Cerita Pendek: Melepas Rindu, Menyambut Kebahagiaan

Ismi Nur 'Aliya
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
2 Desember 2022 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ismi Nur 'Aliya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto diambil dari kamera pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto diambil dari kamera pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahun 2020 adalah tahun yang sulit untuk seluruh manusia di muka bumi ini. Bagaimana tidak, tahun 2020 ini awal munculnya sebuah virus yang sangat menggetarkan dunia. Virus tersebut dinamakan COVID-19 karena muncul pada akhir tahun 2019. Dunia tiba-tiba terasa sangat hampa. Begitu juga yang dirasakan oleh Jihan, anak rantau yang sedang bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Penyebaran informasi virus sangat cepat ke seluruh bagian sisi bumi.
ADVERTISEMENT
“Penyebaran COVID-19 meningkat, semua kegiatan dilakukan sementara dirumah selama 14 hari”, kata penyiar berita yang sedang melakukan siaran langsung.
Jihan melihat semua media berita yang memberikan informasi yang sama, penyebaran COVID-19 yang sudah tersebar ke seluruh daerah Jakarta.
“Aduh, bagaimana aku bisa bekerja di rumah sedangkan aku tidak memiliki laptop”, keluhnya ketika melihat berita di Televisi.
Tiba-tiba, Jihan teringat kedua orangtuanya yang berada di kampung. Jihan segera mengambil handphone dan menelpon kedua orangtuanya.
“Assalamualaikum, Bu. Ini Jihan. Ibu dan Bapak baik-baik saja kan?”, tanya Jihan yang khawatir kepada orangtuanya
“Wa’alaikumussalam, Nak. Ibu dan Bapak baik-baik saja. Kenapa suaramu seperti sedang panik?” tanya Ibu kepada Jihan.
“Aku melihat berita Corona sudah ada dimana-mana bu. Aku khawatir Ibu dan Bapak terkena virus Corona” (dengan suara pelan seperti menahan tangis).
ADVERTISEMENT
“Jangan khawatir, Jihan. Alhamdulilah Ibu dan Bapak sehat. Justru Bapak dan Ibu khawatir denganmu. Kamu sendiri di Jakarta. Jaga kesehatan ya, Nak! Jangan telat makan! Jangan lupa minum vitaminnya! Kalau kamu sakit, tidak ada orang yang merawatmu”. (Ibu memberikan nasehat dengan nada suara lembut).
“Siap, Ibu negara. Jihan akan melakukan semua perintah Ibu negara hehehe”, Jihan membalas dengan santai agar Ibu tidak semakin khawatir dengannya.
“Sehat selalu ya anak Ibu yang cantik”
“Siap Ibu. Sudah dulu ya, Bu. Aku ingin mandi dan segera solat Ashar. Aku sayang Ibu. Assalamualaikum. ”.
“Ibu juga sayang kamu, Nak. Wa’alaikumussalam”.
Jihan mengakhiri percakapan telepon dengan Ibunya, lalu segera bersiap untuk mandi kemudian solat. Jihan memohon doa kepada Tuhan seusai solat.
ADVERTISEMENT
“Tuhan, Aku mohon permudahkanlah urusanku. Engkau Maha Penolong dan Maha Pengasih dan Penyayang. Kuatkanlah aku dan lindungilah aku dan orangtuaku. Aku percaya Engkau selalu bersamaku”.
“Ting....Ting”, suara notifikasi handphone yang menandakan pesan masuk.
Jihan merapikan mukena seusai berdoa dan segera membuka handphone untuk membaca pesan yang masuk.
“Selama pekerjaan dilakukan dirumah masing-masing, maka fasilitas kantor berupa laptop dapat dibawa pulang ke rumah. Mohon para karyawan mengirim alamat tempat tinggal untuk dikirimkan laptopnya”.
Pesan dari tempat Jihan bekerja yang memberikan informasi. Jihan merasa senang mengetahui hal tersebut, seakan Tuhan menjawab doanya dengan waktu yang singkat.
