Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Penerapan Psikoanalisis dalam Menghadapi Tantangan Hidup Mahasiswa
8 Desember 2024 13:58 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Isabela Andjani Santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Psikoanalisis, merupakan salah satu cabang psikologi yang paling berpengaruh dalam memberikan pemahaman yang mendalam mengenai perubahan mental mahasiswa yang sering kali tertekan oleh tuntutan akademis dan sosial. Sebagai seorang mahasiswa, tantangan hidup sering kali muncul dalam berbagai bentuk, dimulai dengan tekanan akademik sampai dengan konflik personal. Isabela Adjani Santoso, seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi, percaya bahwa teori psikoanalisis dapat menjadi pendekatan efektif untuk memahami dan menghadapi tantangan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Psikoanalisis membantu saya untuk mengeksplorasi agar dapat memahami diri saya secara lebih menyeluruh" ucap Isabela. Ia menjelaskan bahwa salah satu konsep utama psikoanalisis, yaitu unconscious mind atau alam bawah sadar, memainkan peran penting dalam membentuk emosi dan perilaku. "Kadang, kita merasa cemas atau stres tanpa tahu penyebabnya. Psikoanalisis mengajarkan saya untuk mencari akar masalah itu, apakah ada pengalaman masa lalu yang belum selesai atau konflik internal yang memengaruhi saya saat ini."
Menurut pendapat Isabela, salah satu cara menerapkan psikoanalisis dalam kehidupan sehari-hari adalah melalui refleksi diri. "Saya sering menggunakan metode seperti journaling atau introspeksi untuk memahami apa yang sebenarnya saya rasakan dan pikirkan. Hal ini dapat membantu saya dalam menghadapi tantangan seperti prokrastinasi atau perasaan tidak cukup baik" jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, teori psikoanalisis juga berfokus pada hubungan antara individu dan lingkungannya. "Saya belajar bahwa hubungan kita dengan orang tua, teman, atau bahkan dosen sering kali dipengaruhi oleh pola relasi dari masa kecil," tambah Isabela. Dengan menyadari hal ini, ia mampu memperbaiki pola komunikasi yang sebelumnya penuh kesalahpahaman.
Isabela juga menekankan pentingnya konsep defense mechanisms seperti rasionalisasi atau penyangkalan, yang sering muncul saat mahasiswa menghadapi tekanan. "Memahami mekanisme ini dapat membantu saya untuk lebih jujur pada diri sendiri, sehingga saya bisa mengambil langkah yang lebih konstruktif" tuturnya.
Bagi Isabela, psikoanalisis bukan hanya teori, melainkan alat untuk memberdayakan diri. "Dengan memahami diri sendiri lebih dalam, kita bisa lebih siap menghadapi tantangan hidup, baik sebagai mahasiswa maupun individu" tutupnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang mahasiswa, Isabela percaya jika psikoanalisis adalah alat penting untuk memahami diri. Dengan mengeksplorasi alam bawah sadar dapat menghadapi tantangan hidup secara lebih konstruktif dan memperbaiki hubungan interpersonal, sehingga siap menghadapi tekanan akademis dan sosial.
Isabela Andjani Santoso, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas dosen pengampu mata kuliah Pengantar Psikologi Drs. Widiyatmo Ekoputro, M. A.
Paus Fransiskus wafat di usia 88 tahun pada Senin pagi (21/4) akibat stroke dan gagal jantung. Vatikan menetapkan Sabtu (26/4) sebagai hari pemakaman, yang akan berlangsung di alun-alun Basilika Santo Petrus pukul 10.00 pagi waktu setempat.