Konten dari Pengguna

Media Sosial: Kesempatan Politik Bagi Masyarakat Kelas Menengah

Yayuk Lestari
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
30 September 2024 6:47 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yayuk Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Media Sosial, Wadah Politik bagi Masyarakat Kelas Menengah

Sumber: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, terutama bagi masyarakat kelas menengah. Platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok bukan hanya sekadar alat untuk berbagi momen atau mengikuti tren, tetapi juga membuka peluang baru dalam partisipasi politik. Dalam konteks demokrasi, media sosial memberi ruang kepada masyarakat kelas menengah untuk terlibat dalam diskusi politik, mempengaruhi kebijakan, dan bahkan mendukung calon pemimpin yang mereka anggap mewakili kepentingan mereka.
ADVERTISEMENT
Masyarakat kelas bawah di Indonesia kini semakin menyadari pentingnya keterlibatan politik, meskipun politik uang masih menjadi tantangan besar dalam kontestasi politik lokal. Akses terhadap media sosial memberikan mereka alat untuk memahami isu-isu politik dan membentuk pandangan kritis terhadap kebijakan pemerintah yang memengaruhi kehidupan sehari-hari. Media sosial memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi langsung dari sumber independen yang sering kali terabaikan oleh media arus utama.
Kesadaran politik ini semakin meningkat saat masyarakat kelas bawah terlibat dalam diskusi-diskusi politik melalui platform-platform seperti Twitter dan Facebook. Mereka dapat membahas isu-isu yang relevan dan memobilisasi dukungan untuk aksi kolektif ketika kebijakan pemerintah tidak mencerminkan kepentingan mereka. Ini memberikan suara yang lebih besar bagi mereka dalam proses politik.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi digital, terutama melalui ponsel pintar dan media sosial, telah membuka akses baru ke informasi politik dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik yang sebelumnya sulit dijangkau. Ponsel pintar kini menjadi alat penting bagi kelompok marginal untuk memahami, mengkritisi, dan terlibat dalam politik, serta berhubungan langsung dengan politisi dan tokoh masyarakat. Dalam konteks ini, media sosial berfungsi sebagai sarana yang kuat untuk mengubah dinamika politik, memungkinkan masyarakat kelas bawah untuk berperan aktif dan memperkuat posisi mereka dalam kontestasi politik.
Salah satu keuntungan utama dari media sosial adalah kemudahan akses terhadap informasi politik. Sebelum adanya platform ini, berita politik sering kali didominasi oleh media arus utama yang dikendalikan oleh elit politik dan kepentingan bisnis tertentu, menciptakan kesenjangan informasi. Masyarakat kelas bawah sering kali kesulitan untuk mendapatkan informasi yang obyektif dan relevan.
Sumber: Pexels.com
Kini, berkat media sosial, masyarakat dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber independen, termasuk blogger, aktivis, dan organisasi masyarakat sipil. Hal ini memberi mereka kesempatan untuk mendapatkan perspektif yang beragam dan tidak terfilter, yang membantu membangun pemahaman yang lebih komprehensif tentang isu-isu yang memengaruhi hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Platform seperti Facebook, Twitter, dan WhatsApp tidak hanya berfungsi sebagai saluran komunikasi, tetapi juga sebagai ruang diskusi. Masyarakat dapat saling berbagi pandangan dan mendukung satu sama lain dalam isu-isu politik. Dengan fitur berbagi konten, mereka dapat menyebarluaskan informasi penting, membahas kebijakan pemerintah, dan mengorganisir gerakan sosial. Misalnya, saat terjadi kebijakan yang merugikan, mereka dapat dengan cepat mengumpulkan tanda tangan untuk petisi online atau mengorganisir aksi protes yang mendapat perhatian lebih luas.
Kemudahan akses ini berperan penting dalam meningkatkan kesadaran politik di kalangan kelompok marginal. Misalnya, ketika terjadi pengurangan subsidi atau kenaikan harga kebutuhan pokok, masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi dari berbagai sumber dan membentuk pandangan yang lebih kritis. Mereka juga dapat berdiskusi mengenai solusi dan mendengarkan pengalaman serta perspektif orang lain yang mengalami situasi serupa.
