Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Air Tanah sebagai Solusi untuk Permasalahan Krisis Air Bersih
10 Januari 2023 17:06 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Isna Karima tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Air merupakan unsur pokok di mana tidak ada satu pun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air di muka bumi ini. Air yang dibutuhkan manusia adalah air bersih untuk memenuhi kehidupan makhluk hidup. Ketersediaan air bersih menjadi faktor yang sangat penting dalam menunjang kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi ketersediaan air bersih menjadi permasalahan yang dirasakan oleh setiap negara di belahan dunia, tak terkecuali Indonesia.
Kurangnya ketersediaan air bersih di sebabkan karena kualitas air sudah tercemar dan tidak layak untuk digunakan. Berdasarkan hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menyatakan bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengkonsumsi air minum yang terkontaminasi bakteri Escherichia coli (E-coli). di Indonesia, menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa capaian sanitasi aman Indonesia masih sangat rendah. Angka sanitasi aman Indonesia yaitu baru mencapai 7% di tahun 2020. Capaian ini lebih rendah dibandingkan Thailand yang angka sanitasinya mencapai angka 26% dan India yang mencapai 46%.
ADVERTISEMENT
Sulitnya mendapatkan air bersih di Indonesia ini terjadi di berbagai wilayah khususnya daerah yang padat permukiman dan industri. Penyebab kurangnya ketersediaan air bersih dikarenakan adanya pencemaran air di aliran sungai, yang disebabkan oleh limbah industri, rumah tangga dan limbah pertanian.
Selain itu, adanya pembangunan dan penjarahan hutan yang juga menjadi penyebab berkurangnya kualitas mata air dari pegunungan, karena banyak bercampur dengan lumpur yang terkikis terbawa aliran air sungai. Penyebab lain juga hadir dari peningkatan jumlah penduduk, yang mengakibatkan permintaan terhadap air bersih semakin meningkat, hal ini banyak terjadi di daerah dengan padatnya permukiman. Akibatnya air bersih menjadi barang yang langka dan sulit untuk didapat. Sulitnya mendapatkan air bersih menjadikan masyarakat mengkonsumsi dan menggunakan air yang tidak layak. Lalu bagaimana Langkah yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini?
ADVERTISEMENT
Air Tanah sebagai Solusi Kurangnya Air Bersih di Masyarakat
Kurangnya ketersediaan air bersih di permukaan membuat masyarakat menjadikan air tanah sebagai penopang kebutuhan sehari-hari. Sekitar 80% kebutuhan air bersih masyarakat khususnya di wilayah urban, pusat industri dan permukiman padat berasal dari air tanah. Air tanah menjadi salah satu solusi dari kurangnya ketersediaan air permukaan, karena air tanah memiliki kualitas air yang layak untuk dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari.
Di beberapa tempat, ketergantungan masyarakat terhadap pasokan air tanah mencapai 70 persen, hal ini menandakan pemanfaatan air tanah sudah banyak dilakukan. Akan tetapi apakah pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah langkah yang tepat untuk mengatasi krisis air bersih yang saat ini di rasakan di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Permasalahan Air Tanah bagi Masyarakat
Pada kenyataannya kualitas air tanah di setiap daerah berbeda-beda. Air tanah tidak selalu bersih, terutama air yang berasal dari tanah dekat dengan pusat industri, pabrik atau pusat perkotaan dan juga permukiman. Air tanah tersebut biasanya mengandung zat kimia dan zat lain yang bisa membahayakan kesehatan jika dikonsumsi secara terus menerus. Air tanah yang banyak ditinggali permukiman dan industri, memiliki pH air tidak sesuai dengan pH air layak konsumsi (netral).
Hal ini menjadi permasalahan karena akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Air tanah yang langsung digunakan dan dikonsumsi masyarakat tanpa proses pengolahan akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Maka upaya yang tepat untuk mencegah nya adalah dengan dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana pengolahan air tanah agar bisa dikonsumsi?
Mengutip dari Ditjen SDA, ada berbagai cara untuk melakukan disinfeksi atau menghilangkan kuman penyakit dari air yang dikonsumsi, yaitu dengan memanaskan atau memasak air tersebut pada temperatur 55℃-60℃, memanaskan dengan radiasi sinar matahari serta dengan menambahkan air perasan jeruk nipis.
Dari ketiga cara tersebut yang lebih mudah diaplikasikan masyarakat adalah dengan memasak air tersebut hingga mendidih, karena dengan menggunakan cara ini masyarakat sudah tahu bagaimana prosesnya dan lebih mudah. Dibandingkan dengan cara menambahkan air perasan jeruk nipis, masyarakat tidak tahu bagaimana prosesnya dan dinilai lebih rumit dan sulit karena harus menambahkan jeruk nipis.
Dari penjabaran di atas solusi untuk mengatasi permasalahan krisis air bersih dengan penggunaan air tanah adalah upaya yang tepat untuk dimanfaatkan walaupun masih banyak kekhawatiran karena air tanah yang langsung dikonsumsi tanpa pengolahan dapat menimbulkan penyakit. Karena jika memanfaatkan air hujan atau air laut untuk solusi permasalahan krisis air bersih ini bukanlah langkah yang tepat untuk mengatasinya. Karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa air hujan tidak selalu ada setiap harinya, sedangkan kebutuhan masyarakat akan air setiap hari nya semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, dari tulisan ini pemerintah diharapkan dapat memperhatikan air yang dikonsumsi masyarakat dan menginformasikan kepada masyarakat bahwa air yang dikonsumsi haruslah dilakukan pengolahan salah satunya dengan cara dimasak karena dapat membahayakan kesehatan jika dikonsumsi secara langsung. Dan juga untuk masyarakat diharapkan peduli untuk menjaga Kesehatan dengan mengimplementasikan cara di atas, dan diharapkan masyarakat tidak lalai hanya karena saat ini air bersih sulit untuk didapat maka masyarakat tidak memperhatikan kualitas air dan mengkonsumsi air yang tidak layak, karena hal tersebut bukanlah sesuatu yang benar.
Oleh: Isna Karima (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)