Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Komodo Kolaborasi Rupiah dan Konservasi
18 Juni 2021 14:00 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari ismail yusuf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Predikat yang disandang oleh TN Komodo (A Man and Bisophere Reserve dan World Heritage Site) merupakan kebanggaan tersendiri, yang sekaligus menjadi tantangan dan konsekuensi beban tanggung jawab berat bagi pihak pengelola TN Komodo untuk mempertahankan status tersebut. Upaya ini menuntut kesungguhan, dan profesionalitas dalam mengelola TN Komodo secara berkelanjutan. Proyek pariwisata di Taman Nasional Komodo (TNK) yang mengusung konsep Jurassic Park sempat mengundang pro dan kontra masyarakat sepekan kemarin. Beberapa menyebut tiga alasan yang membuat proyek ini dipastikan berlanjut. Pertama, karena proyek melibatkan beberapa lembaga negara atau kementerian seperti Kementerian LHK, PUPR, Kemenko Maritim dan Investasi, serta Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). Alasan ketiga, pemerintah melalui KLHK juga telah memberikan konsesi lahan kepada PT Komodo Wordlife Ecotourism (KWE) untuk mengelola kawasan konservasi di Pulau Padar dan Pulau Komodo, serta kepada PT Segara Komodo Lestari (SKL) di Pulau Rinca.
ADVERTISEMENT
Pembentukan kawasan konservasi di TN Komodo dengan strategi implementasi Zonasi diharapkan dapat melindungi jenis dan habitat utama binatang Komodo dan spesies eksotik lainnya, melindungi stok induk dari spesies ikan-ikan ekonomis penting, sumber penyediaan benih bagi kegiatan perikanan di sekitar kawasan Taman Nasional, serta memberikan manfaat ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat sekitarnya. TN Komodo dengan status sebagai A man and Biosphere Reserve dan World Heritage Site dipercaya akan menarik minat kunjungan wisata, seperti pengalaman di Taman Nasional lainnya, seperti Galapagos di Equador maupun Taman Nasional Vilanculos di Mozambik.
Pengembangan pariwisata alam (Eco-Tourism) merupakan alternatif penting sebagai sumber pembiayaan konservasi di wilayah Taman Nasional yang juga diharapkan mampu menjadi sumber penghasilan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Dengan demikian kegiatan masyarakat akan bergeser dari pola pengambilan yang tidak ramah lingkungan menuju pada aktivitas yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Penerimaan yang didapat dari kunjungan wisata ke dalam TN Komodo saat ini tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk konservasi dan pemeliharaan fasilitas di dalam kawasan. Dengan status Taman Nasional seperti tersebut di atas, maka harga tiket masuk ke dalam kawasan jauh lebih rendah dibandingkan Taman Nasional lain yang sejenis di dunia.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, pemerintah bahkan memberikan subsidi kepada setiap pengunjung untuk menikmati hasil konservasi di kawasan TN Komodo. Hasil survei memberikan indikasi bahwa wisatawan mancanegara mampu membayar harga tiket masuk yang lebih tinggi jika fasilitas dan pelayanan yang diberikan selama kunjungan bisa memuaskan wisatawan. Oleh karena itu dimunculkan ide untuk menerapkan sistem user fee dan conservation fee dari kegiatan pariwisata alam di dalam kawasan TN Komodo, dengan catatan bahwa penerimaan dari kegiatan pariwisata alam tersebut digunakan sepenuhnya untuk konservasi dan pengembangan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan.
