Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Idul Adha: Memahami Pentingnya Etika dan Tata Cara Berkurban dalam Islam
1 Juli 2023 11:41 WIB
Tulisan dari Isyana Anggia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi Salat Idul Adha (sumber: dokumen pribadi)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01h46w495q7tp9p5ffxqc00gkz.jpg)
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, Indonesia memiliki keanekaragaman tradisi dalam menyambut hari raya keagamaan masing-masing, yang salah satunya adalah hari raya Idul Adha. Perayaan keagamaan ini merupakan salah satu bukti bahwa adanya keberagaman masyarakat, yang dalam konteks ini adalah perayaan bagi masyarakat yang beragama Islam. Perayaan Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan kurban yang dilakukan oleh masyarakat sebagai cara seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta yang dilakukan dengan tata cara dan etika yang sesuai dengan syariat Islam, sebagai upaya untuk mencari keridhaan Allah.
ADVERTISEMENT
Idul Adha merupakan hari raya yang disambut dengan rasa sukacita oleh seluruh umat muslim, Namun Idul Adha bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga terdapat makna yang mendalam bagi seluruh kaum muslimin, yaitu kisah Nabi Ibrahim dan pengorbanannya sebagai bentuk taat beliau kepada Allah Swt. Perayaan ini mengajarkan kita nilai-nilai penting seperti pengorbanan, kesetiaan, dan ketaatan kepada Allah Swt seperti yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim.
Kisah Nabi Ibrahim adalah awal sejarah disyariatkannya kaum muslimin untuk melakukan ibadah kurban pada hari raya Idul Adha. Pada masa itu, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah untuk menyembelih putranya yang bernama Ismail, yang merupakan putra semata wayang dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Saat itu secara logika mungkin akan sangat berat untuk menerima perintah tersebut, Namun dengan kepatuhan, kekutan iman, serta keikhlasan yang tinggi kepada sang pencipta, membuat Nabi Ibrahim dan Ismail menerima perintah Allah dengan penuh keikhlasan, yang pada akhirnya mendapat balasan langsung di dunia dari Allah Swt (Sarkawi, 2022).
ADVERTISEMENT
Terdapat ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang perintah kurban, salah satunya terdapat dalam Q.S Al-Kautsar ayat 2 Allah berfirman:
Ayat tersebut memberikan perintah kepada Rasulullah saw untuk melakukan ibadah salat dan kurban. Namun, ayat ini sebenarnya lebih merujuk kepada perintah untuk melakukan kurban. Perintah untuk berkurban dalam Islam itu sendiri sebenarnya hanya sebatas sunah muakkad dan tidak menjadi sebuah kewajiban mutlak untuk dilakukan bagi umat muslim (Sarkawi, 2022).
Namun, ibadah kurban ini memiliki banyak sekali makna istimewa yang dapat kita renungkan. Ibadah kurban mengajarkan kita tentang kesediaan seorang hamba untuk menyisihkan rezekinya untuk mencapai keridhaan-Nya, mengajarkan keikhalasan serta pengorbanan diri kepada Allah Swt, selain itu dengan berkurban juga mengajarkan kita untuk selalu dermawan dan peduli terhadap sesama.
ADVERTISEMENT
Kita dapat menjadikan momentum perayaan ini, sebagai momen yang baik untuk saling berbagi kebahagiaan dan keberkahan terhadap sesama, khususnya bagi mereka yang kurang mampu agar dapat turut merasakan kebahagiaan dengan memperoleh daging hewan kurban yang mungkin jarang mereka nikmati dalam kesehariannya. Dengan melakukan ini, kaum muslimin diingatkan untuk selalu menjaga rasa solidaritas dan selalu memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Selanjutnya, ibadah kurban selain digunakan sebagai momen untuk saling berbagi, juga dapat menjadi momentum yang baik untuk mempererat tali persaudaraan. Momen kebersamaan ini dapat terlihat ketika masyarakat sekitar bersama-sama berkontribusi dalam proses penyembelihan hewan kurban sampai pada proses pembagian daging hewan kurban. Biasanya, masyarakat sekitar membentuk kepanitiaan untuk penyembelihan hewan kurban ini yang bertujuan untuk meringankan pekerjaan sekaligus sebagai momentum untuk mempererat tali persaudaraan.
