian Ibu.
ADVERTISEMENT
Kali ini Ia tidak akan menangis. Tapi kenapa dadanya terasa amat sesak. Sunggu pesan ini rasanya mampu membunuhnya.
[Dia pria kota, tampan, baik hati, ia juga menyayangi Ayah dan Ibu. Aku sudah berhubungan denganya kurang lebih dua bulan, sengaja aku tidak memberi tau kakak agar menjadi kejutan. Aku harap kakak senang mendapat kabar ini
Salam sayang adikmu -- Delima]
***
Sejak membaca pesan itu, Farzan mematikan seluruh saluran yang dapat menghubungkan dirinya dengan Delima.
Farzan memutuskan begitu saja tali yang sudah terikat bertahun-tahun. Maafkan aku pak guru, Ibu Lais. tapi sungguh aku tak mampu dengan ini semua, perasaanku memang salah, tapi Cintaku pada Delima sangat besar. Aku sudah berusaha menyingkirkannya tapi semakin aku berusaha menyingkirkannya semakin ia ingin menetap di hatiku dengan permanen. Itu yang selalu ia bisikan bila melihat foto pak guru dan Ibu Laisa.
ADVERTISEMENT
Sampai suatu hari Farzan mendapat kabar bahwa Delima akan menikah. Susah payah ia berdamai dengan hatinya akhirnya ia memutuskan pergi ke desa untuk menghadiri pernikahan Delima.
Saat ia datang Ibu Lais, pak guru dan Delima yang sudah di polesi makeup menangis, mereka semua merindulan Farzan.
Sebelum Akad sebuah kejadian hebat terjadi. Ada seorang perempuan hamil datang ke tengah mereka semua. Menceritakan bahwa Reyhan, calon suami Delima telah menghamilinya. Saat itu juga pak guru terkena serangan jantung. Delima menampar wajah Reyhan dan mengusir pria itu
"Pergi kamu! Dasar lelaki berengsek, mulai hari ini tak usah kamu temui aku lagi!"
"Delima, ini semua tidak seperti yang kamu lihat, aku--"
"Pergi!" jerit Delima.
ADVERTISEMENT
Pak guru akhirnya di larikan ke rumah sakit.
Disaat itu hal hebat terjadi. Entah ini takdir buruk atau baik. Pak guru meminta satu hal pada Delima.
"Delima, biarkan Farzan menjadi surga untukmu, jadikan ia suamimu."
Delima terdiam. Mematung. Benar-benar terkejut mendengar ucapan ayahnya, tidak mungkin ia menikahi kakaknya. Farzan tak kalah terkejutnya dari Delima, ia sungguh senang jika itu terjadi, Itu artinya mimpinya terwujud. tapi sisi lain ia melihat wajah Delima yang sama sekali tidak ingin pernikahan itu terjadi. Farzan mencintai Delima itu benar, tapi apakah Delima bisa mencintainya?
Delima tidak bisa menolak, ini permintaan terakhir ayahnya.
Pernikahan Farzan dan Delima pun terjadi
***
Pak guru meninggal dunia usai akad nikah, Delima dan Farzan kini tinggal bersama di rumah panggung milik ibunya dulu, masih kokoh karena beberapa bagian di renovasi. Yang menyakitkan bagi Farzan adalah Delima berubah sangat dingin, gadis yang begitu ceria kini menjadi gadis pemurung, dan banyak diam. Farzan jadi merasa bersalah atas semua ini.
ADVERTISEMENT
Delima selalu meminta cerai, ia bahkan sering keluar menemui teman laki-lakinya, teman laki-laki yang ia anggap sangat mengerti dirinya. Hari demi hari Roy dan Delima semakin dekat. Sampai suatu hari Roy bertanya pada Delima.
"Pergilah bersama ku kita akan hidup bahagia bersama Delima, tidak akan ada yang memisahkan kita."
Delima mengangguk sangat cepat, ia kembali ke rumah dan merapihkan seluruh pakaiannya untuk pergi bersama Roy. Saat kakinya selangkah akan keluar pintu bayangan Farzan tiba tiba saja terlintas di kepalanya.
Ia teringat semua tentang Farzan, saat Farzan pertama kali datang ke rumahnya, saat Farzan mengajarinya membaca dan menulis, saat Farzan selalu mendongeng untuknya sebelum tidur, juga saat Farzan menikah dengannya, tutur katanya yang lembut, Farzan juga tak pernah menuntut apapun darinya selama ini.
ADVERTISEMENT
Air mata Delima mengalir tanpa ia sadari, Koper yang Delima pegang terjatuh ke lantai, tubuh Delima terasa tak berdaya ia ikut terjatuh ke lantai dan menangis sejadi-jadinya. Ia merasa manusia paling jahat saat ini, Farzan sudah melakukan semuanya untuk Delima, tapi Delima? Apa yang ia berikan.
Delima melangkah pergi menemui Roy, ia benar-benar tidak sanggup mengatakan ini pada Roy bahwa, "Aku lebih mencintai suamiku Roy," Delima menangis dan bilang bahwa ia tidak akan pergi meninggalkan suaminya.
Roy membuka rambut palsu, kumis serta jenggot palsu yang ia kenakan. Delima terkejut dan memeluk Roy, saat itu juga ia tau bahwa Roy adalah Farzan, suaminya, kakak kesayangannya.
Farzan rela mengorbankan banyak waktu untuk menemani Delima menjadi Roy. Ia ingin melindungi Delima dengan menjadi orang lain.
ADVERTISEMENT
Delima menangis dipelukan Farzan.
Aku selalu berlari darimu, berlari sejauh mungkin, ternyata seberapa jauh pun kaki ini berlari KAULAH SURGAKU, tempat aku kembali, tempat ku berlabuh dan menetap disisa-sisa hari tuaku bahkan setelah kematian, hanya bersamamu.
~ Delima~