Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Toxic Friendship dalam Perspektif Psikologi Islam
9 Desember 2022 11:20 WIB
Tulisan dari IRA SAPITRI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pandai bersosialisasi dan menambah relasi, hingga kita mendapatkan banyak teman adalah hal yang diinginkan semua orang, karena dapat membuat kualitas hidup lebih baik, dukungan dan bimbingan dari teman bisa membantumu mengatasi situasi sulit. Namun, tidak semua teman yang kita jumpai dapat memberikan dampak positif untuk diri kita sendiri. Terdapat juga teman yang memberikan pengaruh yang negatif sehingga mampu merugikan kita. Lalu apa itu toxic friendship?
ADVERTISEMENT
Menurut profesor Victoria Andrea Munoz Serra, toxic friendship adalah teman yang pada kenyataannya mendukung kamu, tetapi tindakannya lebih banyak akan menimbulkan rasa sakit, karena perilaku mereka bukanlah yang anda harapkan dalam sebuah persahabatan. Singkatnya Toxic Friendship adalah “Persahabatan yang Beracun”. Tentu sudah merupakan keharusan bagi kita untuk mengetahui apa dampak yang berpengaruh dari Toxic Friendship?
Dampak yang paling berpengaruh adalah timbulnya rasa stress, sedih, cemas, meragukan diri sendiri, merasa disalahgunakan, hilangnya kepercayaan dalam diri, merasa diri selalu melakukan giving. Tidak hanya itu, toxic friendship dapat mengakibatkan rambut rontok bahkan berat badan berkurang ataupun bertambah (Gilliard, 2016).
Sangat sulit bagi kita untuk membedakan atau memilih sahabat yang termasuk Toxic Friendship atau bukan, karena kebanyakan dari kita selalu berpikir bahwa hal negatif yang ditimbulkan dari persahabatan merupakan hal yang wajar sebagai bahan candaan, sehingga kita mudah terbiasa dan menganggap hal sepele. Oleh karena itu kita perlu mengetahui lawan dari Toxic Friendship.
ADVERTISEMENT
Salah satu istilah nyata yang booming di zaman sekarang dari lawan Toxic Friendship adalah Good Friendship “Persahabatan yang Baik”. Dalam perspektif Psikologi Islam terdapat beberapa kriteria seseorang dinyatakan good friendship, diantaranya:
1) Melindungi (QS. Al-Baqarah [2]: 257).
2) Bersikap baik (QS. At-Takwir [81]: 22).
3) Memiliki kesamaan (QS. Ash-Shaffat [37]: 51).
4) Saling tolong menolong (QS. Al-Ma’idah [5]: 2).
Kita telah mengetahui lawan dari toxic friendship, sekarang saatnya kita mengetahui kenapa toxic friendship terjadi?
Sesuai pengalaman yang saya alami, toxic friendship adanya rasa saling iri antara individu akibat salah satu temannya berhasil meraih kesuksesan dibandingkan dengan dirinya, bisa juga diakibatkan dari sikap senang mengkritik dan bahkan memanipulatif sahabat sendiri.
Saking bermaknanya kata persahabatan, ada banyak ayat Al-Qur’an tentang teman yang buruk. Dalam surat Al-Kahfi ayat 28 misalnya, Allah SWT memerintahkan kita untuk berteman dengan orang-orang soleh yang ahli ibadah dan senantiasa menjaga ketaatannya kepada Allah SWT. Serta berpaling dari orang yang lalai dan hanya mementingkan hawa nafsunya semata. Kemudian terdapat dalam Al-Qur’an surat Fusshilat ayat 25 yang menjelaskan bahwa teman yang buruk adalah setan dan hawa nafsu.
ADVERTISEMENT
Berikut analisis psikologi islam menurut Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA. Bahwa manusia memang memiliki desain kejiwaan yang sempurna, memiliki potensi untuk memahami kebaikan dan kejahatan. Giliran kita yang menentukan dan selektif dalam memilih teman, padahal, Rasulullah juga sudah memberikan rambu-rambu supaya kita tidak terpengaruh oleh akhlak buruk dari teman dekat, “Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kamu memperhatikan dengan siapa ia berteman” (HR. Tirmidzi).
Bagi mahasiswa yang sedang membaca artikel ini wajib tau cara mencegah toxic friendship, apalagi bagi mahasiswa baru yang masih memilih dan memilah teman di kampus, ada nih referensi penting yang wajib kalian ketahui tentang bagaimana cara mencegah toxic friendship di kampus.
ADVERTISEMENT
Menurut Dr. Riza Marlina menyebutkan langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari toxic friendship diantaranya:
1. Berikan jarak untuk pertemanan dengannya
Hindari terlalu banyak mengobrol dengannya, bicarakan hal yang semestinya saja, cukup menjadi pendengar yang baik, biarkan dia membual sesuka yang dia mau. Dengan begitu, kamu akan lebih nyaman dan tidak akan memiliki kesempatan untuk mengeluarkan kata-kata yang tidak bermutu untuk meladeni teman toxic, tanpa disadari dia akan merasa bahwa kamu tidak tertarik dengan apa yang dia bicarakan. Sehingga dia tidak akan memiliki kesempatan untuk menjatuhkanmu karena pada dasarnya kamu hanya mendengarkan.
2. Berani katakan tidak dengan nya jika perintahnya tidak sesuai dengan anda
Maksudnya, biasanya banyak sekali teman yang ketika menyuruh selalu berkata iya ketika disuruh, karena dia memiliki rasa tidak enak atau takut temannya marah dan mulai menjauhinya. Sebaiknya kamu mampu menghilangkan rasa tersebut yang akan mengakibatkan kamu direndahkan, beranikanlah untuk menolak jika kamu tidak mampu untuk melakukan apa yang temanmu perintahkan.
ADVERTISEMENT
3. Pandai memilih teman, bertemanlah dengan yang tidak toxic
Maksudnya, jauhilah teman yang sekiranya menjerumuskanmu pada keburukan, yang tidak mampu sama sekali memberikan dampak baik atau positif untuk hidup kamu. Karena teman yang seperti itu akan memberikanmu dampak buruk, membuat kamu stress dan mampu merusak kebahagianmu sendiri. Pandai lah mencari teman yang memiliki dasar kejiwaan yang mulia dalam bersosial. Yaitu, yang bertakwa, punya rasa kasih sayang, lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri, mampu memaafkan dan berani berkata benar.
4. Intinya anda buat batasan saja ya
Bagaimana nih, apakah pemahamanmu sudah bertambah setelah membaca ulasan tersebut?
Kira-kira bagaimana lingkup pertemananmu saat ini? Sebenarnya kita mampu dan berhak untuk memilih, dengan siapa kamu akan berteman, apakah kamu akan bertahan dengan orang-orang toxic atau berani pergi dari zona nyaman untuk pertemanan yang lebih baik. Jika memang pertemananmu sudah tidak sehat dan tidak suportif antara kamu dan temanmu, jangan takut untuk pergi dari zona nyaman, yakinlah dengan sebuah istilah bahwa,” jika mati satu pasti akan tumbuh seribu”.
ADVERTISEMENT