KLHK melihat, taman nasional sebagai sumber pendapatan negara cukup menjanjikan. Desa Papagarang dengan 1.252 jiwa potensi ikan pelagis, cumi-cumi dan baronang, Desa Pasir Panjang dengan 1.579 jiwa punya potensi perikanan teri, teripang dan cumi. Desa Komodo dihuni 1.725 jiwa dengan potensi pelagis, udang rebon dan cumi, serta memiliki sentra kerajinan patung komodo. Problemnya sebenarnya negara ini perlu gerakkan ekonomi, wisata alam itu dikunjungi 17 juta wisman, tanpa menjelaskan pertimbangan berapa banyak wisatawan bisa masuk sesuai daya dukung taman nasional hingga tak membahayakan lingkungan di sana. Balai Taman Nasional adalah satuan kerja dengan setoran pendapatan negara bukan pajak tertinggi untuk lingkup Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem mencapai Rp 29,1 miliar pada 2017. Terjadi peningkatan signifikan sejak 2015, pada 2014 hanya Rp5,4 miliar, pada 2015 jadi Rp19,2 miliar, 2016 sebesar Rp22,8 miliar. Rata-rata pertumbuhan pengunjung dalam lima tahun terakhir 20%. Pada 2017 mencapai 125.069 orang merupakan angka tertinggi dalam lima tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Peningkatan infrastruktur demi kepentingan tourism telah menciptakan gangguan terhadap habitat. Pembangunan jalan dengan kajian banyak aspek kebijakan, ekologis, teknis, sosial budaya dan rencana pengembangan wilayah dan konsultasi publik. Proses dialog publik dengan masyarakat itu penting sekali.
Prinsip-prinsip partisipasi masyarakat di dalam pengelolaan TNK antara lain.
a) Equity (keadilan), pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat melalui masyarakat memberikan manfaat sosial ekonomi yang lebih adil bagi masyarakat desa.
b) Empowerment (pemberdayaan), pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat membuat masyarakat menjadi lebih berdaya baik secara politik maupun ekonomi.
c) Conflict resolution (resolusi konflik), pengelolaan sumber daya alam dengan fokus wisata ju tak lepas dari konflik, namun dapat dikelola dengan baik melalui skema CBNRM yang dijalankan.
ADVERTISEMENT
d) Knowledge and awareness (pengetahuan dan kesadaran), membuka peluang ekonomi baru yang tidak merusak lingkungan, sebaliknya mendukung pelestarian lingkungan. Kearifan lokal yang sudah ada dipadukan dengan pengetahuan ekologi dan manajemen modern untuk mengelola potensi sumber daya alam.
e) Biodiversity protection (perlindungan keanekaragaman hayati), menjadi salah satu capaian.Pemanfaatan sumber daya alam untuk mendorong masyarakat untuk mengelola lingkungan dan melindungi keanekaragaman hayati beserta habitatnya.
f) Sustainable utilization (pemanfaatan berkelanjutan), pemanfaatan yang terus menerus dan menjalin kerja sama dengan desa-desa sekitar sehingga akan meningkatkan penghasilan.
Secara ringkas, mengusahakan pengelolaan TN Komodo yang efektif dalam jangka panjang melalui:
a. meningkatkan pengelolaan TN Komodo melalui pendekatan pengelolaan kolaborasi antara stakeholder kunci termasuk Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Pemerintah Daerah, Putri Naga Komodo, dan berbagai masukan dari masyarakat setempat, lembaga pemerintah dan swasta.
ADVERTISEMENT
b. Mendukung konservasi sumberdaya alam TN Komodo melalui pendekatan pengelolaan adaptif yang tanggap terhadap perubahan tantangan kedepan.
c. Membangun struktur dan panduan untuk mendorong pengembangan pariwisata alam di wilayah tersebut dan membangun strategi penggunaan pemasukan dari TN Komodo untuk menjamin kemandirian pendanaan jangka panjang dan manfaat berkesinambungan bagi masyarakat sekitar.
d. Memperkenalkan suatu sistem insentif untuk mendorong mata pencaharian alternatif yang menunjang upaya konservasi dan merangsang pertumbuhan ekonomi setempat melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang lestari.
Taman Nasional Komodo merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara komodo dan ekosistemnya. Hubungan tersebut merupakan hubungan ekologial. Hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. TNK tetap menjaga karateristik komodo dan habitatnya. Peranan masyarakat dalam penentuan kebijakan pengelolaan sangat penting. Pengelolaan TNK tetap menjaga hak-hak masyarakat lokal sebagai subjek dalam pengelolaan TNK
ADVERTISEMENT