ADVERTISEMENT
Media sosial juga membantu masyarakat kelas bawah memahami cara kerja sistem politik, termasuk hak-hak mereka sebagai warga negara. Mereka dapat mengikuti akun-akun yang menyediakan edukasi politik, yang menjelaskan proses pemilihan umum, hak-hak pemilih, dan pentingnya partisipasi politik. Dengan pengetahuan ini, masyarakat menjadi lebih berdaya dan siap untuk terlibat dalam proses politik.
Dalam konteks ini, media sosial berfungsi sebagai alat pemberdayaan. Masyarakat kelas bawah tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen informasi. Mereka dapat membuat konten yang mengangkat isu-isu yang sering diabaikan oleh media arus utama, sehingga suara mereka dapat didengar dan diperhitungkan dalam arena politik. Dengan demikian, media sosial tidak hanya mengubah cara informasi politik diakses, tetapi juga memperluas ruang partisipasi politik bagi masyarakat kelas bawah.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, akses informasi politik yang lebih luas melalui media sosial memberikan masyarakat kelas bawah kesempatan untuk terlibat dalam proses politik, membentuk pandangan yang lebih kritis, dan memperjuangkan kepentingan mereka dengan cara yang lebih terorganisir. Ini merupakan langkah penting menuju demokratisasi informasi dan pemberdayaan politik bagi kelompok yang selama ini terpinggirkan.
Mobilisasi Dukungan dan Aksi Kolektif
Media sosial tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menerima informasi, tetapi juga sebagai platform bagi masyarakat kelas bawah untuk menyuarakan pendapat dan mengorganisir aksi kolektif. Ketika ada kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan, mereka dapat dengan cepat memobilisasi dukungan baik di tingkat lokal maupun nasional.
Sebagai contoh, saat terjadi perubahan kebijakan yang tidak menguntungkan, masyarakat dapat memanfaatkan hashtag di Twitter atau menginisiasi petisi online untuk meningkatkan kesadaran dan menarik perhatian media. Ini memberi mereka suara yang lebih besar dalam proses politik dan membantu menjangkau audiens yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Komunitas buruh, misalnya, sering menggunakan grup WhatsApp atau Facebook untuk mengkoordinasikan aksi protes dan berbagi informasi tentang kondisi kerja yang tidak adil. Media sosial memungkinkan mereka untuk mendapatkan informasi sekaligus memberikan alat untuk melakukan aksi politik yang lebih terorganisir.
Namun, meskipun media sosial membuka peluang besar bagi keterlibatan politik, praktik-praktik tradisional seperti politik uang masih menjadi tantangan. Masyarakat kelas bawah sering menghadapi minimnya pengetahuan dan pendidikan politik, yang dapat menyebabkan perilaku politik yang apatis. Mereka menjadi rentan terhadap praktik politik uang, di mana suara mereka diraih melalui pemberian materi seperti sembako atau uang tunai.
Meskipun demikian, masyarakat kelas bawah tetap memiliki pertimbangan dalam memilih figur politik. Pada Januari 2024, misalnya, perwakilan dari Jaringan Rakyat Miskin Kota (JERAMI) menandatangani kontrak politik dengan calon presiden Anies Baswedan. Kontrak ini mencakup tujuh poin penting yang berfokus pada reforma agraria perkotaan, koperasi sebagai basis ekonomi rakyat, perlindungan ekonomi informal, jaminan sosial untuk rakyat miskin, penguatan peran perempuan miskin, pendidikan berkelanjutan, serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kontrak politik seperti ini, masyarakat kelas bawah mendapatkan kesempatan untuk menyuarakan tuntutan mereka kepada politisi dan berharap adanya perubahan yang signifikan pada kebijakan yang memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.
Proses ini menunjukkan bahwa meskipun media sosial memberikan akses dan peluang baru, tantangan seperti politik uang masih perlu diperhatikan. Namun, dengan penggunaan media sosial yang tepat, masyarakat kelas bawah dapat memperjuangkan hak-hak mereka dan menjalin komunikasi yang lebih efektif dengan politisi. Ini membuka kemungkinan untuk menciptakan perubahan yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.