“ Alhamdulilah, Masya Allah. Terimakasih Ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku”.
Berawal dari 14 hari bekerja dari rumah namun berlanjut menjadi berbulan-bulan. Virus Corona semakin menyebar ke semua daerah, korban semakin banyak dari hari ke hari. Tiga bulan telah berlalu, keadaan sulit menjadi aman. Semua orang diharuskan dirumah saja dikarenakan akan terpapar viru jika terlalu lama berada di luar rumah.
ADVERTISEMENT
Jihan membaca berita online melalui telepon selulernya.
COVID-19 mengakibatkan perusahaan mengalami kebangkrutan hingga memutuskan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam skala besar”
Jihan terkejut dengan perasaan cemas mengetahui berita terkini tersebut, seperti kegelisahan yang selalu menghantuinya setiap hari. Jihan merasa takut jika dirinya termasuk dalam nama-nama karyawan yang akan di PHK oleh perusahaan. Pada akhirnya, ketakutan itu terjadi. Jihan mendapatkan surat yang dikirim oleh perusahaanya. Jihan segera membaca surat tersebut.
Jihan membacanya dengan air mata yang membasahi pipinya.
“Ya Allah, Aku di PHK. Bagaimana aku bisa mendapatkan uang untuk biaya hidupku. Bagaimana jika orangtuaku tahu jika aku sudah tidak bekerja lagi. Ya Allah, ini sangat berat untukku. Mengapa Engkau mengujiku dengan cobaan yang sulit untukku?” (Jihan tidak bisa menahan air matanya yang jatuh dengan hidung yang memerah).
ADVERTISEMENT
Jihan tidak menyerah. Keesokan harinya, Jihan mencari lowongan pekerjaan melalui koran maupun media sosial. Jihan yakin pasti bisa mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik dengan cepat.
Tiba-tiba handphonenya berdering. Ternyata Ibu menelponnya.
“Halo Nak, Apa kabar ? Mengapa kamu sudah seminggu tidak menelpon, Ibu? Apakah kamu sakit?”, tanya Ibu yang begitu khawatir.
“Aku baik-baik saja, Bu. Maaf Bu, Jihan tidak menelpon Ibu karena ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan”.
Jihan berbohong kepada Ibunya. Jihan tidak bisa memberitahukan Ibunya bahwa saat ini menganggur dan sedang sibuk mencari pekerjaan baru.
“Apakah lebaran nanti, kamu pulang ke sini, Nak? Ibu dan Bapak sangat rindu kepadamu? Kamu sudah setahun tidak menengok ke kampung halamanmu?”, pinta Ibunya.
ADVERTISEMENT
“Semoga saja keadaan semakin membaik, Bu. Jihan tidak bisa pulang jika Corona semakin parah karena pemerintah akan melarang siapapun untuk mudik”. Aku juga sangat rindu sama Ibu dan Bapak, aku ingin segera bertemu kalian. Semoga kita bisa berkumpul kembali di hari lebaran”
“Iya, Nak. Jaga kesehatanmu ya, Nak. Ibu tutup teleponnya ya, Assalamualaikum”
“Wa’alaikumussam, Siap Bu”.
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah memasuki tahun 2021. Jihan sudah menganggur selama 3 bulan. Jihan selalu mengirim CV ke banyak perusahaan dengan harapan segera mendapat panggilan interview.
Sebuah pesan singkat masuk ke handphone Jihan.
“Kepada saudara Jihan diharapkan datang untuk interview di perusahaan kami pada pukul 09.00. Diharapkan datang tepat waktu dengan pakaian hitam putih”. (Pesan dari salah satu perusahaan yang dilamarnya.
ADVERTISEMENT
Jihan merasakan sangat bahagia karena akhirnya ada harapan untuk dapat pekerjaan baru.
“Alhamdulilah, Ya Allah. Semoga interview berjalan lancar. Aku harus semangat!”.