ADVERTISEMENT
Dalam kesimpulannya, ayat ini mengajarkan kita selaku umat muslim untuk mengetahui tentang pentingnya salat dan berkurban sebagai bentuk taat kepada Allah. Salat merupakan ibadah yang memperkuat hubungan kita dengan Allah, sedangkan berkurban adalah bentuk pengorbanan dan kesediaan kita untuk mengikuti perintah Allah Swt.
Etika Berkurban
Dalam Islam, berkurban merupakan ibadah yang disyariatkan oleh Allah Swt kepada umat Nabi Muhammad dengan menyembelih hewan ternak yang telah ditentukan oleh syariat, yang bertujuan untuk mengikuti perintah Allah Swt, meningkatkan ketaatan seorang hamba kepada Sang Pencipta, dan untuk meneladani kisah Nabi Ibrahim. Sebagai salah satu bentuk ibadah, berkurban memiliki etika-etika tertentu yang tidak dapat diubah, yaitu harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Al-Qur’an dan Hadis.
ADVERTISEMENT
Pertama, terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yang menunjukkan sebuah larangan mengguting kuku dan rambut apabila telah memasuki bulan Dzulhijjah bagi seseorang yang hendak berkurban. Bunyi hadis tersebut adalah sebagai berikut:
Hadis larangan bagi orang yang hendak berkurban untuk tidak mengguting rambut dan kukunya saat sudah memasuki 10 hari pertama pada bulan Dzulhijjah, bertujuan untuk mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental dalam menjalankan ibadah tersebut. Dengan menahan diri untuk tidak melakukan kedua hal tersebut, seseorang menunjukkan kesungguhan hati dalam menjalankan ibadah.
ADVERTISEMENT
Kedua, waktu penyembelihan hewan qurban yang sesuai syariat adalah tidak melakukan penyembelihan sebelum salat led pada hari ldul Adha. Sesudah itu, boleh menyembelihnya di hari mana saja yang termasuk hari-hari tasyrik, baik malam ataupun siang. Setelah tiga hari tersebut tidak ada lagi waktu penyembelihan hewan kurban (Abdullah, 2016).
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa terdapat waktu yang disyariatkan untuk menyembelih hewan kurban yang dalam konteksnya ibadah kurban pada hari raya Idul Adha. Waktu penyembelihan yang sesuai syariat yaitu dilakukan setelah melakukan salat Ied dan pada hari-hari tasyrik. Apabila melakukan penyembelihan di luar dari ketetapan waktu penyembelihan, maka ibadah kurban tersebut dianggap tidak sah. Namun, jika penyembelihan hewan kurban dilakukan di luar waktu yang telah ditetapkan karena suatu sebab, maka ibadah tersebut masih diperbolehkan dan dianggap sah. Misalnya, hewan kurban yang hilang dari kandangnya tanpa disengaja dan baru ditemukan ketika telah habis waktu untuk melakukan penyembelihan hewan.
ADVERTISEMENT
Ketiga, berkaitan dengan pendistribusian daging kurban, menurut Yūsuf al-Qarḍawī, pembagian daging kurban yang lebih utama ialah menjadi tiga bagian, yakni sepertiga untuk dimakan oleh yang berkurban beserta keluarganya, sepertiga untuk tetangga sekitarnya, dan sepertiga untuk fakir miskin (Hanabilah, 2022).
Pandangan Yusuf al-Qardawi tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip kebaikan, kedermawanan, keadilan serta berbagi kepada sesama dalam Islam. Dengan membagikan sepertiga bagian daging kurban untuk keluarga terdekat dapat memperkuat ikatan tali persaudaraan antarkeluarga. Kemudian, nilai kebersamaan dan solidaritas juga terjalin dengan membagikan sepertiga daging kurban untuk tetangga sekitar. Terakhir, membagikan sepertiga bagian daging hewan kurban kepada fakir miskin merupakan bentuk kepedelian sosial dalam Islam. Kaum muslimin diajarkan untuk saling membantu dan peduli terhadap sesama, dengan kita memberikan sedikit bagian daging kurban kepada mereka, seseorang sudah dapat meringkankan beban mereka.
ADVERTISEMENT
Banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil dengan membagikan daging hewan kurban kepada sesama, salah satunya sebagai pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan. Pembagian daging kurban mengajarkan kita selaku umat muslim untuk memahami nilai-nilai kemanusiaan seperti kepedulian sosial, kasih sayang, dan keadilan. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi pengingat kita untuk selalu peduli kepada mereka orang-orang yang membutuhkan, serta upaya untuk menjaga tali persaudaraan di antara sesama manusia.
Tata Cara Berkurban
Dalam agama Islam, penyembelihan kurban harus sesuai dengan etika penyembelihan hewan dengan mengikuti syariat Islam. Tata cara berkuban ini perlu diperhatikan oleh setiap muslim agar ibadah kurban yang kita laksanakan mendapat ridha dari Allah Swt.
Berikut adalah penyembelihan hewan kurban sesuai dengan syariat Islam yang harus diikuti setiap muslim (Tho'in dkk,2022) yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Membaringkan hewan yang akan dikurbankan
Saat penyembelihan hewan kurban, hendaknya hewan dibaringkan sambil diikat dengan muka menghadap kiblat dan menempatkan lambung kirinya ke tanah.
Membaringkan hewan kurban dengan menghadap kiblat saat menyembelih hewan kurban memiliki makna sebagai bentuk ketaatan kita kepada Sang Pencipta. Selain itu, memposisikan lambung kiri hewan kurban ke tanah bertujuan untuk lebih memudahkan penyembelihan (Tho'in dkk,2022).
2. Menggunakan pisau yang tajam
Pisau yang tajam bertujuan untuk mengurangi rasa sakit pada hewan kurban saat proses penyembelihan. Dengan pisau yang tajam juga memudahkan proses penyembelihan dengan satu gerakan yang cepat, hal ini membantu proses penyembelihan berjalan dengan efisien.
3. Membaca basmalah dilanjutkan membaca takbir saat menyembelih hewan qurban
ADVERTISEMENT
Membaca basmalah saat sebelum menyembelih hewan kurban hukumnya wajib, sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S Al-An’am: 121
Ayat tersebut menjelaskan bahwa pada saat proses penyembelihan hewan harus menyebut nama Allah Swt. Apabila saat penyembelihan hewan tidak disertai dengan menyeut nama Allah Swt, maka makanan tersebut akan menjadi golongan makanan yang haram.
Setelah membaca basmalah, hendaknya dilanjutkan membaca takbir 3 kali dan tahmid. Tujuan utama dari tindakan tersebut adalah sebagai pengingat kita akan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt, selain itu juga untuk menunjukkan rasa syukur kita atas nikmat dan rezeki yang telah diberikan-Nya.
ADVERTISEMENT
4. Keadaan hewan kurban saat disembelih yang sesuai dengan syariat
Menyembelih urat nadi dan kerongkongan hewan kurban hingga putus atau sembelih dari pangkal leher, dan setelah benar-benar mati, hewan kurban baru boleh dikuliti (Tho'in dkk,2022), merupakan keadaan hewan kurban yang paling baik saat disembelih. Menurut para ulama, apabila telah terputusnya urat nadi dan kerongkongan hewan, maka daging sembelihan tersebut halal untuk dikonsumsi.
Dengan kita mematuhi semua tata cara berkurban yang sesuai dengan syariat Islam, ibadah kurban yang kita jalankan akan menjadi sah dan mendapat ridha Allah. Selain itu, dengan kita mematuhi tata cara yang sesuai dengan syariat daging yang dihasilkan akan halal, berkualitas, dan layak untuk kita konsumsi.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Abdullah, M. (2016). Qurban: wujud kedekatan seorang hamba dengan tuhannya. Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim, 14(1), 109–116. Retrieved from https://ejournal.upi.edu/index.php/taklim/article/view/50296
Hanabilah, D. (2022). Jurnal Bidang Hukum Islam Comparative Study Between the Syafi'iyyah Jurnal Bidang Hukum Islam. 3(1), 18–31. https://doi.org/10.36701/bustanul.v3i1.520
Sarkawi, S. (2022). Nilai-Nilai Dakwah dalam Ibadah Kurban. Islamika : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 22(01), 1–15. https://doi.org/10.32939/islamika.v22i01.1062
Tho’in, M., Sumadi, S., Efendi, T. F., Muliasari, D., Samanto, H., Utami, W. B., & Marimin, A. (2022). Sosialisasi Penyembelihan dan Pembagian Hewan Qurban Sesuai Syariat Islam. BUDIMAS : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(2). https://doi.org/10.29040/budimas.v4i2.6132