Keesokan harinya, Jihan datang ke salah satu perusahaan untuk interview. Jihan diberitahukan bahwa hasilnya akan dikabarkan minggu depan. Jihan menunggu dengan sabar dan juga selalu berdoa agar hasilnya baik.
Pada siang hari, ketika Jihan sedang bersantai dengan menikmati makanan ringan dengan segelas kopi. Tiba-tiba, handphonenya berdering.
“Halo, selamat siang. Apakah benar saya berbicara dengan saudara Jihan?”, tanya seseorang yang belum diketahui asalnya.
“Iya, benar. Saya Jihan. Maaf, ini siapa ya?”
“Saya bagian personalia ingin memberitahukan berdasarkan interview yang saudara minggu lakukan, perusahaan meminta saudara untuk segera bergabung dan dapat mulai bekerja pada esok hari”.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulilah. Terimakasih atas informasinya. Baik, saya akan datang besok pagi”.
“Baik, Bu. Sekian. Selamat Siang”.
“Siang, Bu”.
Sebuah kabar yang sangat membahagiaan. Setelah sabar menanti pada akhirnya Jihan mendapatkan pekerjaan baru. Menjalani awal tahun dengan penuh semangat dan senyuman. Beberapa bulan berlalu, Jihan terlihat begitu nyaman dan menikmati pekerjaannya. Akhirnya. Libur lebaran telah tiba. Jihan mendapat waktu liburan selama satu minggu. Sungguh kesempatan yang sangat bagus untuk dinikmati bersama keluarga. Jihan memutuskan pulang ke kampung halaman namun tidak memberitahukan kepada orangtuanya terlebih dahulu.
“Aku ingin memberikan kejutan untuk orangtuaku. Aku pulang kampung tetapi aku tidak akan memberitahu Ibu. Aku ingin melihat raut wajah orangtuaku ketika melihatku tiba-tiba sudah berada di depan rumah” (dengan nada sangat bahagia)
ADVERTISEMENT
Jihan pulang ke kampung halaman dengan kereta. Jihan berangkat pukul 10.00 WIB. Jihan akan tiba pada pukul 15.00 WIB. Akhirnya, Jihan sampai di kampung halaman. Terlihat dari kejauhan, Ibu sedang menyapu halaman. Jihan segera menghampirinya.
“Ibu.....”(Jihan memanggil Ibunya dan berlari dengan cepat kemudian memeluk Ibunya)
“Jihan. Kamu datang tidak memberitahu Ibu dulu, Nak. Ibu tidak menyangka kamu bisa datang”
“Aku ingin memberikan kejuatan untuk Ibu dan Bapak. Oh iya Bu, Bapak dimana ya?
“Bapak sedang di kamar. Ayo masuk, Nak”
“Bapak... Bapak.... anakmu yang cantik ini pulang Pak” (Jihan berteriak memanggil bapaknya dengan penuh bahagia”
“Wahh... anak bapak yang hebat ini akhirnya pulang juga”, sambut Bapak yang bahagia dan menatap anaknya dengan penuh bangga.
ADVERTISEMENT
“Akhirnya, aku bisa berkumpul dengan Bapak dan Ibu. Aku sangat rindu dengan kalian dan tentunya masakan Ibu. Aku akan merayakan lebaran di sini”
Jihan terus memeluk Bapak dan Ibu. Jihan melepas rindu yang sudah lama ditahan. Jihan tidak menyangka dengan proses yang telah dilalui. Virus COVID-19 membuat Jihan menjadi wanita kuat dan tangguh yang mampu berjuang sendiri di kota perantauan. Kini, Jihan mempunyai penghasilan yang sangat cukup dan juga dapat membelikan apapun yang dibutuhkan orangtuanya. Jihan terus bersyukur dengan nikmat yang Tuhan berikan kepadanya. Jihan menyadari bahwa kesabaran dan perjuangan yang disertai doa orangtua mengantarkannya pada kehidupan yang sangat indah. Jihan terus bersyukur dengan nikmat yang Tuhan berikan kepadanya.
-Selesai-
ADVERTISEMENT